news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Semua Murid Semua Guru: Panduan Agar Tak Salah Memilih Jurusan Kuliah

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2018 23:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Com-Memilih Jurusan, Harus Tepat. (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Com-Memilih Jurusan, Harus Tepat. (Foto: Thinkstocks)
ADVERTISEMENT
Berkuliah adalah kemewahan yang langka. Hanya 6% dari penduduk negeri ini yang menjadi sarjana dari pendidikan tinggi. Begitu banyak potensi kontribusi, yang prosesnya dimulai dari titik ini. Saya percaya, memilih jurusan merupakan hak sekaligus kewajiban pemuda yang perlu panduan, agar terbebas dari salah kaprah.
ADVERTISEMENT
1. Memilih jurusan tidak sama dengan memilih pekerjaan
com-kuliah jurusan komunikasi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-kuliah jurusan komunikasi (Foto: Thinkstock)
Jurusan hanyalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Di sisi lain, dunia pekerjaan seringkali berubah jauh lebih cepat daripada pengetahuan yang didapatkan di bangku perkuliahan.
Banyak karir yang belum bisa kita bayangkan karena perubahan zaman, atau keterampilan pekerjaan yang tanpa kita disadari, ternyata dibutuhkan. Karenanya, pilihlah jurusan berdasarkan keingintahuan, kemampuan, dan potensi. Yang lebih penting, pastikan bahwa kamu punya kompetensi lintas disiplin untuk selalu belajar dan beradaptasi.
Khusus untuk profesi yang butuh lisensi praktik tertentu (misalnya dokter atau advokat), tentu penting mencari tahu latar belakang keilmuan yang diperlukan. Namun perlu kita pahami, saat ini banyak sekali profesi dan bidang karya yang bekal utamanya bukan gelar sarjana, tetapi kemampuan kritis, kreatif, etika, dan kerja sama.
ADVERTISEMENT
2. Memilih jurusan bukan sekadar berdasar ranking perguruan tinggi
Ilustrasi kampus. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kampus. (Foto: Pixabay)
Setiap penyelenggara maupun penelitian mengenai ranking perguruan tinggi, punya kriteria dan sistem pembobotan berbeda, yang belum sesuai untuk pilihan kita.
Misalnya, angka yang tinggi untuk jumlah dosen pemenang nobel - yang belum tentu mengajar di mata kuliah dasar, atau jumlah koleksi buku perpustakaan yang tidak semua sesuai dengan peminatan yang kita sasar.
Perhatikan detil penting dari setiap referensi, terutama yang berkait langsung dengan jurusan studi. Misalnya, berapa banyak riset yang dilakukan profesor bersama mahasiswa, atau kesempatan bekerja di lembaga kemasyarakatan terkemuka.
Ranking perguruan tinggi mungkin mengundang decak kagum saat pengumuman penerimaan dipamerkan di media sosial, tetapi bukan jaminan pengalaman kuliah yang bermakna.
ADVERTISEMENT
3. Memilih jurusan bukan semata karena sarana-prasarana yang besar dan megah.
Suasana kuliah menyenangkan (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kuliah menyenangkan (Foto: Thinkstocks)
Pembangunan fasilitas adalah salah satu bagian termudah dari penyelenggaraan pendidikan. Pemeliharaan dan penggunaan secara optimal untuk mencapai tujuan, jauh lebih sulit dilakukan.
Banyak kita yang mencari kampus dengan sambungan wifi tercepat, tetapi lupa memastikan seberapa sering teknologi digunakan dalam pelajaran. Misalnya, untuk mengakses jurnal ilmiah atau proyek kolaborasi kampus antarnegara, atau apakah ada pengembangan aplikasi tepat guna yang dihasilkan oleh manajemen universitas untuk memudahkan interaksi dosen dengan mahasiswa.
