Saat PKS dan PKB 'Ngebet' Posisi Cawapres

17 April 2018 8:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Prabowo (Foto: Bay Ismoyo/AFP)
ADVERTISEMENT
Joko Widodo dan Prabowo Subianto telah menyatakan siap untuk maju di Pilpres 2019. Kedua tokoh ini sebelumnya pernah beradu untuk posisi yang sama dalam Pilpres 2014. Namun, saat itu Prabowo harus mengakui kemenangan Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla.
ADVERTISEMENT
Kini, mereka kembali beradu di pemilihan yang sama. Kemudian muncul pertanyaan, siapakah pasangan yang masing-masing akan mendampingi mereka?
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar serius menunjukkan keinginannya untuk menjadi cawapres bagi Jokowi. Cak Imin, panggilan Muhaimin, secara tegas dan percaya diri menyatakan dirinya siap untuk mendampingi Jokowi.
Ketua Umum PKB Resmikan Posko JOIN (Foto: Ricad Saka/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PKB Resmikan Posko JOIN (Foto: Ricad Saka/kumparan)
Di sisi lain, PKB belum menyatakan secara resmi dukungan ke Jokowi, karena PKB masih mensyaratkan dukungan apabila Cak Imin dijadikan cawapresnya.
"Kalau kader keras Cak Imin harus wapres. Tetapi kan itu belum keputusan. Keputusan kan tetap di Muspimnas nanti. Tetapi ganjelannya adalah para kiai punya intuisi menitipkan pesan, bahkan ada yang pakai surat secara resmi bahwa jangan deklarasi sebelum bulan Juni," ucap Wakil Sekjen PKB Daniel Johan, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (13/4).
ADVERTISEMENT
Serupa dengan PKB, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga belum menentukan sikap walaupun mereka saat ini lebih mendekat ke Gerindra. Presiden PKS Sohibul Iman menyatakan dukungan partainya merapat kemana diumumkan selambat-lambatnya awal Agustus 2018.
Sebagai syarat koalisi bagi Ketua Umum Partai Gerindra itu, PKS telah menyodorkan sembilan nama cawapres. Sohibul menyatakan partainya siap berkoalisi dengan Prabowo asal cawapres diambil dari kesembilan nama yang telah diberikan.
Sohibul Iman. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sohibul Iman. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Sembilan nama capres-cawapres PKS untuk Pilpres 2019 yaitu Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, M. Sohibul Iman, Habib DR. Salim Segaf Al Jufri, Tifatul Sembiring, Al Muzammil Yusuf MS, dan Mardani Ali Sera.
Untuk membahas terkait dinamika pilpres dan koalisinya, PKS akan mengadakan rapat Majelis Syuro yang diketuai oleh Salim Segaf Al-Jufri pada akhir April mendatang. Rapat juga akan mengundang Gerindra dan Prabowo.
ADVERTISEMENT
“Kemungkinan besar kami undang Pak Prabowo pada Majelis Syuro akhir bulan ini. Tapi kapan tepatnya saya belum dapat info,” kata Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera saat dihubungi, Senin (16/4).
Walaupun masih dalam tahap penjajakan dari kesembilan nama tersebut, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menjelaskan satu nama yang cukup mencuat untuk jadi cawapres. Orang itu adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Ahmad Heryawan di Sidang Tahunan MPR (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
zoom-in-whitePerbesar
Ahmad Heryawan di Sidang Tahunan MPR (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
"Sembilan nama itu kan hasil pemilihan internal PKS, nomor satu Pak Aher, nomor dua saya, nomor tiga Pak Anis Matta, nomor empat Pak Irwan Prayitno, nomor lima Shohibul Iman dan seterusnya sampai nomor sembilan. Jadi kalau Pak Aher paling kuat ya karena beliau memang pilihan tertinggi dari proses penjaringan di PKS," kata HNW di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (16/4).
ADVERTISEMENT
"Ya kalau di PKS kan objektifnya dari sembilan nama itu, suara terbanyak adalah Pak Aher," tambah dia.
Menurut HNW, Ahmad Heryawan cukup dikenal masyarakat Indonesia dengan pengalamannya dua periode memimpin provinsi Jawa Barat. Selain itu, Aher juga mendapatkan beberapa penghargaan dan dinilai cukup berhasil memimpin Jabar.
Pendaftaran Capres-Cawapres 2019 sendiri berlangsung pada 4-10 Agustus 2018. Partai Demokrat, PAN dan PKB yang sempat diisukan membentuk poros ketiga sebagai upaya menghadirkan calon alternatif juga belum memberikan kejelasan mengenai koalisi.
Kurang dari empat bulan sebelum masa pendaftaran. Jadi, kita tunggu saja siapakah pasangan yang tepat mendampingi Jokowi dan Prabowo.