Politik Santun dan Beretika, Pandangan Cerdas Puan Maharani

Jack Separrow
Cukup dengan menjadi diri sendiri. Saja!
Konten dari Pengguna
22 Agustus 2017 20:39 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jack Separrow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Politik Santun dan Beretika, Pandangan Cerdas Puan Maharani
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Puan Maharani, sekali lagi menunjukkan kualitasnya sebagai politisi yang memiliki kematangan berpikir dan kedewasaan berpolitik yang mumpuni dan bijak. Hal ini dapat dilihat ketika Puan Maharani memberikan statement yang menyejukkan terkait ucapan Arief Poyuono yang menyamakan PDIP dengan PKI. Ucapan Wakil Ketua Umum Gerindra itu sangat sensitif dan berbahaya karena dapat menciptakan konflik dan perpecahan, dan negara harus (kembali) gaduh dengan hal-hal yang tidak produktif.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya berharap bahwa politik itu harusnya dilakukan secara beretika dan santun. Jadi kalau ada hal-hal yang menimbulkan kesalahpahaman awalnya itu kita coba dulu secara kekeluargaan dulu," kata Puan di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (9/8/2017).
Puan Maharani, tentu saja memberikan respon yang tegas, bahwa setiap kesalahan haruslah dimulai proses pengampunannya melalui permintaan maaf, secara langsung dan terbuka. Puan Maharani juga menyampaikan, bahwa mestinya politik harus diisi dengan kesantunan dan etika, bukan kemudian menciptakan pernyataan kontroversi melalui penilaian dan informasi yang tidak utuh.
Tentu, pernyataan Arief Poyuono tersebut merugikan partainya tapi Puan Maharani lebih memilih untuk menyelesaikan secara dingin. Puan Maharani kemudian menyarankan untuk diselesaikan secara kekeluargaan, bukan secara emosional, apalagi harus saling melaporkan. Puan Maharani juga meminta kepada seluruh partai politik untuk mengedepankan penyelesaian konflik melalui musyawarah dan agar pengurus dan kader partai politik di Indonesia tidak mudah terpancing emosi.
ADVERTISEMENT
Pernyataan dan solusi bijak Puan Maharani inilah yang kemudian mendapatkan banyak pujian, termasuk dari Arief Poyuono sendiri.
Tentu ini adalah bagian dari pendidikan politik yang secara cerdas dilakukan oleh Puan Maharani, bahwa sebagai orang partai, tidak bisa mengeluarkan statement yang tidak berdasar dan cenderung sembarangan, apalagi menegasikan partai tertentu secara sarkas. Sebab, setiap hal yang dilakukan seseorang, terutama publik figur dari partai politik tertentu, akan mudah diakses. Tentu saja implikasinya tidak sederhana.
Maka, dalam konteks ini, kita harus mengapresiasi Puan Maharani sebagai sosok politikus perempuan muda yang cerdas karena secara bijak mempertimbangkan kesatuan dibandingkan kegaduhan yang tak kunjung usai. Ada banyak cara untuk menyelesaikan persoalan, dan menggunakan cara kekeluargaan serta musyawarah mufakat adalah pilihan yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, apa yang dilakukan oleh Puan Maharani terhadap “lawan” politiknya menjadi contoh yang baik bagaimana memerlakukan perbedaan. Ini bukan semata soal komitmen ideologis semata, tapi rupanya justru mendapatkan apresiasi yang tinggi oleh “lawan” politik, yang sebenarnya bisa saja “dijebloskan”. Realitas ini mengingatkan kita tentang bagaimana Rasulullah memberikan balasan atas keburukan yang dilakukan oleh orang lain terhadapnya, hingga memunculkan kesadaran-personal si pelaku atas budi luhur dan kebijaksanaan Rasulullah.
Tampak sekali kematangan politik Puan Maharani.