KISAH PASUKAN PEJUANG PELAJAR DI KOTA BANYUWANGI 1945-1948 Part 2 - Tamat

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
8 November 2018 17:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
KISAH PASUKAN PEJUANG PELAJAR DI KOTA BANYUWANGI 1945-1948 Part 2 - Tamat
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
SMP Negeri 1 Banyuwangi berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya adalah HIS (Hollandsch-Inlandsche School) yaitu sekolah yang didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis. HIS merupakan jenjang Pendidikan Rendah (Lager Onderwijs) atau setingkat dengan pendidikan dasar sekarang. Jejak sebagai sekolah Belanda sampai sekarang masih terlihat pada tiga bangunan kuno yang terus terawat. Namun arsip tertua data kepala sekolah yang dapat ditemukan adalah kepala sekolah yang memimpin pada tahun 1948
ADVERTISEMENT
Adakah semangat perjuangan para pelajar terhenti ? Ternyata tidak. Ada diantara mereka yang secara diam-diam mengadakan hubungan dengan para penjuang yang saat itu sudah mulai tertata kembali dalam kantung-kantung gerilya di Banyuwangi Utara dan Selatan.
Setiap terjadi kontak senjata dengan pihak Belanda, banyak diantara mereka gugur atau tertangkap. Penangkapan juga terjadi pada pelajar-pelajar yang saat itu secara diam-diam mengadakan hubungan dengan para pejuang. Mereka ditangkap. diinterogasi bahkan disiksa dan ada pula yang sampai dihadapkan di meja hijau. Para gurupun tidak luput dari interogasi pihak kepolisian Belanda.
Yang cukup dikenal adalah gerakan yang dilakukan oleh “The Big Four” terdiri dari 4 orang pelajar pejuang. ialah :
1. R. Soewardi (TRIP Jember)
ADVERTISEMENT
2. Huziani (TRIP Lumajang)
3. M. Ichsan Ramli (P TR1 / Resimen 40 Jember)
4. Arbani (P TRI / Resimen 40 Jember)
Kelompok ini bertugas :
Membantu aktivitas para gerilya. sebagai mata-mata.
Membantu membentuk opini anti Belanda dengan penyebaran panflet panflet.
Menciptakan kekacauan dalam kota.
Pada akhimya mereka tertangkap dan diproses lewat pengadilan dan masuk dalam tahanan selama 2 (dua) bulan. Penangkapan berikutnya dilakukan pada hampir sebagian pelajar kelas III (1948), termasuk seorang pelajar puteri. Tuduhan kepada mereka terkait dengan upaya membantu “The Big Four”. Diantara mereka ada yang disiksa (disetrum). Para gurupun tidak luput dari penyidikan Algemene Polisi Belanda.
Namun kemudian, atas jaminan para guru mereka dibebaskan. Untuk mengamati gerak gerik para pelajar, oleh Polisi Belanda ditempatkan seorang mata-mata yang juga adalah pelajar.
ADVERTISEMENT
Peristiwa Patriotik lain dilakukan oleh pelajar pada tahun 1949. Mereka merencanakan untuk mengadakan sabotase pembakaran pabrik padi dan rencana membunuh Wali Negara Jawa Timur. Niat mereka tercium oleh Polisi dan mereka ditangkap. Kelompok ini dikenal sebagai kelompok Semedi dan Jayadi. Di dalamnya juga terlibat seorang pelajar puteri dan seorang guru.
Gerakan Patriotik Lain Pada saat itu tanggal 31 Agustus 1948 adalah hari Ulang Tahun Ratu Wilhelmina (Ratu Belanda). Dimana-mana diadakan perayaan, termasuk pawai bagi pelajar-pelajar Sekolah Dasar dan SMP. Setiap anak diberi bendera kertas, merah-putih-biru (bendera Belanda). Apa yang terjadi, sepanjang jalan berserakan robekan bendera-bendera yang dilakukan oleh para pelajar tersebut.
Keesokan harinya para guru dipanggil Polisi untuk dimintai pertanggung jawabnya. Cukup banyak pejuang/gerilya yang ditangkap Belanda. Mereka ditempatkan dalam satu gudang bekas pabrik gula di Sukowidi. Dalam rangka menghibur para tawanan. sementara pelajar SMP Banyuwangi pada saat-saat tertentu mengadakan hiburan orkes keroncong pada malam hari. Kesempatan itu juga digunakan untuk menyelundupkan kebutuhan mereka seperti sikat gigi, obat gigi, rokok, sabun, makanan kering dan lain-lain. Pada akhimya kegiatan itu tercium oleh Belanda dan kegiatan hiburan dihentikan.
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun ajaran 1949 sekolah mengadakan Ujian Negara, sehingga para pelajar tidak perlu menempuh ujian di SMP Negeri Jember. Hampir semua siswa lulus,
Kesulitan timbul bagi mereka yang melanjutkan sekolahnya, karena sekolah lanjutan setelah SMP pada waktu itu, hanya ada dua di Jawa Timur, ialah di Malang dan Surabaya. Siswa dari Banyuwangi diharuskan melanjutkan ke VHO (Voorbereidend Hogere Onderwijs) di Surabaya. VHO adalah sekolah lanjutan setelah SMP, dengan jangka waktu belajar selama dua tahun. Kesulitan
yang dialami para siswa ialah, bahwa sekolah tersebut menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda. Banyak siswa berguguran dan terpaksa hijrah ke SMA dr. Sutomo yang berstatus swasta.
Suatu keuntungan kemudian setelah Kedaulatan, dimana kekuasaan pemerintah kembali ke tangan R.I., SMA dr. Sutomo diakui menjadi SMA Negeri I, sedangkan VHO menjadi SMA Negeri II.
ADVERTISEMENT
Teryata kemudian bahwa sebagian besar siswa SMA Negeri I adalah bekas pejuang kemerdekaan, disamping ada pula satu SMA Perjuangan yang siswanya adalah pelajar-pelajar pejuang yang masih aktif.
Demikian tulisan ini. semoga akan menjadi satu catatan kecil peristiwa sejarah Bumi Blambangan.
Suber@Buku Koleksi BTD - Pelajar Pejuang Banyuwangi Tahun 1945-1948 oleh L. A. PASSANDARAN.