Semua Murid Semua Guru: Memaafkan dalam Keheningan

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
14 Juni 2018 15:48 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi silaturahmi lebaran (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi silaturahmi lebaran (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Memaafkan seringkali kita samakan dengan pengkhianatan. Bagaimana mungkin melupakan sakitnya hati atas kesalahan yang dilakukan seseorang? Memaafkan juga seringkali kita anggap bertentangan dengan keadilan. Bukankah wajar apabila kita memaksakan pembalasan atas penderitaan yang disebabkan seseorang?
ADVERTISEMENT
Kita yang sulit memaafkan, sedang berharap bisa mengubah masa lalu menjadi lebih baik. Kita yang sering tertawa lepas, tapi tiba-tiba tercekat sedih saat teringat kejadian yang menyedihkan. Dendam adalah pertandingan yang tidak akan menghasilkan kebahagiaan. Kita yang sering memperhatikan teman, terus membandingkan dan merasa menjadi korban. Iri adalah persaingan yang tidak akan menghasilkan kemenangan.
Saya terus belajar, bahwa memaafkan sesungguhnya adalah kebahagiaan dan kemenangan sejati. Tujuan maaf selalu kemaslahatan, tantangannya selalu kesombongan. Saat mengucapkan maaf, kita sedang menjadi lebih kuat, mempraktikan kejujuran.
Saat memberikan maaf, kita sedang menjadi lebih bebas, mengurangi beban pikiran. Memaafkan memang bukan soal ucapan, apalagi sekadar pencitraan. Memaafkan seringkali berlangsung dalam keheningan, perlahan-lahan.
Memaafkan tidak bisa dipaksakan, juga bukan berarti melupakan. Setiap kesalahan yang direfleksikan, bisa jadi pelajaran. Memaafkan berarti menghentikan penyesalan, memberikan kesempatan.
ADVERTISEMENT
Untuk yang mengalami kesulitan memaafkan hal-hal besar, mari mulai berlatih dari hal kecil yang mendasar. Mengendalikan perasaan saat berhadapan dengan orang yang menyerobot antrian atau pengemudi kendaraan di jalanan. Meredakan ketegangan dalam perdebatan dengan senyuman yang terbukti mempermudah kesepakatan.
Untuk teman-teman tersayang yang menjadi bagian dari keseharian saya; Maaf Lahir dan Batin. Mari memohon maaf tanpa keraguan, memberi maaf tanpa alasan - karena kekuatan hubungan dan kepercayaan adalah bukti keberhasilan ramadan. Mari terus mempraktikan kebaikan dan mengajarkan bahwa kerendahan hati bukan kelemahan.
#semuamuridsemuaguru