Tiket.com Jadi Kunci Keharmonisan Hubunganku dengan Ayahku

Nabilla DP
blogging at www.bundabiya.com
Konten dari Pengguna
14 Januari 2018 23:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabilla DP tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tiket.com Jadi Kunci Keharmonisan Hubunganku dengan Ayahku
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Jauh dari Ayah
Aku memiliki hubungan yang agak aneh dengan ayahku. Dekat, tapi jauh. Melihat logo baru tiket.com, aku jadi teringat kenanganku dengan ayahku selepas melahirkan. Saat itu aku dilanda kelelahan yang teramat sangat. Deadline tulisan, studi pascasarjana yang harus segera aku tuntaskan, mengembangkan bisnis yang baru aku rintis, serta membiasakan diri dalam sebuah amanah baru sebagai seorang ibu muda, semua itu aku rasakan dalam waktu yang bersamaan. Acap kali rasa lelah dan jenuh itu mampir. Apalagi dengan perubahan hidupku ini, aku jadi jarang traveling, berbeda jauh saat masih single dulu. Kadang aku merengek kepada suamiku untuk mengajakku traveling ke suatu tempat yang membuatku fresh dan bahagia. Tetapi sayang sekali, waktu itu suamiku baru saja pindah kantor. Ia mendapat kesibukan dan tumpukan tugas yang menggunung, sehingga sulit sekali mengambil waktu luang. Selain itu, orangtua ku pun tidak mengizinkan lantaran anakku yang masih sangat kecil untuk dibawa berpergian.
ADVERTISEMENT
Eh, betapa kagetnya aku saat melihat foto-foto liburan beredaran di Facebook ayah dan ibuku. Rupanya, meski disatu sisi mencegahku berpergian, orang tua ku ternyata justru menghabiskan banyak waktu untuk traveling ke berbagai wisata di Jawa Timur. Sebut saja Teluk Love di Jember, B 29 di Lumajang, serta ke Bromo. Makin bete saat ayah justru mengajak rekan-rekan kerjanya, tetapi sama sekali tidak memberiku tawaran untuk turut serta.
Sejak kecil, aku dan ayahku memang jauh. Ayahku seorang yang workaholic. Aku menghabiskan masa kecilku dengan memori yang sedikit tentang ayahku, sebab ayah bekerja di luar kota. Ketika remaja, ayahpun masih bekerja di luar kota. Ketika sudah memiliki satu orang cucu pun, ayah juga tetap bekerja antar kota, antar provinsi. Sudah kayak bis saja ya. Meski usianya hampir memasuki setengah abad, ayah masih mampu menangani berbagai urusan bisnis dan pekerjaannya. Lelaki berkumis ini memiliki bisnis di Jakarta yang melayani jasa penulisan buku serta pembuatan majalah di beberapa kementerian. Terkadang jika ayah kekurangan tim, ayah mengerahkan aku untuk meliput beberapa agenda serta menulis artikel. Mobilitas ayah sangat tinggi, dalam seminggu ayah bisa menempuh perjalanan Jakarta-Jogja-Surabaya-Malang-Lumajang.
ADVERTISEMENT
Karena sangat berjarak, kami jadi sering salah paham. Aku sering merasa ayah tidak memahami passion-ku serta tidak menghargai usahaku, ayah pun kerap merasa aku susah diatur, keras kepala, dan sensitif. Kami berdua tipikal orang yang suka bercanda, tetapi juga mudah tersinggung. Bedanya, sering kali ayah bercanda disaat yang kurang tepat atau mungkin ayah memang tidak paham bahwa candaannya keluar di waktu yang salah. Sebut saja saat ayah memberikan beberapa celetukan di awal periode kelahiran anakku. Saat itu aku masih dirundung rasa lelah dan pemulihan pasca operasi bedah sesar. Bukannya memberi dukungan dan kalimat positif, eh ayah memberiku celaan dan kritikan dengan nada yang kurang bersahabat.
“Halah, si gendhuk nggak harus dapat ASI kan, minum susu formula juga nggak papa.”
ADVERTISEMENT
“Kamu kok gembrot banget sih Bil, nggilani (jijik).”
“Kamu mau jadi apa kalau nggak daftar PNS dengan segera?!”
