Problematika Kurikulum Merdeka Belajar di Jurusan Manajemen Pendidikan

Muqita Hanifah
Mahasiswa semester 4 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta program studi Manajemen Pendidikan
Konten dari Pengguna
22 November 2022 19:37 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muqita Hanifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pembelajaran di Jurusan Manajemen Pendidikan (Sumber :Dokumentasi Pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
Pembelajaran di Jurusan Manajemen Pendidikan (Sumber :Dokumentasi Pribadi).
ADVERTISEMENT
Jurusan Manajemen Pendidikan berhubungan erat dengan pendidikan. Mahasiswa Manajemen Pendidikan diajarkan mengenai kebijakan pendidikan, perencanaan, pengelolaan, dan jalannya proses pendidikan. Mahasiswa diberikan teori, praktik, sampai penelitian. Tentunya mahasiswa Manajemen Pendidikan juga belajar tentang Manajemen, sehingga mahasiswa memahami cara menuju tujuan pendidikan yang efektif dan efisien. Kenyataannya banyak mahasiswa yang belum memahami dan mempraktikkan dengan baik apa yang diajarkan. Seharusnya mahasiswa di Jurusan Manajemen Pendidikan yang belajar lebih mendalam seputar Manajemen Pendidikan bisa mempraktikkan dan bisa membawa dampak positif dalam memajukan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Banyak faktor yang menjadi penyebab mahasiswa tidak bisa mempraktikkan apa yang diajarkan oleh guru. Terdapat faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu kurangnya motivasi, minat, dan bakat mahasiswa, sedangkan faktor eksternal yaitu kurikulum, sarana, dan prasarana. Kurikulum yang tepat akan menjadi penunjang keberhasilan pendidikan. Maka dari itu kebijakan kurikulum harus sesuai dengan kebutuhan saat ini, jika kurikulum tidak sesuai maka pendidikan di Indonesia akan terus memburuk. Maka dari itu kita harus memperhatikan faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam pendidikan.
Diperlukan kurikulum baru untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Tujuan dari kebijakan yang juga dikenal dengan Kampus Merdeka Belajar-Merda ini adalah untuk menciptakan proses pembelajaran yang mandiri dan fleksibel di perguruan tinggi untuk menciptakan budaya belajar yang inovatif, tidak membatasi, sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, dan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai ilmu yang berguna untuk memasuki dunia kerja. Kebijakan baru yang ada di Perguruan Tinggi yaitu :
ADVERTISEMENT
1) Mekanisme Perguruan Tinggi Islam dan Prodi dengan Pihak Luar, dan
2) Percepatan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Go International dengan PTN
3) Mekanisme Magang Program Magang Di Luar Studi Kebijakan magang selama 3 semester di luar studi program dan PT. Kebijakan Badan Hukum (PTN-BH).
Kurikulum 2013 berganti menjadi Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum Merdeka diharapkan membuat pendidikan di Indonesia setara dengan pendidikan di negara maju lainnya. Kebijakan Kurikulum Merdeka yang lebih sederhana dan fleksibel, seperti pembelajaran yang terfokus pada materi yang esensial dan peserta didik yang belajar sesuai dengan minat dan bakat. Kebijakan seperti ini diharapkan mampu mewujudkan pendidikan yang lebih baik lagi. Penerapan kurikulum merdeka ini tidak mudah diterapkan, karena guru dan peserta didik harus bisa beradaptasi lagi dengan kurikulum yang baru ini.
ADVERTISEMENT
Tenaga pendidik dituntut untuk bisa melaksanakan pembelajaran yang menarik. Dengan demikian guru yang harus kreatif dalam memberikan dan mentransfer ilmu lewat berbagai metode. Langkah ini memang baik, tetapi masih banyak guru yang belum bisa menyajikan pembelajaran dengan cara seperti ini. Kenyataannya masih banyak tenaga pengajar yang masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. Guru harus mempelajari secara mandiri tentang pengaplikasian Kurikulum Merdeka Belajar lewat aplikasi merdeka mengajar yang sudah tersedia di platform yang disediakan oleh pemerintah namun masih banyak tenaga pengajar yang tidak mahir dalam teknologi sehingga menjadi hambatan dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar ini.
