Pengaruh Media Sosial dalam Pembentukan Kekebalan Komunitas di Era Pandemi Covid

nabila damayanti
Mahasiswi Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Dengan NIM 102111133095 dan dari kelas IKM 3C
Konten dari Pengguna
21 Mei 2022 19:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari nabila damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Media sosial yang marak digunakan oleh masyarakat Indonesia (Sumber: dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Media sosial yang marak digunakan oleh masyarakat Indonesia (Sumber: dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
COVID-19 (Coronavirus desease 2019) merupakan penyakit yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada bulan Desember tahun 2019 dan menyerang di hampir seluruh negara di dunia. Virus ini terhitung cepat penyebarannya, karena dapat ditularkan melalui droplet yang menyebar saat pengidap sedang berbicara, batuk, atau bersin. Bahkan, WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi pada tanggal 12 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Penyakit menular ini mengganggu sistem pernafasan dengan gejala awal yang ringan. Bahkan, di beberapa kasus yang ditemukan, penderita yang terkena virus ini tidak disertai tanda-tanda atau gejala. COVID-19 juga memicu penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan untuk muncul dan bahkan semakin parah. Lebih buruknya lagi, penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 ini dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya.
Dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari adanya COVID-19 ini, pemerintah pun tak tinggal diam. Mereka membuat beberapa regulasi, seperti lockdown, social distancing, dan lain sebagainya. Dari sekian regulasi yang telah ditetapkan, nyatanya masih belum memberi pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat di era pandemi COVID-19 ini. Hingga pada akhirnya, pemerintah menemukan cara yang dapat dinilai paling efektif, yakni dengan mencanangkan program vaksinasi.
ADVERTISEMENT
Perjalanan program vaksin tidaklah mudah. Di awal program ini berjalan, banyak pengguna media sosial yang masih ragu untuk divaksin. Tak hanya itu, beberapa masyarakat pun ada yang menganut gerakan antivaksin. Bahkan secara mengejutkannya, sebuah studi menemukan bahwa fenomena keraguan untuk menerima vaksin ini tak hanya muncul di kalangan masyarakat. Namun, juga ditemukan di lingkungan tenaga kesehatan professional. Tak heran bila di tahun 2019, WHO menempatkan keragu-raguan dalam menerima vaksin di antara sepuluh ancaman paling penting bagi global.
Tentu, dengan adanya media sosial dapat memudahkan masyarakat, khususnya dalam hal komunikasi apalagi di era pandemi. Di samping banyaknya manfaat yang ada, pasti ada dampak negatif yang ditimbulkannya. Hal tersebut tergantung dari bagaimana cara kita memakainya. Orang-orang yang tidak bijak dalam menggunakan media sosial, dapat dengan mudah menyerap informasi-informasi keliru atau hoaks yang beredar.
ADVERTISEMENT
Beredarnya hoaks-hoaks di media sosial bisa memengaruhi persepsi atau stigma masyarakat akan suatu hal. Salah satu contohnya, yaitu hoaks mengenai vaksinasi dan hal-hal yang berkaitan dengan COVID-19. Informasi keliru yang beredar dapat membuat orang-orang ragu untuk menerima vaksinasi. Masyarakat juga terkadang tidak memerdulikan darimana sumber informasi mengenai vaksin yang mereka dapat.
Padahal, sumber-sumber informasi yang beredar di media sosial sangat berperan penting dalam memegang kendali terlaksananya program vaksinasi yang sukses. Program vaksinasi yang dicanangkan pemerintah bertujuan untuk mencapai kekebalan komunitas.
Dengan adanya kekebalan komunitas tersebut, covid akan hilang secara perlahan-lahan. Syukurnya, terhitung per-bulan Maret 2022, kekebalan komunitas sudah hampir sepenuhnya terbentuk, karena program vaksinasi sudah mencapai total populasi sebesar 181,5 juta.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, masyarakat hendaknya dapat lebih bijak dalam menggunakan media sosial agar tidak turut andil dalam meyebarkan berita hoaks. Masyarakat juga harus bisa memilah informasi yang beredar di media sosial, karena tak semua informasi tersebut merujuk pada suatu kebenaran.
Harapan penulis, seluruh masyarakat, pemerintah, juga sektor-sektor lain harus bisa bekerja sama agar COVID-19 ini tidak lagi menyerang kesehatan masyarakat Indonesia dan masyarakat bisa jauh lebih siap untuk menangani penyakit serupa yang mungkin muncul di masa mendatang.