Semua Murid Semua Guru: Tidak Buta Aksara, Tapi Gagap Dunia

Najelaa Shihab
Pendidikan adalah belajar, bergerak, bermakna. Pendidik adalah kita, Semua Murid Semua Guru
Konten dari Pengguna
6 Desember 2017 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Najelaa Shihab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tidak Buta Aksara, Tapi Gagap Dunia (Foto: Najelaa Shihab)
zoom-in-whitePerbesar
Tidak Buta Aksara, Tapi Gagap Dunia (Foto: Najelaa Shihab)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Disaat sebagian besar dari kita sibuk dengan ujian nasional, di dunia pendidikan banyak jenis assessment yang beragam. Masing-masing punya keunggulan dan keterbatasan, salah satunya Tes PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) yang membandingkan kemampuan membaca murid kelas 4 dari berbagai negara di dunia, dan beberapa jam lalu diumumkan hasilnya. Tes ini mengukur pencapaian membaca anak kelas 4 SD di 60 negara, mulai konsep membaca, proses pemahaman bacaan juga sikap dan keterlibatan dalam membaca.
ADVERTISEMENT
Peringkat tertinggi diraih Rusia, Singapura, Hong Kong, Irlandia dan Finlandia. Keriuhan terjadi pada para pendidik dan pemerintah Afrika Selatan, yang hari ini menyadari bahwa kemampuan membaca anak-anaknya adalah salah satu yang terendah. 78% anak kelas 4 tidak bisa memahami makna yang dibaca, jelas menunjukkan adanya krisis dalam pendidikan literasi disana.
Pertanyaan yang ada di kepala tentu berkait dengan Indonesia, yang dengan berbagai alasan dari pemerintah, tidak termasuk negara yang ikut serta dalam pengukuran ini. Angka literasi kita sendiri dari beberapa hasil pengukuran lain, seperti EGRA atau PISA yang cukup populer jelas menunjukkan bahwa ketidakikutsertaan kita di PIRLS bukan berarti kita bebas masalah.
Namun, data hasil PIRLS menunjukkan beberapa temuan menarik yang penting menjadi bahan refleksi dan aksi kita bersama:
ADVERTISEMENT
1. Hasil tes menunjukkan, anak perempuan memiliki kemampuan dan minat membaca lebih baik dari anak laki-laki di semua negara.
Fakta Tentang Literasi Anak (Foto: Dok. Najelaa Shihab)
zoom-in-whitePerbesar
Fakta Tentang Literasi Anak (Foto: Dok. Najelaa Shihab)
Perbedaan kemampuan antargender ini, dijelaskan melalui berbagai pendekatan. Perbedaan biologis yang membuat pemrosesan stimulus verbal lebih mudah untuk anak perempuan atau topik-topik di buku bacaan yang kurang relevan untuk anak laki-laki. Apapun alasannya, satu hal yang jelas perlu kita lakukan adalah sensitif terhadap perbedaan gender dan memberikan dukungan dan intervensi yang lebih cocok bagi anak laki-laki di tahap awal proses membaca. Sembari tentu kita terus menunjukkan ekspektasi yang tinggi terhadap kemampuan membaca, apapun jenis kelaminnya.
2. Prediktor terpenting dari kemampuan membaca anak adalah situasi rumah di usia dini, yang kondusif untuk membaca, termasuk jumlah buku yang ada di rumah. Namun keterlibatan orangtua dalam membaca semakin menurun dari tahun ke tahun.
Fakta Tentang Literasi Anak (Foto: Dok. Najelaa Shihab)
zoom-in-whitePerbesar
Fakta Tentang Literasi Anak (Foto: Dok. Najelaa Shihab)
Data ini menunjukkan kesempatan, sekaligus tantangan. Pentingnya pendidikan keluarga dalam mempengaruhi pencapaian anak, jelas menuntut kita memprioritaskan dukungan bagi orangtua. Bentuk peningkatan kapasitas yang dilakukan sangat penting, jangan sampai hanya berkait dengan kebutuhan jangka pendek, seperti beasiswa tetapi berkait kemampuan yang berpengaruh signifikan seperti literasi ini. Di sisi lain, untuk anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan dengan orangtua yang minim pendidikan, hal ini jelas memperbesar kesenjangan dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Ketertinggalan dalam kegiatan pramembaca dan prasekolah, bukan hanya karena akses yang terbatas tapi juga karena kurangnya latihan pengasuhan untuk hal-hal yang sederhana seperti kata yang digunakan dalam percakapan.
3. Kemampuan membaca terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti tidak kelaparan, tidur cukup dan tidak absen dari sekolah.