Pemerintah harus sadar akan problematika penerapan kurikulum. Karena penerapan seperti ini tidak mudah. Tenaga pendidik yang sudah terbiasa dengan metode mereka masing-masing sulit untuk mengubah metode mereka menjadi metode kurikulum merdeka belajar. Penugasan proyek yang belum terbiasa mereka terapkan membuat tenaga pendidik pada akhirnya menjadi bingung karena hal ini merupakan sesuatu yang baru bagi mereka. Jadi apabila tenaga pendidik tidak bisa menerapkan metode itu, maka penerapan Kurikulum Merdeka Belajar tidak akan ada hasilnya. Kesiapan guru-guru ini harus diperhatikan pemerintah karena guru sangat berperan dalam menjalankan sebuah kurikulum ini.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian sebaiknya pemerintah berfokus pada peningkatan kualitas pedagogis tenaga pendidik. Guru harus diberikan pelatihan dalam memahami dan menerapkan kurikulum, sehingga guru bisa melaksanakan dengan baik kurikulum tersebut. Apabila guru tidak memahami maka proses pembelajaran akan tetap sama dan tidak akan ada perubahan yang berarti untuk pendidikan di Indonesia.
Apabila tenaga pendidik mampu menerapkan dan mengaplikasikan Kurikulum Merdeka Belajar. Pembelajaran di kelas akan bermutu dan bernilai. Kebutuhan belajar siswa akan terpenuhi. Minat dan bakat siswa akan tumbuh. Peserta didik akan merasa senang dan tidak akan merasa tertekan dalam belajar. Semangat peserta didik akan meningkat dan masih banyak lagi. Guru juga dapat menjalankan tugasnya dengan baik seperti menyusun modul ajaran yang baik dan memberikan tugas yang berkualitas kepada peserta didik.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya guru saja yang harus beradaptasi dengan kurikulum yang baru ini. Namun peserta didik juga harus bisa beradaptasi dengan kurikulum merdeka belajar. Siswa dituntut untuk lebih merdeka dalam belajar seperti merdeka dalam menentukan minat dan bakat peserta didik. Dalam kurikulum ini diarahkan untuk berdiskusi, mengeluarkan pendapat, sehingga menghasilkan pemikiran yang kritis. Perubahan yang lain yaitu, sebelumnya pembelajaran berpusat pada guru sekarang pembelajaran lebih berpusat pada peserta didik, sehingga akan menciptakan peserta didik yang mandiri di masa yang akan datang.
Metode pembelajaran berdiskusi mendorong mahasiswa untuk memahami pengetahuan atau permasalahan dengan berbagai macam pandangan teman-teman kita, sehingga kita bisa membuat suatu keputusan akhir yang disetujui bersama. Peserta didik ada yang keberatan dengan menggunakan metode ini, karena tidak semua peserta didik suka berdiskusi dan pandai dalam mengeluarkan pendapatnya. Permasalahan ini sebenarnya datang dari tidak terbiasanya peserta didik dalam melakukan diskusi. Dengan demikian permasalahan ini bisa diatasi dengan cara latihan berbicara, sehingga peserta didik dapat terbiasa dalam berbicara.
ADVERTISEMENT
Selain problematika diatas, kurangnya sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran juga akan menjadi penghambat dalam menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar ini. Sarana dan prasarana yang harus tersedia yaitu alat teknologi yang memadai, jaringan internet yang stabil dan referensi buku yang harus ada untuk menunjang proses keberhasilan pembelajaran. Apabila ini tidak terpenuhi maka proses pembelajaran tidak akan efektif dan efisien.
Dari semua problematika yang sudah dipaparkan. Solusi dari masalah tersebut yaitu harus ada kontribusi dari berbagai pihak seperti guru, peserta didik, dan pemerintah. Ini semua harus menjalankan tugasnya secara profesional dan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai. Apabila semua ini terpenuhi maka proses penerapan Kurikulum Merdeka Belajar akan terlaksana dengan baik.
ADVERTISEMENT
Oleh Muqita Hanifah Hasanah Dilia