Cinta Juga Memiliki Bahasa

Nazwa Putri Friska
Seorang mahasiswa semester 1 jurusan Akuntansi di Universitas Pembangunan Jaya. Memiliki minat baca yang tinggi dan gemar untuk menulis tentang berbagai topik.
Konten dari Pengguna
20 Desember 2023 10:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazwa Putri Friska tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: https://www.istockphoto.com/id/klip-video/couple-relationship
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: https://www.istockphoto.com/id/klip-video/couple-relationship
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kamu merasa, bahwa kata-kata dalam sebuah hubungan terlalu sederhana untuk merangkum semua yang ingin kita sampaikan? Jika kamu merasa relate dengan hal tersebut, maka selamat! Kamu adalah satu dari sekian juta manusia di bumi ini yang menyadari bahwa menunjukkan sebuah rasa cinta bukan hanya dengan kata-kata, melaikan ada empat bahasa cinta lainnya yang dapat kamu implementasikan kepada sang terkasih. Mulai dari waktu kebersamaan yang berharga, tindakan yang membuat kagum, diberikannya hadiah yang membuat hati meleleh, dan sentuhan kecil yang membuat lupa dengan dunia dan seisinya.
Saya pernah berada dalam hubungan yang membuat saya merasa bahwa saya tidak dicintai seutuhnya. Saya adalah seorang individu yang ingin dicintai dengan sentuhan fisik. Saat pasangan saya memberikan bahasa cinta yang saya idamkan, saya merasa bahwa saya dicintai seutuhnya. Tapi pada nyatanya, saya tidak mendapatkan hal tersebut dari pasangan saya. Dia adalah sosok individu yang cenderung dingin dan tertutup, maka dari itu di dalam hubungan kami dia cenderung bersikap apatis dan bersikap acuh tak acuh. Maka dari itu, terjadilah miss-communication dalam bagaimana kami ingin dicintai.
Foto oleh Growing Self: https://www.growingself.com/how-to-avoid-miscommunication-in-relationships/
Saat itu, saya dan pasangan terlalu buta untuk mengerti bahwasanya kami memiliki referensi yang berbeda dengan bagaimana kami ingin dicintai. Hal tersebut pada akhirnya menjadikan perpisahan sebagai akhir dari hubungan kami. Saat hal tersebut terjadi, saya berkaca kepada diri saya sendiri sambil berpikir ‘apa yang salah dari kami?’. Dari sana saya menemukan fakta mengejutkan. Bukan hanya saya yang merasakan kegagalan dalam hubungan karena bahasa cinta yang diberikan tidak semestinya, melaikan banyak kawan-kawan terdekat saya pun merasakan hal yang sama.
ADVERTISEMENT
Chapman (2010) dalam publikasinya yang berjudul The 5 love languages: The secret to love that last yang diterbitkan disitus Northfield Publishing menjelaskan bahwa ada lima bahasa cinta (five love languages) dan setiap individu memiliki bahasa cinta primer tersendiri. Yang pertama adalah Words of affirmations, atau yang dapat kita sebutkan juga sebagai kata-kata penghargaan. Bahasa cinta ini merupakan pemberian suatu kalimat yang bersifat positif dan bermaksud untuk memberikan kasih sayang lewat kata-kata. Yang kedua adalah Quality Time. Bahasa cinta yang satu ini lebih bermaksud untuk memberikan waktu yang akan dihabiskan bersama orang terkasih. Bahasa cinta ketiga adalah Acts of Service. Ada beberapa orang yang memiliki pendapat bahwa ketika kita mendapatkan uluran bahasa cinta ini, kita akan merasa dicintai dan memiliki anggapan orang tersebut sangat lah gentle. Selanjutnya ada Receiving Gifts, yang di mana seseorang akan merasa dicintai jika mereka diberikan hadiah oleh orang-orang terkasih. Dan bahasa cinta terakhir, yaitu Physical Touch. Dapat kita setujui bahwa bahasa cinta ini adalah yang terintim dibanding yang lainnya. Pasangan akan merasa terkasihi saat mereka mendapatkan sentuhan fisik dari pasangannya.
