Pola Kepemimpinan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi: Transformatif nan Karismatik

Musfirah -
Mahasiswa di Ilmu Administrasi Negara FIA UI sejak tahun 2019
Konten dari Pengguna
20 Juni 2021 18:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Musfirah - tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Instagram @edy_rahmayadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Instagram @edy_rahmayadi
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan politik di tingkat pusat maupun daerah senantiasa terus mengalami perkembangan secara dinamis sehingga menuntut pengambilan keputusan secara cepat dan adaptif dari para pemangku kepentingan (stakeholders). Baik di lingkungan organisasi, terutama sektor publik, memiliki peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan serta menyangkut hajat hidup orang banyak sehingga diperlukan pertimbangan yang matang dan rasional untuk setiap keputusan yang ditetapkannya.
ADVERTISEMENT
Globalisasi yang selaras dengan perkembangan teknologi juga menjadi tantangan lainnya yang harus dihadapi oleh para pemimpin politik dalam mengoptimalkan kinerja masa jabatannya untuk mampu memberikan kebermanfaatan yang maksimal kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, dirasakan tingginya urgensi akan sosok kepemimpinan yang bersifat transformasional yang mampu untuk merespons secara tanggap dan tepat akan berbagai permasalahan kelembagaan serta isu birokrasi yang ada.
Istilah kepemimpinan transformatif menurut Hughes dalam bukunya berjudul Leadership Enhancing the Lessons of Experience sebagai kemampuan seorang pemimpin dalam memahami masalah yang ada dalam suatu sistem organisasi ke dalam suatu visi baru, terkait nilai – nilai dan cita–cita kongruen para anggota di dalamnya. Selanjutnya, diperlukan pemimpin transformasional yang adaptif sekaligus inovatif untuk mampu memaksimalkan upaya reformasi birokrasi baik di tingkat pusat maupun daerah secara merata.
ADVERTISEMENT
Dalam meninjau kepemimpinan pejabat daerah, yakni Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, merupakan salah satu contoh sosok pemimpin yang dapat dijadikan kajian tentang bagaimana peran pemimpin sektor publik dalam menggerakkan seluruh komponen organisasi yang dimilikinya dalam mencapai tujuan yang ingin diraih, yakni kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara secara luas.
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Edy Rahmayadi atau yang akrab dipanggil Edy Rahmayadi merupakan Gubernur Petahana Sumatera Utara ke-18 yang resmi memulai jabatannya sejak tanggal 5 September 2018. Sebelum menjabat sebagai Gubernur Sumut, Edy memegang jabatan sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ke-37 menggantikan Letnan Jenderal TNI Mulyono.
Edy selama hampir 3 tahun masa kepemimpinannya diketahui berhasil memperbaiki beberapa bidang kehidupan di Sumatera Utara hingga disebut sebagai ‘pemimpin bertangan dingin’. Julukan tersebut datang dari Ketua Perkumpulan Masyarakat Demokrasi 14 Sumatera Utara (De-14 Sumut) yang memuji keberhasilan kepemimpinan Edy dalam mendapatkan penilaian opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari lembaga BPK RI tahun 2019 lalu serta berhasil memperoleh skor baik atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur tahun 2019 yang diberikan lembaga DPRD Sumut.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan Transformatif nan Karismatik ala Edy
Terlepas dari berbagai kritikan yang datang mengenai gaya kepemimpinannya, Edy sejatinya merupakan salah satu dari sekian pemimpin daerah inovatif yang berbagai kebijakan dan keputusan politiknya ditujukan bagi keberlangsungan masyarakat Sumut. Jika ditinjau, dari berbagai pendekatan dan komunikasi yang dilakukannya selama menjabat sebagai Gubernur Sumut, dapat dikatakan kepemimpinan Edy erat akan gaya kepemimpinan transformatif dengan berbagai ide kreatif dan out of the box yang diusungnya.
Berbagai terobosan kebijakan diketahui telah dibuat oleh Edy bersama dengan wakilnya, Musa Rajekshah, demi meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Sumut sekaligus memaksimalkan sumber daya yang dimiliki Sumut demi kepentingan bersama.
