Puan Maharani: Antara Kemampuan dan Pengalaman

Jack Separrow
Cukup dengan menjadi diri sendiri. Saja!
Konten dari Pengguna
21 September 2017 18:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jack Separrow tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Puan Maharani (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Harus diakui, modal utama Puan Maharani dalam menjalani tugasnya sebagai Menteri Koordinator adalah kemampuan dan pengalamannya untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Modal penting itu ditopang dengan mental pembelajar Puan Maharani yang begitu kuat. Ia siap belajar dari siapapun.
ADVERTISEMENT
Maka, tidak aneh ketika Puan Maharani memimpin Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), telah banyak capaian yang dihasilkannya, terutama dalam bentuk kerja dan aksi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
Puan Maharani adalah politisi yang mempunyai pengalaman karena malang melintang dan ikut mewarnai konstelasi perpolitikan kita. Berbicara soal pengalaman politik, tak bisa diragukan lagi sosok Puan Maharani sebagai orang yang sangat berpengalaman. Mulai dari aktivitas di Partai, menjadi anggota DPR, menjadi ketua fraksi PDIP di DPR, menjadi ketua tim pemenangan Pemilu, termasuk perannya ketika memenangkan Jokowi-JK pada Pilpres 2014 lalu.
Artinya, sebuah kepantasan yang wajar ketika Puan Maharani dihadiahi posisi menteri oleh Jokowi dalam Kabinet Kerja karena pengalaman koordinasi dan "diplomasi" Puan Maharani tak bisa diragukan. Ketika menjadi ketua fraksi di DPR, Puan Maharani berani melakukan komunikasi dengan lawan politik. Artinya, mental pejuang Puan Maharani sangat tampak ketika ia diberikan sebuah posisi dalam sebuah struktur organisasi tertentu. Termasuk dalam konteks ini adalah keberhasilannya menjadi menteri PDIP yang paling baik dibandingkan dengan menteri dari PDIP lainnya (berdasarkan beberapa survei).
ADVERTISEMENT
Jadi, agak lucu ketika sejak dari ia diangkat menjadi menteri hingga saat ini, dunia media sosial dipenuhi dengan bully, bahkan mendiskreditkan Puan sebagai “Menteri titipan”. Rupanya, orang-orang yang selalu meramaikan hal yang buruk tentangnya juga tak jauh-jauh dari orang yang tidak menyukai ibunya, atau partainya. Puan Maharani adalah korban "kekejaman" lawan politik yang tidak menginginkannya mempunyai citra yang baik di masyarakat.
Kenapa?
Tentu saja karena Puan Maharani adalah sosok perempuan yang potensial menjadi pemimpin masa depan. Selain kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya, Puan Maharani mendapatkan "faktor x" yang tidak dimiliki oleh tokoh politik lain, yaitu sebagai putri dari Megawati, tokoh nasional sekaligus Presiden ke-5 RI, dan cucu Soekarno, sang proklamator sekaligus Presiden RI pertama.
ADVERTISEMENT
Tentu, bukan berarti Puan Maharani haus pujian, apresiasi, atau segala macamnya, tapi bahwa kita harus lebih proporsional menilai kinerja menteri, itu menjadi keniscayaan. Toh, tak ada gunanya juga puji dan caci yang didapatkan karena Puan Maharani tetap bekerja sejauh yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa peduli terhadap segala hal yang “menghinakannya”. Puan Maharani adalah sosok muda yang kenyang pengalaman, jadi tak akan rusak hanya dengan usaha pihak-pihak tertentu, yang melakukan penilaian secara tidak fair terjadap kinerja kementerian tertentu.
Pengalaman itulah yang secara otomatis memberinya kemampuan, menempanya dalam proses belajar dalam dunia politik praktis untuk kepentingan bangsa dan demi pengabdian. Pengalaman sekaligus kemampuan Puan Maharani tak bisa diragukan. Sehingga, tidak aneh ketika dirinya menjadi “titik episentrum” dalam internal partai, atau pemilihan-pemilihan pemimpin dalam konteks nasional.
ADVERTISEMENT