Industri Film Indonesia Kembali Menggeliat, Berhasil Bangun dari Mimpi Buruk

Munna Mudrikah
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Konten dari Pengguna
11 Juni 2022 20:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Munna Mudrikah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Ilustrasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Ilustrasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 bagaikan mimpi buruk bagi seluruh sektor industri ekonomi tak terkecuali industri perfilman Indonesia. Setelah menikmati masa keemasan pada tahun 2019, dimana industri perfilman Indonesia pada akhir tahun itu berhasil menempati peringkat 10 dunia sebagai pasar film terlaris dengan menjual 51 juta tiket dalam setahun, Indonesia tiba-tiba dihadapkan dengan pandemi yang mengakibatkan industri film pengalami penurunan besar sampai 97% pada tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Keterpurukan tersebut berdampak pada hilangnya mata pencaharian para pelaku film di industri. Semua produksi perilisan film ditunda dan dihentikan, bioskop ditutup, industri film menjadi tidak produktif. Realita yang terjadi pada awal pandemi sangat memprihatinkan, benar-benar seperti mimpi buruk bagi para pelaku film.
Hadirnya tren series di platform OTT atau platform streaming online menyelamatkan sebagian mata pencaharian pelaku film. Sebagian beralih memproduksi series dan film untuk platform OTT selagi bioskop belum beroperasi.
Kehadiran platform OTT tidak cukup menyelamatkan keterpurukan industri film pada masa pandemi, karena bioskop masih menjadi sumber pendapatan terbesar di industri perfilman Indonesia.
Bioskop kemudian mulai dibuka secara perlahan-lahan, meskipun terbatas, industri film setidaknya bisa kembali bernapas, walau masih sedikit terseok-seok karena masyarakat pada saat itu belum berani untuk pergi ke bioskop.
ADVERTISEMENT
Meski terseok-seok, tahun 2021 menunjukkan adanya peningkatan dalam usaha menghidupkan kembali industri film Indonesia. Beberapa judul film lokal bahkan menerima apresiasi di festival-festival film internasional, seperti Yuni, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas, dan Penyalin Cahaya.
Sampai kemudian pada tahun 2022, dimana pandemi dan regulasinya sudah mulai melonggar, industri film Indonesia mencetak rekor dengan KKN di Desa Penari yang berhasil meraih 9 juta penonton dalam kurang lebih 1 bulan penayangan. Menobatkannya sebagai film horror nasional terlaris sepanjang masa.
KKN di Desa Penari juga berhasil mengalahkan kekuatan film Marvel, Doctor Strange: In The Multiverse of Madness yang meraup kurang lebih lima juta penonton. Namun terlepas dari itu, sudah pasti menjadi kegembiraan tersendiri bagi para pelaku film melihat bioskop lokal kembali dikunjungi jutaan penonton.
ADVERTISEMENT
Keberhasilan KKN di Desa Penari menjadi tolok ukur dari kebangkitan industri film Indonesia pasca pandemi dan awal yang baik bagi kemajuan industri perfilman Indonesia. Suksesnya film-film yang berhasil meraih box office di masa pandemi membangkitkan semangat dan minat masyarakat untuk kembali menonton film di bioskop.
Industri film Indonesia dan bioskop kini mulai hidup kembali, jejeran film lokal yang sempat tertunda mulai mengantre menunggu jadwal perilisan, mengharapkan perhatian dari masyarakat untuk terus mendukung film lokal guna memajukan perfilman Indonesia.