Murid Semua Guru: Teknologi untuk Berbagi dan Berbudi

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2017 22:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tumbuhkan minat pada teknologi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tumbuhkan minat pada teknologi. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Untuk sebagian orang, teknologi adalah kemewahan. Saya yakin, teknologi adalah keharusan, bukan hanya untuk anak-anak yang ada di perkotaan, tapi anak-anak yang berada di pinggiran. Teknologi adalah alat menuju kesetaraan. Informasi yang tidak merata misalnya, adalah salah satu alasan utama terjadinya kesenjangan ekonomi dan hambatan demokrasi di era sekarang.
ADVERTISEMENT
Coba tengok apa yang dilakukan inibudi.org dengan mengirim ratusan video pelajaran ke puluhan ribu sekolah dalam sebuah flashdisk. Kelas di pedalaman, "tiba-tiba" kedatangan sumber belajar yang bermacam-bermacam, yang dibawakan oleh guru-guru berbudi dari beragam latar belakang. Bandingkan efisiensi dan efektifitasnya bila kita harus melakukannya dengan menerbangkan murid, buku atau guru antar pulau.
Bandingkan lagi hari-hari kita di bidang lain; sebagai konsumen di layanan transportasi atau sebagai pencipta di media massa. Di saat dunia maya sudah bicara tentang master algoritma, teknologi mengubah pengalaman hidup kita, sayangnya seperti biasa, ruang kelas ketinggalan kereta. Saat ini sebagian kita bisa percaya diri dan mengatakan bahwa anak-anak terlahir sebagai native di dunia digital, tetapi proses mereka untuk menjadi warga digital yang baik, bukan sesuatu yang bisa terjadi secara instan. Terpapar bukan berarti mampu Kritis, punya akun bukan berarti mempertimbangkan Keamanan, bergaul bukan berarti kesempatan Kolaborasi dan terhibur bukan berarti karya Kreatif. Mengembangkan 4K Cerdas Digital, butuh dukungan, batasan dan bimbingan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, cita-cita kita seringkali terlalu rendah. Saat berbicara penggunaan teknologi, perubahan yang terjadi hanya perubahan di permukaan. Bahkan di sebagian sekolah yang sudah tidak memiliki hambatan dalam pembelian fasilitas, teknologi belum digunakan optimal. Teknologi adalah adalah alat bebas nilai, sama seperti pensil 2b, manfaatnya akan ditentukan kemampuan pemakai.
Tapi, selama pendidikan kita masih berfokus pada menghafalkan data yang tidak relevan, maka selama itu pula kelas-kelas dengan internet hanya akan menggunakannya untuk mendapatkan informasi yang paling mudah ditemukan di mesin pencari. Anak tidak diajar memilih bahwa yang paling atas dan paling banyak belum tentu benar, tidak dilatih keterampilan memilah dan membandingkan data atau materi.
Tapi, selama pendidikan masih menghabiskan waktu terbanyak untuk persiapan ujian, selama itu pula aplikasi dan sistem yang diprioritaskan hanya yang menaikkan nilai tes anak. Anak tetap berkutat latihan soal atau les tambahan bersama guru dibalik layar, bukan berkreasi dan berkolaborasi menciptakan pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Mari mencapai cita-cita yang lebih tinggi, tentang anak yang mencapai potensi diri dengan menguasai berbagai potensi teknologi dalam belajar-mengajar.
Mari mencerdaskan anak-anak, agar tidak sekadar jadi sasaran dan korban, tapi menggerakan dunia yang penuh perubahan. Kalau bukan di sekolah sekarang, kapan lagi anak-anak Indonesia menyiapkan dirinya untuk menjadi warga negara di dunia nyata dan dunia maya.
Masa depan Indonesia bukan sesuatu yang hanya perlu dipercakapkan, masa depan Indonesia sudah terjadi di ruang kelas kita saat ini.
#SemuaMuridSemuaGuru
Catatan: Ayo dukung belajar dengan ikut mengkontribusikan diska lepas di #1945berbagiberbudi yang diinisiasi Akademi Berbagi dan Ini Budi.org
Murid Semua Guru: Teknologi untuk Berbagi dan Berbudi (1)
zoom-in-whitePerbesar