ADVERTISEMENT
Dalam publikasinya tersebut, Chapman juga menjelaskan bahwa ketika bahasa cinta primer seorang individu terpenuhi, maka dia akan merasa aman di dalam cinta tersebut dan akan mengalami potensi tertinggi dalam mencinta dan dicintai. Namun apabila sebaliknya, maka hubungan tersebut akan terasa hambar dan akan selalu kurang dalam hubungan yang dijalaninya.
Masalahnya tiap individu memiliki preferensi yang berbeda terkait bahasa cinta. Ada yang merasa dicintai dengan sentuhan fisik, ada pula yang merasa dengan menghabiskan waktu bersama adalah sebuah bentuk tahap mencintai yang romantis. Dan berbagai perspektif tentang bahasa cinta lainnya. Dalam hal ini, saya dapat berkaca pada pengalaman saya sendiri. Saya sendiri senang sekali jika ada seseorang yang menujukkan rasa cintanya melalui sentuhan fisik. Saat hal tersebut terjadi, saya dapat merasakan butterfly effects yang menggelitik perut saya.
ADVERTISEMENT
Apakah penting bagi setiap individu saling memahami bahasa cinta pasangannya? Bagaimana cara untuk memahami bahasa cinta tersebut? Yaps! Menurut saya penting sekali bagi kita semua untuk saling memahami bahasa cinta orang-orang terkasih. Karena saat kita dapat memberikan sebuah hal yang mereka sukai, disanalah mereka akan merasa dicintai seutuhnya. Dampak positif dari hal tersebut ialah terbentuknya rasa penghargaan dan adanya kenyamanan terhadap satu sama lain.
Angin dan Yeniretnowati (2021) dalam publikasinya yang berjdul Implikasi Pemahaman Bahasa Cinta Bagi Relasi Suami Istri diterbitkan oleh Jurnal Teologi (Juteolog) mengemukakan bahwa terdapat dua cara untuk mengetahui bahasa cinta pasangan masing—masing. Pertama, memahami hal apa saja yang sering diminta oleh pasangan. Ini dapat kita gunakan sebagai acuan untuk tahu bahwa kemungkinan besar hal tersebut adalah bahasa cinta dari sang pujaan. Terakhir, kita harus lebih peka dan memahami apa yang pasangan secara teratur ekspresikan kepada kita.
ADVERTISEMENT
Dapat saya tambahkan pula, mengomunikasikan hal apa yang kita senangi dan ingin pasangan lakukan kepada kita dapat menjadi salah satu cara untuk saling memahami bahasa cinta masing-masing pribadi. Pembahasan ini membuat saya teringat satu quotes dari Tony A. Gaskins JR yang menurut saya relate dengan hal ini. “Communication to relationship is like oxygen is to life. Without it, it dies.” Dari kalimat tersebut, Tony menganalogikan komunikasi sebagai oksigen bagi kehidupan. Di mana bila tidak ada hal tersebut, maka tidak ada hal yang dapat kita lakukan.
Last but not least, dapat kita garisbawahi pentingnya bahasa cinta dalam hubungan dan mungkin akan mengalami kesulitan saat adanya preferensi yang berbeda dalam menyampaikan cinta tersebut. Seperti hal yang Renata Suzuki dan Chapman soroti bahwa meskipun kita menggunakan bahasa cinta yang berbeda, tetapi cinta adalah bahasa universal yang dapat menghubungkan dua insan menjadi pasangan yang saling mengasihi. Pengalaman pribadi yang saya alami juga dapat menjadi sebuah pembelajaran bahwa perbedaan dalam menyampaikan cinta dan tidak adanya usaha untuk mengomunikasikan hal tersebut bisa menyebabkan kehancuran dalam hubungan.
Sumber foto: https://www.istockphoto.com/id/foto/pasangan-senior-berjalan-di-pantai-berpegangan-tangan-saat-matahari-terbenam-gm1174056460-326362331
Penting sekali bagi kita untuk menghormati dan saling memahami bahasa cinta pasangan untuk menjaga hubungan yang harmonis. Saling terbuka dalam komunikasi, mengamati atas keinginan pasangan, dan kesadaran akan cara pasangan mengekspresikan bahasa cinta dapat menjadi kunci untuk memahami dan menyampaikan rasa kasih sayang dengan lebih baik. Jadi, tunggu apalagi? Mari bersama-sama mempelajari dan mengenali pasanganmu lebih dalam untuk hubungan yang manis dan harmonis.
ADVERTISEMENT