news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Semua Murid Semua Guru: Bagaimana Rasanya Jadi Anak Sekarang?

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
23 Juli 2017 13:51 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Orang tua menjadi lebih dekat dengan anak. (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua menjadi lebih dekat dengan anak. (Foto: thinkstock)
ADVERTISEMENT
Di Hari Anak Nasional, kita perlu mempercakapkan pertanyaan penting dalam kehidupan yang jarang kita ajukan "Apa akibat perilaku dan pembiasaan yang kita tumbuhkan pada pemenuhan hak setiap anak?"
ADVERTISEMENT
Jadi anak (di zaman) sekarang, kadang membingungkan.
Sewaktu kecil dilatih eksplorasi dengan berjalan, setelah di sekolahan diminta diam dan melipat tangan.
Sewaktu kecil terus diajak bicara, sekarang di pertemuan rutin diceramahi dan dipaksa mendengarkan.
Padahal hak mencari informasi dan opini yang dihormati dibutuhkan setiap anak dalam pembelajaran.
Sudahkah guru, membuka diri pada orangtua? Sudahkah orangtua, lebih banyak mendengar daripada berbicara?
Jadi anak (di zaman) sekarang, kadang mengenaskan.
Gizi awal yang mestinya didapatkan dari ASI, dilanjutkan sumber tambahan makanan dari kekayaan sekitar, kini digantikan kemasan komersial yang seolah jadi solusi instan saat bencana maupun situasi sehari-hari.
Mendongeng dan bermain pura-pura yang dulunya menjadi waktu bersama, digantikan liburan yang dipamerkan di media sosial atau kemewahan hadiah tanpa kehadiran orang tua yang dinanti.
ADVERTISEMENT
Padahal hak atas nutrisi dan rekreasi dibutuhkan setiap anak dalam lingkungan yang konsisten sepenuh hati.
Sudahkah om dan tante, mengingatkan perilaku anak di media sosial? Sudahkah warung depan sekolah hanya menjual makanan yang sehat untuk anak kita?
Jadi anak (di zaman) sekarang, kadang menegangkan.
Melamun dan main di lapangan dulunya tidak dipermasalahkan, kenyataannya rentetan jadwal beban dan ujian dengan alasan siap menghadapi persaingan menjadi prioritas.
Kekerasan dan diskriminasi di depan mata sudah mulai banyak yang melawan, namun bahaya jangka panjang seperti korupsi di pendidikan sering dianggap tidak berpengaruh langsung pada proses di dalam kelas.
Padahal hak atas perlindungan dan edukasi dibutuhkan setiap anak bukan hanya untuk dirinya, tapi kehidupan bangsa yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
Sudahkah tukang ojek, berhenti menolong anak yang jadi korban kekerasan? Sudahkah kita semua, ambil peran dalam perang anti korupsi?
Selamat Hari Anak Nasional! Pastikan hari ini kita berefleksi, pendidikan anak adalah proses kolaborasi. Kalau bukan kita, siapa lagi?
#SemuaMuridSemuaGuru