Semua Murid Semua Guru: Meneladani Kebajikan, dari Pangkuan Habib

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
19 Agustus 2018 17:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hari Pendidikan Nasional di Jawa Barat. (Foto: Antara/Agvi Firdaus)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Pendidikan Nasional di Jawa Barat. (Foto: Antara/Agvi Firdaus)
ADVERTISEMENT
“Kemerdekaan itu terbebas dari ketergantungan pada sesuatu yang tidak dibutuhkan," begitu kakek saya - Abdurrahman Shihab, yang dipanggil Habib oleh cucunya- selalu mengajarkan.
ADVERTISEMENT
Saat saya mengeluh soal “kecil” seperti ledekan teman di sekolah karena saya cadel tidak bisa menyebut huruf “R”, sampai hal “besar” seperti nilai ulangan yang tidak sempurna karena banyak hafalan yang lupa-- Habib selalu bertanya apakah saya benar-benar menginginkan dan membutuhkannya.
Kalau jawaban saya “iya”-- maka beliau tak ragu menyediakan waktu menyelesaikan masalahnya dengan saya-- tak terhitung berapa jam saya habiskan di pangkuannya mengulang-ulang “ulaR melingkaR di pinggiR pagaR”. Kalau jawabannya “tidak ingin/butuh”, maka ia akan mengalihkan perhatian saya pada yang esensial-- “Jangan menghabiskan waktu untuk apapun yang tak berguna," katanya. Kemudian alih-alih menyuruh mengulang pelajaran, malah mengajarkan saya doa baru sehabis maghrib berjamaah atau berkisah tentang silsilah keluarga.
ADVERTISEMENT
Betapa sejak saya kecil, belajar banyak tentang kemerdekaan berpikir, sekaligus tanggung jawab pemikiran darinya-- seseorang yang sebenarnya punya banyak keterbatasan, karena berada di kursi roda, akibat penyakit parkinson di usia muda.
Salah satu hal yang paling saya kagumi hingga sekarang adalah kemampuan Habib menyatakan gagasan. Membaca rangkaian suratnya kepada Abi yang merantau ke Mesir puluhan tahun lalu, catatan pemikirannya yang dengan detail ditulis dengan tangan sampai titik harus dituliskan karena kontrol motoriknya yang makin menyulitkan-- siapapun akan setuju bahwa beliau orang yang selalu belajar dan percaya kekuatan pendidikan.
“Lebih baik jual gigi, daripada anak tidak bisa melanjutkan sekolah sampai selesai," katanya.
ADVERTISEMENT
Dalam interaksi kami sejak saya di usia dini, ia sering sekali heran akan keingintahuannya pada pengalaman yang saya lalui. Setiap kali kunjungan, apalagi kalau saya pulang dari jalan-jalan, Habib selalu mengajukan beragam pertanyaan. Bukan hanya tentang apa yang dilihat, tetapi apa yang tak terlihat tapi bisa menjadi kesimpulan yang paling diingat-- apa yang didengar, apa yang dirasakan.
Awalnya saya duga percakapan ini karena ruang geraknya membuat beliau tidak bisa lagi mengalaminya sendiri. Baru setelah saya menjadi guru, saya sadar-- Habib sedang mengajar saya melakukan observasi dan melatih imajinasi.
Habib juga pendengar yang luar biasa, uniknya beliau mempengaruhi lingkungan justru tanpa banyak berbicara. Di balik ketenangannya, ia menjadi salah seorang penjaga “rahasia” untuk saya. Tak terhitung banyaknya cerita yang saya mulai dengan “Jangan bilang siapa-siapa”, dan selalu didengarkannya dengan saksama.
ADVERTISEMENT
Diakhir banyak pembicaraan empat mata ini, tanpa diceramahi atau dipelototi, saya seringkali memecahkan masalah dan mengambil keputusan-- termasuk mengakui kesalahan pada Abi dan Mama.😀
Yang tidak banyak orang tahu, Habib juga sangat lucu. Saya dulu menduga, sifat ini memang hanya ditampilkannya pada para cucu. Namun, melihat bagaimana Abi dan saudara-saudaranya selalu banyak bercanda, saya makin percaya bahwa humor adalah salah satu cara menurunkan ilmu, sekaligus menunjukkan cinta yang harus terus dipelihara.
Dari setiap yang diucapkan dan dituliskannya atau bahkan tatapan mata diakhir hayatnya, saya belajar kekuatan dan kehormatan bukan soal kemampuan raga atau kelantangan suara. Dalam perdebatan, kebenaran tidak pernah dimiliki oleh yang paling banyak bicara. Namun, oleh siapapun yang tidak berusaha menarik perhatian berlebihan dan menyampaikan argumen dengan penuh keyakinan. Saya belajar bahwa rendah hati dan berani ternyata dua hal yang bukan kontradiksi. Dua sifat ini, saya yakini dimiliki setiap pahlawan sejati.
ADVERTISEMENT
Semoga kita terus belajar bahwa apapun yang kita usahakan hari ini, tujuannya bukan keuntungan diri sendiri, namun untuk anak-cucu lintas generasi. Di sisi lain, apapun yang kita capai hari ini, bukan hasil kerja keras sendiri, tetapi seringkali kekuatan yang rantai keikhlasan kakek-nenek yang diwariskan tanpa disadari.
Hiasan HUT ke-73 RI di Istana Merdeka, Jakarta. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hiasan HUT ke-73 RI di Istana Merdeka, Jakarta. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Di perayaan kemerdekaan yang ke-73 ini, mari berefleksi dan berusaha memenuhi janji pada tanah air ini. Untuk Habib Abdurrahman tercinta, dan siapapun pahlawan di sekitar pembaca, mari lebih sering menyatakan penghargaan atas kebijaksanaan yang diteladankan.
Mematrinya bukan sekadar dengan air mata setiap kali mengingat beliau dalam doa atau hening cipta. Yang terpenting, mempraktikkannya dalam setiap langkah kita yang insyaAllah terus membawa berkah untuk bangsa, negara dan agama. #semuamuridsemuaguru
ADVERTISEMENT