Semua Murid Semua Guru: Salah Kaprah tentang Membaca

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
8 September 2017 18:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi anak membaca buku (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak membaca buku (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Tidak ada anak yang terlahir suka membaca atau tidak suka membaca. Membaca bukan tentang minat, tapi tentang budaya.
ADVERTISEMENT
Di hari aksara 8 september ini, kita bisa menyatakan buta aksara sudah bukan masalah Bangsa. Namun pendidikan literasi kita masih jauh dari cita-cita, karena banyaknya salah kaprah tentang membaca.
Kita selalu menyebut masalah pada minat baca, padahal sejatinya akarnya adalah budaya membaca. Menyalahkan minat baca berkesan melabel seseorang, seolah ada yang terlahir lebih berminat dan ada yang ditakdirkan dengan gaya belajar berbeda sehingga tidak mau dan tidak perlu membaca. Minat baca pada dasarnya dimiliki oleh setiap anak, budaya membacalah yang pada kita sangat kurang.
Banyak anak yang dimatikan keingintahuannya, sehingga memang tidak punya tujuan yang perlu dicapai lewat membaca. Banyak anak yang tidak mendapat kesempatan membaca yang beragam, sehingga tak heran pengalamannya membosankan saat membaca jenis yang itu-itu saja. Banyak orang yang tidak lancar membaca, sehingga aktivitas membaca jadi melelahkan, dan karenanya tidak menjadi pilihan di waktu luang.
ADVERTISEMENT
Menyalahkan minat baca juga seolah menafikan pengaruh lingkungan. Padahal membaca bukan cuma soal orang atau keluarga sendiri, tetapi apa yang dihargai dan disebarkan di masyarakat sejak dini.
Pada saat memilih program, kita terus menganjurkan aktif membaca sebanyak-banyaknya buku. Riset dan data menunjukkan bahwa upaya ini sia-sia bila kita tidak terlebih dahulu mengajarkan membaca aktif. Aktif membaca buku bisa melatih kecepatan membaca, tetapi tidak selalu berarti pemahaman bacaan yang lebih baik atau tingkat literasi yang lebih tinggi. Pembeda utamanya adalah kualitas buku yang dibaca dan kualitas proses saat membaca.
ADVERTISEMENT
Membaca aktif berarti dengan sengaja memilih bahan bacaan yang bervariasi, bukan sekedar jumlahnya tapi latar belakang pengarangnya, genre dan settingnya serta beragam unsur cerita lainnya.
Membaca aktif berarti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bermakna sebelum mulai membaca (mengapa judul ini yang dipilih? apa motif utama penulis), selama membaca (apa pilihan kata yang menarik, siapa karakter yang relevan dengan kehidupan), dan setelah membaca (bagaimana bila akhirnya berubah, apa dampaknya bila yang terjadi di buku ini terjadi 100 tahun lagi).
Aktif membaca bila dilakukan tanpa membaca aktif justru membahayakan, karena mencekokkan pengetahuan pasif dan menumbuhkan kebiasaan tidak baik.
Aksara sangat penting. Bukan karena membaca adalah tujuan akhir, tapi justru karena membaca adalah modal awal untuk bisa belajar berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Selamat Hari Aksara Sedunia, mari membaca kembali apa yang kita percaya tentang membaca.