“Kamu ini lemah sekali, jauh dibanding ibumu dulu.”
“Kamu nggak jalan-jalan sebentar aja sudah stres.”
“Ih, kamu ini bau banget sih.”
Perihal bau badan itu adalah ejekan terakhir ayah kepadaku. Mendengar itu, aku spontan berucap, “Ayah tidak usah dekat-dekat aku kalau nggak mau kena bau. Tidak perlu juga ayah melihatku jika ayah tidak ingin,” ujarku sewot. Aku pun masuk kamar dan menangis tersedu-sedu, laporan sama suamiku. Suamiku berkata kalau aku sama sekali tidak bau badan, begitu pun adik ku. Saat itu aku memang sedang berkeringat sebab cuaca sangat panas, meski demikian aku sudah mengganti baju, memakai parfum dan deodorant. Lagipula, keringatku ini terus muncul karena kalori yang terbuang seusai menyusui dan menyetok ASI perah. Karena sangat letih, aku jadi mudah tersinggung. Klop deh, yang satu gampang baper, yang satu suka ceplas-ceplos.
ADVERTISEMENT
Ibu berusaha mengajakku mediasi dan meminta aku memaklumi dengan mengatakan bahwa ayah tidak bermaksud menyinggung. Mediasi gagal. Akhirnya kami pun tidak saling bicara selama beberapa pekan.
Peran Tiket.com
Hingga kemudian aku jatuh sakit sepulang dari menyelesaikan tesisku di Jogja. Aku kecapaian karena ngebut tesis selama sebulan. Ayah akhirnya mengajakku ngobrol dan jalan-jalan ke Bandara, sambil bercerita tentang kondisi keuangan dan kesulitan bisnis yang dihadapinya. Ajakan ayah sangat ringan, seolah tidak pernah terjadi sesuatu diantara kami. Aku juga tidak ingin membahas yang telah lalu dan berlarut dalam emosi. Singkat kata, kami memilih untuk mengakhiri perang dingin.
Beliau bercerita bahwa ingin berhenti menggunakan credit card, tapi ayah ragu karena credit card adalah alat yang biasa ayah gunakan untuk membeli tiket pesawat di tiket.com. Mendengar keluhan ayah, aku cuma bisa melongo.
ADVERTISEMENT
“Yah, zaman sekarang beli tiket sudah mudah banget, aku biasanya beli tiket kereta dan pesan hotel di tiket.com pakai transfer dan virtual account juga. Apalagi di tiket.com kan sudah ada berbagai opsi pembayaran,” aku tidak tahan untuk merespon.
“Iya, ayah tahu,” kata ayah, “tapi ayah nggak bisa pakai mobile banking ataupun internet banking. Males aku, nduk,” lanjutnya.
Aku hanya menunduk melihat hape terbarunya yang canggih. Sayang sekali, batinku.
“Kamu bisa nggak kalau mesen-mesenin tiket untuk ayah?” Ayahku lanjut bertanya.
Aku mengangguk, “bisa kok yah,” jawabku. “Nanti aku ambilkan uang dari mobile banking-nya ibu saja ya,” aku menutup pembicaraan.
Sejak pembicaraan terakhir kami tersebut, ayahku pun mulai menutup beberapa kartu kreditnya. Minimal seminggu dua kali, ayah selalu membuka aplikasi tiket.com untuk memilih penerbangan, kemudian beliau akan mengirim pesan singkat via whatsapp kepadaku yang berisi hari, tanggal, jam, serta nama maskapai yang akan beliau gunakan.
ADVERTISEMENT
7 Kebahagiaan dari Tiket.com
Setelah menjadi agen travel personalnya ayah, aku jadi lebih intens berkomunikasi dengan beliau meskipun hanya via whatsapp. Beberapa kali ayah berterimakasih karena aku bisa dengan cepat membantu menyiapkan keperluan travelnya, mulai dari tiket pesawat hingga hotel. Pernah ayah bertanya, kenapa bisa secepat itu? Aku hanya tersenyum dan membalas, “sebab dengan tiket.com aku bisa membelikan ayah #tiketkemanapun yang ayah mau,” ujarku berusaha romantis.
