Konten dari Pengguna

Bagaimana Dokter Hewan Berkomunikasi Dengan Pasien Mereka?

Mea Zulfika
Saat ini mahasiswa Universitas Airlangga.
9 Desember 2024 12:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mea Zulfika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto depan Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) (sumber: Mea Zulfika)
zoom-in-whitePerbesar
Foto depan Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) (sumber: Mea Zulfika)
ADVERTISEMENT
Pertanyaan ini ada dalam pikiran saya saat menyaksikan hari pertama saya di rumah sakit hewan. Dokter hewan harus ahli dalam berkomunikasi dengan pemilik hewan agar mereka memahami gejala, perawatan, dan rencana pengobatan, di samping memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kesehatan hewan. Ini adalah keseimbangan yang rumit yang membutuhkan pemahaman, kesabaran, dan transparansi. Saya terkesan melihat betapa banyak empati dan kejelasan yang dibutuhkan saat dokter hewan dengan lembut menyampaikan diagnosis yang rumit kepada pemilik hewan yang cemas. Dokter hewan dengan hati-hati menjawab pertanyaan, menjelaskan istilah-istilah medis dengan bahasa yang mudah dimengerti, dan memberikan metode perawatan yang jelas.
ADVERTISEMENT
Saya menyadari betapa pentingnya komunikasi dalam praktik kedokteran hewan, tidak hanya untuk merawat hewan tetapi juga untuk membantu mereka yang merawatnya. Saat saya memasuki rumah sakit hewan, hal pertama yang saya perhatikan adalah seekor anjing. Ia adalah pasien yang tinggal di rumah sakit hewan untuk perawatan lebih lanjut. Namun, saat saya berkunjung, ia sedang berjalan bersama koas atau co-assistant dan terlihat sangat menggemaskan serta ramah dengan orang lain.
Foto diambil bersama teman-teman di Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) (kredit: koas)
Pada tanggal 6 November 2024, saya pergi ke Rumah Sakit Hewan di Universitas Airlangga. Siapa sangka, hal pertama yang saya lihat adalah banyaknya anjing yang dirawat di rumah sakit tersebut. Berdasarkan yang saya tahu, ada dua jenis alur pendaftaran, yaitu untuk pasien baru dan pasien lama. Untuk pasien baru, pemilik harus membawa hewan peliharaannya dan mengisi data, termasuk KTP pemilik. Sementara itu, untuk pasien lama, mereka hanya perlu memberikan data yang sebelumnya telah diisi di Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP). RSHP menyediakan berbagai layanan publik seperti poliklinik, pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan dermatologi, kunjungan rumah, IGD 24 jam, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Saat saya melihat sekeliling, saya memperhatikan sebuah pamflet yang menyebutkan bahwa akan diadakan 'Pet Festival 2024' pada 22 hingga 24 November 2024. Kegiatan yang akan diadakan termasuk bazar hewan peliharaan, jalan santai bersama hewan peliharaan, seminar, dan lokakarya perawatan hewan. Menurut pandangan saya, festival hewan peliharaan ini dapat mengembangkan cara komunikasi dengan pemilik hewan.
Setelah melihat-lihat di lantai dasar, saya naik ke lantai dua. Di sana ada ruang ICU untuk perawatan setiap pukul 3:00 sore. Di ruangan ini, saya melihat koas berusaha sebaik mungkin merawat hewan-hewan sambil bermain dan berbicara dengan mereka. Dari saat itu, saya menyadari bahwa selalu ada banyak cara untuk berkomunikasi dengan pemilik maupun hewan itu sendiri. Kemudian, ada ruang operasi untuk melakukan pembedahan bagi pasien yang membutuhkan. Setelah operasi, hewan-hewan akan dirawat di rumah sakit tersebut untuk dipantau dan menjalani pemeriksaan lanjutan jika diperlukan. Biasanya, setelah operasi, mahasiswa koas bertugas memberikan obat kepada pasien dan memantau mereka hingga sehat kembali. Di sinilah komunikasi antara dokter dan koas menjadi penting. Koas harus memperhatikan dengan saksama instruksi dari dokter.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, kami pergi ke lantai tiga untuk bertemu seekor anjing bernama Cokelat. Dia hanya memiliki tiga kaki karena, menurut dokter, dia pernah mengalami kecelakaan. Namun, dia sangat aktif dan ceria. Koas kemudian membawa Cokelat berjalan-jalan, dan dia terlihat sangat senang. Dia suka bermain-main. Koas memberi kami kesempatan untuk berjalan-jalan bersama Cokelat dan bermain dengannya. Salah satu teman saya membawanya, dan Cokelat mulai berjalan-jalan di sekitar rumah sakit bersama teman saya, sementara saya dan teman-teman lainnya berbincang dengan koas untuk menanyakan kehidupannya sehari-hari di rumah sakit. Menurutnya, menjadi koas itu berat karena sibuk dan membutuhkan semua pengetahuan yang telah dipelajari sejak semester satu hingga semester terakhir.
Foto Cokelat (sumber: Mea Zulfika)
Dia juga mengatakan bahwa komunikasi dengan pemilik tidaklah sesulit yang dibayangkan, tetapi komunikasi dengan dokter hewan adalah bagian tersulit. Hal ini karena dokter perlu memeriksa pasien secara langsung. Dia juga mengingatkan kami bahwa ketika ingin memanggil pasien, kita harus memanggil mereka dengan nama mereka. Percakapan kami berakhir saat Cokelat kembali kepada kami bersama teman saya.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, kami kembali ke rumah sakit bersama Cokelat. Koas lainnya mengajari kami apa yang harus dilakukan pertama kali saat bertemu pasien. Dia mengatakan bahwa hal pertama yang harus dilakukan adalah pemeriksaan fisik, seperti memeriksa mata, hidung, mulut, bulu, suhu, berat badan, dan lainnya. Kemudian, bertanya kepada pemilik tentang riwayat medis pasien dan gejala yang dialami. Setelah beberapa pertanyaan, dokter akan membuat diagnosis dan hipotesis. Setelah pemeriksaan selesai, dokter akan memberi tahu pemilik apakah pasien perlu dirawat atau boleh pulang. Jika diperbolehkan pulang, pemilik harus pergi ke loket untuk mengambil obat dan melakukan pembayaran.
Untuk mendukung pemilik hewan peliharaan dan memberikan perawatan hewan yang terbaik, komunikasi yang efektif sangat penting. Komunikasi ini menciptakan lingkungan yang positif di mana tim kedokteran hewan dapat bekerja sama, memahami kebutuhan hewan peliharaan, dan menangani keadaan darurat dengan efisien, sehingga semua pihak yang terlibat mendapatkan manfaat.
ADVERTISEMENT