KISAH PASUKAN PEJUANG PELAJAR DI KOTA BANYUWANGI 1945-1948 Part 1

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
8 November 2018 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KISAH PASUKAN PEJUANG PELAJAR DI KOTA BANYUWANGI 1945-1948 Part 1
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Tentara Pelajar Banyuwangi Photo Koleksi L. A. PASSANDARAN
ADVERTISEMENT
Pada waktu itu. menjelang liburan puasa, sekelompok pelajar SMP Negeri Jember (± 50 orang) ditugaskan sebagai sukarelawan untuk membentuk “Volks Defensi” (Pertahanan Rakyat) di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Dibekali surat keterangan / surat tugas dari Komandan Brigade Mayor Abdul Rifai yang berkedudukan di Banyuwangi, mereka disebarkan di desa-desa yang telah ditunjuk.
Karena tidak adanya bekal arahan sebelumnya, mereka telah melaksanakan tugasnya menurut apa adanya sesuai pengetahuan dan pengalaman mereka, karena sejak Proklamasi Kemerdekaan RI, pada umumnya mereka telah berpengalaman dalam mengikuti latihan kemiliteran pada organisasi-organisasi perjuangan, seperti : Laskar IPI, AMI, PRI, TKR Laut, P TRI, Barisan Pemberontak Rakyat, dll.
Mereka mulai mengadakan penerangan-penerangan, latihan berbaris/ kemiliteran kepada penduduk/generasi muda. Pada satu saat mereka dijemput dengan truk dan dikumpulkan untuk bergabung dengan pelajar SMP Banyuwangi, ditempatkan di Markas Polisi Militer di bawah kepemimpinan Letnan Semaun. Mereka berlatih, dan dipimpin oleh seorang Kadet Angkatan Darat dari Malang (Suadi), dibantu oleh komandan-komandan regu Moh. Sawal dan Abdurachman.
ADVERTISEMENT
Setelah tiga hari berlatih, pada keesokan harinya sekitar pukul 05.00 berdentum bunyi meriam pantai. Menurut laporan bahwa kapal-kapal perang Belanda telah berada di perairan Banyuwangi, menembaki pantai dan siap untuk mengadakan pendaratan. Pertempuran berkecamuk dengan sengitnya dan korban mulai berjatuhan.
Sekitar pukul 07.00 pesawat-pesawat tempur Belanda mulai meraung raung di udara Banyuwangi. Mereka melakukan penembakan dan penyebaran panflet yang berisikan perintah agar Tentara / semua pasukan bersenjata meletakkan senjata dan menyerah.
Pasukan pelajar yang berjumlah lebih kurang 90 orang, dipersenjatai tombak dan helm ditugaskan untuk memungut surat selebaran dari pesawat belanda tcrsebut. Agaknya pasukan Belanda terus mendesak menuju kota.
Sekitar pukul 11.00 pasukan Pelajar diberangkatkan dengan berbaris menuju Rogojampi yang diperkirakan akan menjadi garis pertahanan berikutnya.
ADVERTISEMENT
Barisan berpencar di kiri dan kanan jalan. Setiap pesawat meraung di atasnya, mereka berlindung di balik pohon-pohon asem. Sesampai di Kedayunan, tampak mobil Bupati di tepi jalan penuh dengan lubang-lubang terkena peluru, sedangkan Bupati Usman tidak tampak, mungkin sudah menyingkir dan menyelamatkan diri. Sekitar pukul 16.00 pasukan sampai di jalan tanjakan (depan SMP Negeri II) masuk kota Rogojampi. Terdengar tembakan dari tank-tank Belanda yang berada di belakang pasukan Pelajar. Pasukan cerai berai, sebagian besar menuju ke Barat dan 11 orang menuju Selatan, termasuk pelatih Suadi dan Komandan Regu Abdurachman.
Pada malam hari pasukan 11 orang bermalam di sebuah Musholla di sekitar Gladak dan pada pagi harinya pasukan menuju ke cluring, karena ada informasi bahwa para pasukan pejuang berkumpul di sana. Sesampai di Srono. beberapa teman memisahkan diri karena rumah mereka berada di daerah itu. Malam hari pasukan bermalam di rumah Abdurachman. Pagi sekitar pukul 06.00 tentara Belanda dengan tank-tank memasuki Srono.
ADVERTISEMENT
Kecuali Abdurachman yang tetap tinggal, pasukan yang tinggal 7 orang menelusuri sungai di belakang rumah untuk menghindari tentara Belanda. Tiba di Sumbersari, pasukan dicegat oleh pasukan rakyat setempat, melucuti senjata termasuk dua buah granat. Akhimya, atas kesepakatan bersama ketujuh orang berpencar memisahkan diri mencari jalan masing-masing.
Tentang sebagian pasukan yang memisahkan ke arah Barat, tidak diketahui bagaimana nasib mereka.
Pada peristiwa pendaratan tersebut seorang pelajar gugur terkena tembakan pesawat Belanda
SMP Banyuwangi yang berstatus swasta, didirikan pada tahun 1945 dengan Kepala Sekolah Bapak Aboe Joesoef yang pada tahun 1947 baru memiliki kelas I dan kelas II.
Menjelang habisnya liburan dan sekolah mulai dibuka kembali, pelajar pelajar, baik yang tergabung dalam Pasukan Volks Defensi, Pasukan lainnya, maupun yang tidak, sempat bertemu untuk mengutus beberapa orang menghadap Kepala SMP Banyuwangi, agar membuka satu kelas tambahan ialah kelas III, guna menampung pelajar-pelajar yang berasal dari daerah lain, utamanya dari SMP Jember. Pada waktu itu SMP Banyuwangi yang berstatus Swasta belum memiliki kelas III. Alhasil setelah dibukanya kelas III, mulailah mereka kembali ke bangku sekolah menimba ilmu bagi masa depan mereka. Diantara para pelajar adalah para penjuang yang sebelumnya tergabung dalam Gerakan Volks Defensi yang dipersiapkan untuk menjadi TRIP, kelompok yang tergabung dalam PTRI dan laskar-laskar lain. Tidak heran kalau dalam perjalanannya telah terjadi penangkapan-penangkapan oleh Algemene Polisi (AP) Belanda karena kegiatan kegiatan dibawah tanah yang mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun ajaran 1948, teryata waktu belajar di SMP diperpanjang satu tahun lagi, sehingga menjadi empat tahun. Mengingat bahwa SMP Banyuwangi yang berstatus swasta tidak mungkin untuk mengadakan Ujian Akhir Negara. Maka sebagian dari pelajar pindah ke SMP Negeri Jember dengan alasan masih trauma terhadap pengalaman penangkapan dan penyiksaan masa lalu dan pada akhir tahun ajaran dapat mengikuti Ujian Akhir Negara. Namun menjelang akhir Tahun ajaran 1949, yang semula diperkirakan bahwa pelajar kelas IV harus mengikuti Ujian di Jember, teryata tidak terjadi, karena pada saat itu SMP Banyuwangi telah diakui menjadi SMP Negeri, sehingga Ujian Akhir Negara dapat dilaksanakan sendiri.
Untuk menegrikan SMP pada saat itu, Kepala Sekolah menawarkan kepada para siswa kelas IV untuk persetujuannya. Seorang guru tidak setuju, sehingga setelah diakui menjadi SMP Negri, beliau mengundurkan diri.**Bersambung***
ADVERTISEMENT
Tulisan L. A. PASSANDARAN disunting dari Buku koleksi Perpustakaan Banjoewangie Tempo Doeloe - Melik Parijatah Banyuwangi.