Program pertama yang menjadi inisiasi kepemimpinan Edy hanya setelah lima bulan setelah ia dilantik adalah proyek pengadaan Tol Dalam Kota sebagai bagian dari program Antisipasi Medan Macet Total 2022. Pembangunan tol seluas total 30,97 km ini diketahui sama sekali tidak menggunakan APBD dan murni mendapatkan pembiayaan swasta. Proyek ini ditargetkan rampung di tahun 2023 sehingga masyarakat mampu mempergunakannya secara maksimal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, proyek transformasi pembangunan Sumut yang telah diagendakan oleh Edy adalah berkaitan dengan program penanggulangan banjir. Edy dan Ijeck membentuk setidaknya 12 kelompok kerja penanggulangan banjir yang bertugas menormalisasikan Sungai Badera yang ditargetkan rampung pada Desember 2019. Komitmen Edy dalam upaya pencegahan banjir juga dibuktikan melalui alokasi dana anggarannya sebesar Rp 12,4 M di tahun 2019 lalu.
Kritik Kepemimpinan Karismatik Edy
Selama masa pemerintahannya, Edy tidak terlepas dari berbagai penolakan disertai kritikan yang datang baik dari masyarakat Sumatera Utara maupun pihak eksternal. Kritikan tersebut umumnya didominasi oleh pola komunikasinya yang erat dengan kesan karismatik militer yang ia peroleh selama berdinas di TNI angkatan darat.
Kritikan pertama dilayangkan oleh Calon Legislatif PSI, Haslan Madli Tambunan, yang menilai gaya kepemimpinan Edy yang tegas seringkali menuai permasalahan yang tidak pantas dipertontonkan kepada masyarakat Sumut sehingga menyebabkannya menjadi sorotan publik.
ADVERTISEMENT
"Hal itu tak seharusnya terjadi lagi. Gubernur Edy harus menunjukkan jiwa kesatrianya sebagai pemimpin Sumut yang tetap mengutamakan kesopanan dan sikap yang ramah kepada masyarakat. Karena beliau adalah pemimpin yang menjadi teladan bagi masyarakat," ujar Haslan November 2018 lalu.
Selain itu, masukan lainnya juga datang dari tokoh akademisi Universitas Sumatera Utara (USU), Bengkel Genting, yang menilai gaya kepemimpinan Edy masih kental akan prinsip tegas komando yang biasa berlaku di institusi militer atau TNI. Gaya kepemimpinan tersebut dinilai tidak cocok untuk dijalankan pada instansi publik terutama berkaitan dengan koordinasi antara Aparatur Sipil Negara (ASN). Contoh nyata kritikan tersebut juga disampaikan melalui kegagalan pengadaan Festival Danau Toba yang memperlihatkan kurang adanya koordinasi antara pihak penyelenggara.
ADVERTISEMENT
Berbagai pihak menilai bahwa Edy dengan latar belakang karier di bidang militer, pada hakikatnya tidak cocok untuk memimpin suatu instansi publik. Namun, berbagai kebijakan transformatif yang diresmikannya membuktikan kemampuan dan kompetensinya sebagai pemimpin politik dan mampu untuk membawa Sumatera Utara ke taraf yang lebih baik lagi.
Hal tersebut selaras dengan pernyataan seorang tokoh bernama Bass, yakni “Charisma is a necessary ingredient of transformational leadership, but by itself it is not sufficient to account for the transformational process.”
Daftar Referensi
Bass, B. M. (1985). Leadership and performance beyond expectation. New York: Free Press
Hana, O. D. (2020). Menkeu Sri Mulyani: Jadi Pemimpin, Terlebih Perempuan, Tak Mudah. https://kabar24.bisnis.com/read/20201221/15/1333536/menkeu-sri-mulyani-jadi-pemimpin-terlebih-perempuan-tak-mudah
Napitupulu, M. (2019). Setahun Kepemimpinan Edy-Ijeck, Berikut Program yang Sudah Dilakukan. https://sumut.idntimes.com/news/sumut/masdalena-napitupulu-1/setahun-kepemimpinan-edy-ijeck-berikut-program-yang-sudah-dilakukan/5
ADVERTISEMENT
Wartaekonomi. (2018). Gaya Tegas Gubernur Edy Tak Layak Dipertontonkan. https://www.wartaekonomi.co.id/read205162/gaya-tegas-gubernur-edy-tak-layak-dipertontonkan