Merdeka Belajar: Kemenangan Bermakna atau Kemenangan yang Hampa

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
7 Mei 2017 7:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belajar di tengah cahaya lilin (Foto: Adiwinata Solihin/Antara)
Kipchoge, pelari marathon, berusaha dengan segala upaya untuk mengalahkan rekor dunia. Menempus batas kecepatan manusia, berlari di bawah 2 jam sepanjang 42km. Saat menonton perjuangannya, juga mengamati berbagai peristiwa, teringat betapa kita mencita-citakan kemenangan yang bermakna untuk anak Indonesia. Sayang, kadang tanpa disadari yang kita contohkan adalah kemenangan yang hampa.
ADVERTISEMENT
Pelari marathon asal Kenya, Kipchoge (Foto: giphy.com)
Tidak semua anak diajarkan perilaku "kemenangan yang ditumbuhkan dengan kebiasaan". Kemenangan seperti ini, kesuksesannya kadang dirasakan perlahan. Dibuktikan dengan karya nyata sederhana, misalnya saat anak mengaplikasikan pengetahuan di keseharian. Sebagian kita pura-pura bahagia walaupun "kemenangan beriringan dengan ketakutan". Kemenangan jenis ini biasanya instan. Ilusinya kata dan angka di kertas, berbuah nilai atau ranking yang menyilaukan. Sebenarnya ini cermin yang mengaburkan potensi anak, dan tidak menunjukkan keutuhan pendidikan.
Tidak semua orang paham bahwa tujuan jangka panjang pendidikan adalah "kemenangan dari diri sendiri". Kemenangan ini berarti usaha untuk terus mencapai target lebih baik dari titik sebelumnya, di garis perjuangan yang konsisten, sepanjang hayat. Banyak dari kita yang terjebak persaingan, "kemenangan atas lawan". Dengan tujuan ini, ekspektasi maju dan mundur setiap hari, kendali ambisi bukan lagi ada di diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Saat menyaksikan Kipchoge melampaui kekuatan badan dan pikirannya, saya dipenuhi impian untuk masa depan anak-anak kita. Setiap anak berhak menikmati kesempatan melampaui batasannya, bermanfaat untuk lingkungan terdekatnya. Kebesaran maknanya tidak ditentukan oleh yang menyaksikan di layar media atau mencatat di buku sejarah.
Yang menentukan kemenangan adalah bagaimana kita semua bereaksi di akhir pertandingan- seberapapun mengesankan atau mengesalkan. Anak belajar apakah kita menyambutnya dengan saling menyalahkan atau dengan ketulusan harapan. Anak perlu teladan orang dewasa yang menolak perasaan jadi korban, terus mencontohkan kekuatan perubahan.
Kipchoge berlari sendirian, tapi ia sebenarnya membawa pesan puluhan juta orang. Semoga setiap orang dalam pendidikan kita, apapun perannya - murid atau guru, orangtua atau pekerja - tidak pernah merasa sendirian. Semoga anak Indonesia dikelilingi teman dan tetangga yang selalu berbagi cerita dan cita-cita. Dr. Soetomo mengatakan, tanda kemerdekaan bangsa adalah kebangkitan untuk berperan dalam pertandingan, bukan mengalahkan dalam persaingan. Apapun pertandingannya, olahraga atau pilkada, insya Allah salah satu tanda kemenangan kita semua adalah makin banyak yang percaya pentingnya berdaya.
ADVERTISEMENT
#SemuaMuridSemuaGuru