Jika ayah memiliki waktu yang cukup luang, ayah dan ibu biasa mengunjungiku di Malang. Sempat pula ayah bercerita tentang betapa ayah merasa sangat mudah berpergian dalam waktu yang mepet sekalipun. Urusan bisnis lancar, waktu juga bisa dialokasikan dengan efektif dan efisien. Dengan demikian, pekerjaan kami pun selesai tepat waktu. Seingatku, setidaknya ada 7 kebahagiaan yang hadir didalam hubunganku dengan ayahku berkat tiket.com.
ADVERTISEMENT
1. Aplikasi cepat dan user friendly.
Aku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memproses kebutuhan ayah. Ah, mungkin hanya memakan waktu sekitar 5-10 menit saja! Hebat banget kan? Itu semua berkat bantuan tampilan aplikasi tiket.com yang travel friendly dan loading-nya yang secepat kilat.
2. Banyak pilihan maskapai dan hotel.
Tiket.com sudah lebih dari 6 tahun berpengalaman di dunia travel. Sudah pasti memiliki kerjasama yang baik dengan berbagai perusahaan. Jadi bisa memilih tiket dan hotel sesuai rating, harga, maupun waktu yang diinginkan.
3. Terdapat fitur filter.
Fitur ini sangat menarik karena bisa memungkinkan aku untuk memfilter waktu. Misalnya ayah request untuk penerbangan pagi, aku hanya perlu memilih penerbangan mulai pukul 03.00 sampai 07.00. Opsi yang semakin mengerucut itu akan memudahkan aku dalam bertransaksi.
ADVERTISEMENT
4. Mendapat tix point.
Tix point membantu pengguna mendapatkan diskon atau promo khusus dengan menukarkan point. Ada juga potongan harga booking tiket dan hotel. Kapan pengguna bisa dapat tix point? Setiap transaksi! Nah, makin asik kan. Eh, tiket.com rupanya juga sering memberikan bonus dan diskon untuk produk tertentu.
5. Bebas biaya layanan.
Aku sempat kaget saat pertama kali mengorder tiket dari Surabaya ke Jakarta untuk ayahku. Disana tertera bahwa biaya pelayannya adalah GRATIS. Wah, terima kasih ya tiket.com.
6. Menu atur pesanan dengan mudah.
Setelah transaksi, pengguna dapat mengatur pesanan dengan mulus, seperti Kirim E-Ticket, Tampilkan E-Ticket, Kirim Bukti Pembayaran, Refund, Reschedule, dan Hubungi Customer Service. Itu semua hanya dengan jempol dan layar hape. Hm.. mudah banget ya!
ADVERTISEMENT
7. Banyak opsi pembayaran.
Mulai dari kartu kredit, transfer, dan yang paling menjadi favoritku adalah via virtual account. Karena opsi ini mudah banget kan, tinggal copas kode dan masukkan pin, beres. Pada tiap opsi juga ada batas pembayaran. Tiket.com juga memberikan reminder yang sangat jelas agar pengguna tidak lupa akan pesanan yang telah dibuat.
Aku sangat mengapresiasi wajah baru tiket.com. Dulu, jujur saja, meskipun aku sering melakukan transaksi di tiket.com dengan wajah lama, logonya tidak menancap di ingatanku. Tapi dengan warna kontras biru dan kuning ini, mata siapa yang tidak akan memandang? Tiket.com sempat memberikan keterangan bahwa warna kuning di logo barunya tidak hanya sekedar representasi dari dot, tapi juga representasi kebahagiaan dari pelanggannya.
ADVERTISEMENT
Dan benar saja, aku merasa bahagia menggunakan tiket.com. Meksipun aku sempat berselisih paham dengan ayah, sempat dirundung rasa stres, aku tidak menyangka bahwa tiket.com menjadi pembawa kebahagiaan bagi keluargaku.
Sebetulnya masih banyak puluhan kebahagiaan lain yang dihadirkan oleh tiket.com. Tentunya, kebahagiaanku akan semakin lengkap jika tahun 2018 ini bisa menjadi tahunku untuk kembali traveling. Hm.. rindu sekali rasanya.
Terima kasih tiket.com :)
Tiket.com Jadi Kunci Keharmonisan Hubunganku dengan Ayahku (1)
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan: semua foto adalah dokumen pribadi penulis