Fakta Tentang Literasi Anak (Foto: Dok. Najelaa Shihab)
zoom-in-whitePerbesar
Fakta Tentang Literasi Anak (Foto: Dok. Najelaa Shihab)
Kemampuan membaca tidak sekedar berhubungan dengan akademik dan kognitif. Anak perlu tumbuh utuh dalam semua aspek perkembangannya. Guru dapat melakukan banyak hal pada anak-anak yang ada di sekolah. Namun, saat kebutuhan dasar seperti gizi yang seimbang dan membantu konsentrasi di sekolah, atau istirahat yang jumlahnya menyehatkan tidak didapat anak, maka dampaknya terhadap kesiapan belajarnya sangat buruk. Masalah lain yang sangat berkaitan dengan kemampuan membaca adalah kehadiran anak di sekolah yang kurang teratur. Dampak dari program apapun tentu tidak bisa diukur hanya dari apakah hal tersebut tercantum dalam dokumen perencanaan, tetapi apakah memang tersampaikan hingga "last mile delivery". Konsistensi intervensi, dalam jangka waktu yang cukup lama dengan kondisi anak yang siap adalah hak semua dan setiap anak.
ADVERTISEMENT
4. Sekolah yang aman dengan tingkat perundungan dan kekerasan rendah, memiliki murid dengan kemampuan membaca yang jauh lebih baik.
Fakta Tentang Literasi Anak (Foto: Dok. Najelaa Shihab)
zoom-in-whitePerbesar
Fakta Tentang Literasi Anak (Foto: Dok. Najelaa Shihab)
Penanganan tentang perundungan dan kekerasan seringkali dikaitkan terbatas dengan karakter atau perkembangan sosial-emosional lain. Data jelas menunjukkan aman dan nyaman, bagi murid maupun guru, bukan hanya soal fisik dan infrastruktur. Kemampuan belajar dan mengajar, termasuk dalam membaca, dipengaruhi oleh keseluruhan persepsi tentang sekolah dan relasi antar manusia didalamnya.
Beberapa data hasil tes PIRLS di atas tentu perlu dimaknai dengan hati-hati, karena implikasi sebab akibat antar berbagai variable seringkali jauh lebih kompleks dari yang bisa diuraikan di tulisan sederhana ini. Namun, tes perbandingan antar negara, upaya benchmarking internasional adalah salah satu bagian penting yang menjadi panduan kebijakan. Jelas terlihat dalam uraian diatas, kemampuan membaca anak adalah efek dari banyak hal yang bersinggungan - apa yang dilakukan keluarga, bagaimana program di sekolah, pengajaran yang terjadi masyarakat, semua adalah bagian dari sistem pendidikan.
ADVERTISEMENT
Beberapa negara yang sebelumnya "tertinggal", namun berhasil menunjukkan kemajuan yang signifikan adalah Hungaria, Italia, Norwegia dan Slovenia. Pelajaran utama dari apa yang mereka lakukan menunjukkan bahwa ada program-program pemerintah dengan anggaran besar yang ternyata tidak berdampak pada kemampuan anak. Sebaliknya beberapa upaya yang secara signifikan membawa perubahan. Di Inggris misalnya, calon guru diseleksi hanya bagi lulusan dengan kemampuan literasi yang tinggi, kurikulum khusus di sekolah guru (mata pelajaran apapun) membekali mereka dengan strategi spesifik berkait literasi. Cara ini jauh lebih berdampak pada anak di berbagai golongan sosial ekonomi, dibanding program pemerintah mengirim ribuan buku ke perpustakaan sekolah. Strategi lain seperti perampingan materi kurikulum untuk berfokus pada kompetensi dasar yang essensial, alat peraga di kelas dan lain-lain juga terbukti efektif dijalankan untuk menghasilkan anak-anak dengan kemampuan membaca yang baik.
ADVERTISEMENT
Komparasi dengan sistem dan kebijakan negara lain, adalah bagian yang perlu terus dibiasakan dilakukan oleh berbagai pemangku kepentingan. Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) menginisiasi pengukuran literasi berbasis masyarakat, PEMANTIK, yang juga akan membantu memberikan data tambahan sebagai gambaran kondisi pendidikan kita. Namun, data perbandingan dan praktik baik apapun tidak akan menghasilkan dampak ke anak apabila refleksi dan aksi kita semua belum menggunakannya dengan optimal. Membiasakan penggunaan hasil assesmen dan riset, bukan opini dan rapat memang masih menjadi tantangan. Miskonsepsi dan simplifikasi tidak seharusnya menjadi bagian dari dunia edukasi.
Pada akhirnya, mendukung kemampuan membaca anak bukan hanya tentang memberantas buta aksara, atau memasukkan anak ke sekolah. Kita semua butuh berbagai panduan, termasuk hasil ujian internasional, agar anak-anak tidak gagap menghadapi dunia.
ADVERTISEMENT