Dicari: Munggahan dan Keramaian Menyambut Ramadhan

Nabilah Muhamad
Mahasiswa semester 4 Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.
Konten dari Pengguna
29 April 2020 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabilah Muhamad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
(Pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Potongan lirik lagu Haddad Alwi ft Anti – Marhaban Ya Ramadhan rupanya menjadi lagu wajib ketika memasuki bulan penuh suci. Jika lagu ini sudah terdengar dan iklan sirup legendaris sudah mulai tayang di televisi, berarti ramadhan sudah dekat. Tidak lupa tukang takjil dadakan yang memadati pinggir jalan raya juga turut meramaikan bulan Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Seluruh umat muslim yang ada di Dunia menyambut Ramadhan dengan suka cita. Bulan suci–sebutan akrabnya, ini hanya terjadi sekali dalam sepanjang tahun. Tidak heran jika umat muslim menyambutnya dengan beragam tradisi yang ada. Bahkan, di Indonesia saja beragam cara sambut Ramadhan dari berbagai pelosok daerah.
Salah satu tradisi yang ada di tanah sunda ialah Munggahan, biasanya dilakukan pada bulan Sya’ban sebelum memasuki bulan Ramadhan. Munggahan dilakukan dengan berkumpul dengan keluarga maupun kerabat, bentuk pelaksanaanya beragam dari makan bersama hingga saling bermaafan. Tak heran, jika memasuki musim Munggahan, tempat wisata dan tempat makan penuh dikunjungi untuk menghabiskan waktu bersama orang terdekat.
Purwakarta misalnya, kota yang budaya Sunda-nya cukup kental ini selalu rutin melaksanakan Munggahan. Biasanya, makan-makan dengan orang terdekat dilaksanakan minggu terakhir sebelum memasuki Ramadhan. Dari teman TK hingga teman kerja, jika ada waktu dan kesempatan, pokoknya Munggahan!
ADVERTISEMENT

Hilang

Ada yang hilang dari Ramadhan kali ini, kedatangan tamu tak diundang siapa lagi jika bukan virus Corona atau nama ilmiahnya Covid-19. Karena ada wabah di tengah Ramadhan, tradisi Munggahan ini tidak bisa dilakukan sebagaimana biasanya. Adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah dilakukan di beberapa tempat ini membuat kumpul-kumpul dengan keluarga besar maupun kerabat menjadi terhambat.
Seperti salah satu cerita dari Hartsa Putri, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang berdomisili di daerah Cikopak, Purwakarta merasakan hilangnya atmosfer Ramadhan. Karena kali ini ayah dan kakak tertuanya tidak bisa pulang dan melaksanakan ibadah puasa bersama. Ditambah lagi karena adanya Covid-19 yang memaksa maskyarakat untuk tetap di rumah dan tidak membuat kerumunan.
ADVERTISEMENT
Hartsa bercerita jika Ramadhan tahun ini tidak melakukan Munggahan, “(biasanya Munggahan) Nyate, ngeliwet, bakar ikan, terus makan bersama,” ceritanya ketika diwawancarai Minggu (26/04/2020). Katanya, Ramadhan kali ini sepi, pasalnya tidak ada salat tarawih bersama di masjid dan lingkungan rumahnya sepi karena adanya pembatasan sosial sebab ulah si Corona ini.
Sama halnya dengan Rizki Aulia atau yang akrab disapa Kiki, mahasiswi asal Purwakarta ini juga turut bercerita jika Munggahan kali ini tidak bisa dilaksanakan seperti tahun sebelumnya. Kiki biasanya menjadikan Munggahan sebagai momentum untuk jumpa dengan teman lamanya.
“Biasanya, Munggahan teh reuni sama temen SD, SMP, atau SMA terus sama keluarga juga. Makan-makan di luar gitu, tapi kalau sekarang nggak bisa ngapa-ngapain soal keluar rumah aja ‘kan dibatasi. Cuman bisa makan di rumah aja sama keluarga,” tuturnya pada Minggu (26/04/2020).
ADVERTISEMENT

Senyap

Jalanan di Purwakarta tidak begitu lenggang dan tidak begitu ramai pula. Namun, ada yang senyap yaitu keramaian menyambut Ramadhan. Kondisi di tengah pandemi tidak bisa memaksakan ego untuk tetap melakukan perkumpulan. Demi menjaga keselamatan bersama, sambutan yang ramai untuk ramadhan perlu dikorbankan.
“Pasti suasana Ramadhan kali ini tuh beda banget. Karena ‘kan kita lagi ngejalanin PSBB juga, akibat adanya Covid-19. Jadi, mau ke mana-mana dibatasi mau Munggahan enggak bisa, pastinya mau buka bareng-bareng sama temen juga nggak bisa,” cerita Kiki dengan perasaan sedih.
Menurutnya, dengan kondisi seperti ini menyambut Ramadhan terasa menyedihkan. Pasalnya, Ramadhan menjadi hal yang paling ia tunggu karena bisa buka puasa bersama dengan teman-teman lama yang jarang untuk bertemu. “Mau bukber (buka bersama) nggak bisa, mau jalan-jalan nggak bisa, mau ngabuburit juga nggak bisa karena semuanya serba dibatasi,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu penutupan jalan di Purwakarta sudah dilakukan sejak akhir Maret lalu. Beberapa jalan yang biasanya ramai dilewati pengendara di tutup sejak sore hingga malam hari. Protokol kesehatan pun sudah diumumkan guna keselamatan bersama. Salat tarawih pun tidak boleh dilakukan secara berjemaah di masjid maupun musala.
Rupanya, Covid-19 menjadi musuh besar saat ini karena berbagai hal menjadi terhambat. Meskipun begitu, jangan sampai merusak ibadah puasa. Cukup sambut dengan hati yang damai dan ikhlas. Perbanyak doa dan menjaga kesehatan agar wabah ini segera berakhir.