Kadang, kita melihat balairung serba guna yang ukurannya besar luar biasa - dan mungkin hanya dipakai dua kali (termasuk saat wisuda) sepanjang 4 tahun bersekolah. Kita lupa melihat pengaturan tempat duduk dalam kelas apakah merangsang diskusi dan refleksi atau lebih mendorong dosen untuk ceramah satu arah.
ADVERTISEMENT
4. Memilih jurusan bukan proses instan
Com- Kuliah, harus tahu mana yang cocok untukmu (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Com- Kuliah, harus tahu mana yang cocok untukmu (Foto: Thinkstocks)
Banyak proses yang ditumbuhkan sejak sekolah menengah yang akan menentukan keberhasilan jangka panjang dalam kehidupan. Jangan semata berfokus pada capaian target try out ujian.
Misalnya, dari segi intelektual, kita menstimulasi pemikiran dengan membaca literatur dari berbagai sudut pandang dan latar belakang. Secara finansial, kita harus melatih perencanaan keuangan.
Memilih jurusan tidak bisa dilakukan dengan modal “katanya”. Pengalaman di bangku kuliah bisa berbeda antar satu orang dengan lainnya.
Seringkali, negatif atau positifnya cerita, bukan soal bagus/tidaknya, tetapi soal kecocokan dan harapan dari yang melaluinya. Pastikan melihat data, berbincang dengan berbagai alumni, dengan reputasi terpercaya. Contohnya, praktisi yang mempekerjakan banyak lulusan dari fakultas yang sama.
ADVERTISEMENT
Dalam proses pemilihan, wajar kalau kita mengalami kegalauan, namun tetap lewati dengan bersemangat. Dimulai dari ekplorasi diri dan apa yang diminati, apa yang senang dilakukan bahkan tanpa bayaran.
Proses ini butuh dilanjutkan dengan pendalaman, misalnya dengan mengikuti kompetisi atau magang di organisasi. Tahapannya jangan terlewat, karena sangat membantu remaja untuk menuju kedewasaan. Penjurusan yang sifatnya karbitan, penuh pembatasan, miskin teladan - apalagi dipaksakan, akan sangat merugikan.
5. Memilih jurusan tidak bijak diserahkan pada keputusan orangtua
Kuliah. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kuliah. (Foto: Thinkstock)
Pengendali utama proses pemilihan jurusan seyogyanya adalah sang calon mahasiswa. Bagaikan belajar berkendara, saat anak menjelang dewasa - orangtua perlu terlibat dengan cara yang berbeda. Membantu navigasi dengan memberi opsi, memberikan rambu-rambu dengan menceritakan pengalaman yang dialami diri atau anggota keluarga di masa lalu.
ADVERTISEMENT
Pastikan anak merasa berdaya saat mengambil keputusan, karena kemandiriannya harus terus ditumbuhkan. Setelah kuliah nanti anak akan dituntut mengambil keputusan-keputusan lanjutan (misalnya; memilih bidang studi antarfakultas atau calon pasangan - mendorong demokrasi di kampus dan menyuarakan aspirasi di jalanan).
Tidak mudah untuk menjadi orangtua yang legawa. Yang mungkin membantu menenangkan - sebagian besar anak sebetulnya mengakui bahwa mereka terinspirasi orangtuanya. Percakapan bahkan perdebatan yang dilalui anak dan keluarga - termasuk proses berpisah kota atau negara - adalah pelajaran yang sangat berharga.
Pada murid, guru, dan orangtua, saya juga sering mengingatkan - tempat yang cocok dan akan menunjang kesuksesan, bukan hanya satu jurusan atau kampus tertentu yang kita suka mati-matian.
ADVERTISEMENT
Ada banyak kemungkinan dan pilihan, tidak ada jurusan atau kampus yang akan memenuhi semua kriteria dan kebutuhan. Tetapi, kita bisa mengendalikan keberhasilan dengan mengambil manfaat maksimal dari semua pelajaran dalam perjalanan. #semuamuridsemuaguru
#semuamuridsemuaguru