Fenomena Self Harm di Kalangan Remaja & Kaitannya dengan Psikoanalisis Freud

Nadira Arinania Putri
undergraduate psychology student at universitas al azhar indonesia
Konten dari Pengguna
23 Mei 2024 15:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nadira Arinania Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
source: canva
zoom-in-whitePerbesar
source: canva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak orang mungkin tidak asing dengan self harm, karena belakangan ini, fenomena self harm kian meningkat dikalangan remaja seiring banyaknya faktor, seperti tekanan akademis, masalah keluarga, bullying dan hal berat lain yang dihadapinya. Beberapa remaja meyakini bahwa dengan melakukan hal ini bisa memberikan rasa puas dan menghilangkan segala frustasi, terlebih dengan mempostingnya ke dalam sosial media. Meskipun tindakan ini bisa memberikan rasa puas, tentu hal ini akan sangat berbahaya bagi kesehatan fisik dan jiwa.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini bagaikan luka tersembunyi di gemerlap masa remaja, yang perlu dipahami dan diatasi dengan tepat. jika kamu sendiri merasa tidak baik – baik saja atau kamu melihat teman yang berusaha untuk melakukan self harm, janganlah sungkan untuk meminta pertolongan kepada psikiater atau psikolog terdekat.
Dan dalam artikel ini saya akan membahas tentang fenomena self harm yang ada pada remaja serta kaitannya dengan aspek kepribadian psikoanalisis freud
SELF HARM
Self harm adalah perilaku menyakiti diri sendiri yang dapat berbahaya dan mengancam jiwa. Self harm biasanya dilakukan oleh orang-orang yang mengalami tekanan mental emosional. Biasanya orang melakukan self harm dengan cara seperti menyayat tubuh dengan benda tajam, membenturkan diri ke dinding atau melakukan Tindakan lain yang dapat menyebabkan luka fisik. Tanpa kita sadari, dengan melakukan hal seperti menjambak diri sendiri atau membenturkan tangan ke dinding merupakan salah satu bentuk self harm yang tanpa kita sadari sudah termasuk dalam perilaku menyakiti diri sendiri.
ADVERTISEMENT
(Kusumadewi et al., 2020) mendefinisikan bahwa self harm merupakan bentuk perilaku seseorang untuk melukai diri sendiri dengan berbagai cara tanpa melihat ada atau tidaknya keinginan untuk mati. Perilaku self harm juga merupakan bentuk kegagalan seseorang dalam melakukan coping dikala sedang menghadapi stress.
Self harm sendiri tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, melainkan banyak remaja juga yang melakukan self harm sebagai bentuk pelampiasan emosi mereka. Dalam kasus self harm pada remaja, sangatlah disayangkan, karena masa remaja adalah waktu yang penting dalam masa kehidupan manusia. menurut ( Mandasari & Tobing, 2020) remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju dewasa yang dimana pada masa ini banyak terjadi perubahan, salah satunya adalah perubahan emosional.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, fenomena self harm yang ada sangatlah berbahaya bagi remaja. Dengan adanya berbagai tuntutan serta tekanan yang ada sangatlah mendorong remaja untuk melakukan perbuatan self harm. Kalau menurut ( Tarigan & Apsari, 2022) self-harm lebih banyak dilakukan oleh remaja karena masa remaja merupakan masa yang penuh konflik sehingga rentan untuk melakukan self-harm. Mereka dituntut untuk selalu bisa beradaptasi pada setiap perubahan yang berlangsung cepat.
Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa ada banyak faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan perbuatan self harm, maka dari itu dukungan dari teman serta keluarga sangatlah penting dalam membantu mereka Ketika mereka sedang menghadapi tekanan atau tuntutan yang besar. Hadirnya orang terdekat sangatlah berperan bagi remaja untuk tidak melakukan self harm.
ADVERTISEMENT
ID, EGO, SUPEREGO
Menurut teori psikoanalisis freud, kepribadian manusia terdiri dari 3 komponen utama yaitu: id, ego, superego. Ketiga komponen ini saling berinteraksi dan mempengaruhi perilaku manusia. Id berisikan insting atau impuls dan id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, ego berjalan berdasarkan prinsip kenyataan dan superego adalah bagian dari ketidaksadaran yang merupakan suara hati Nurani. (Howard & Schustack, 2008)
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa remaja dengan id yang tidak terpenuhi, maka akan memicu perilaku self harm sebagai cara untuk mengeluarkan emosi dan ego yang lemah dan tidak mampu mengatasi stress dapat membuat remaja lebih rentan dalam melakukan self harm, lalu superego yang terlalu keras dan kritis terhadap diri sendiri akan merasa tidak berharga atau tidak layak dicintai sehingga mereka mencari cara untuk menghukum diri sendiri dan hal ini dapat meningkatkan resiko untuk self harm.
ADVERTISEMENT
KALAU BISA SELF LOVE, KENAPA HARUS SELF HARM?
source, canva
Mencintai diri sendiri adalah salah satu Langkah penting untuk menghindari risiko self harm, karena dengan kita mencintai diri sendiri, kita akan bisa lebih menghargai diri sendiri. Pada akhirnya, mempraktikkan self-love jauh lebih bermanfaat daripada self-harm. Mencintai diri sendiri merupakan kunci untuk meraih kebahagiaan dan kesejahteraan batin yang sesungguhnya. Sudah saatnya kita masing-masing menghargai dan menerima diri apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Dengan self-love, kita mampu memandang diri dengan jernih, mengembangkan potensi terbaik, serta menjalin hubungan yang lebih positif dengan sesama. Maka, janganlah ragu untuk mulai mencintai diri sendiri hari ini juga. Sebab, hanya dengan self-love, kita dapat benar-benar hidup bahagia dan bermakna.
ADVERTISEMENT
References
Thesalonika, Apsari. "Perilaku Self Harm Atau Melukai Diri Sendiri Yang Dilakukan Oleh Remaja." Jurnal Pekerjaan Sosial 12 (2021): 256-401.DOI : https://doi.org/10.24198/focus.v4i2.31405
Kusumadewi, A.F., Yoga, B.H., Sumarni, S. and Ismanto, S.H. 2020. Self-Harm Inventory (SHI) Versi Indonesia Sebagai Instrumen Deteksi Dini Perilaku Self-Harm. Jurnal Psikiatri Surabaya. 8, 1 (Jan. 2020), 20–25. DOI:https://doi.org/10.20473/jps.v8i1.15009.
Tobing, Duma Lumban, and Linda Mandasari. "Tingkat depresi dengan ide bunuh diri pada remaja." Indonesian Journal of Health Development 2.1 (2020). DOI: https://doi.org/10.52021/ijhd.v2i1.33
Friedman, Howard S., and Miriam W. Schustack. "Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern Jilid 1." (2008).