Kepada Siapa Kita Bersedia Patah Hati

Nanda Halya Safira
Mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang Fakultas Ilmu Kesehatan
Konten dari Pengguna
24 November 2021 18:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Halya Safira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
hasil gambar sendiri
zoom-in-whitePerbesar
hasil gambar sendiri
ADVERTISEMENT
Judul Buku : Hal Yang Paling Sia-Sia
Penulis : Gery Dwi Septa Ardian
ADVERTISEMENT
Penerbit : Romancious,Jakarta
Tahun terbit : 2019
Jumlah halaman : 200 halaman; 13×19 cm
Harga Buku : Rp 95.000,00
Peresensi : Nanda Halya Safira/Farmasi-B/055
Gery Dwi Septa Ardian atau biasa disapa Gery Ardian ini lahir di Bandar Lampung, 20 September 1994 dari pasangan Barkah Bagiyono dan Serli Winda. Dia adalah seorang penyiar yang sering berbicara tentang hubungan interpersonal dalam lima tahun terakhir dan sering menjadi tempat bagi pendengar untuk curhat. Kini dikenal sebagai Bapak Podcaster Lampung. Ia mengangkat tema cinta sebagai materi pembahasannya.
Kali ini beliau menulis buku yang menceritakan hal paling tidak logis di dunia, yaitu sisi logis dari cinta. Jatuh cinta adalah salah satu dari kita yang rela patah hati. Kalimat pertama yang luar biasa dan akan selalu terngiang di ingatan saya. Memang benar, bersiap jatuh cinta berarti bersiap untuk patah hati. Namun, tidak semua cinta seperti itu. Ada cinta yang berakhir bahagia. Makna dalam buku ini mungkin lebih banyak tentang perjalanan cinta. Bagaimana Anda mengatasi patah hati dan mengubahnya menjadi kekuatan untuk menaklukkan cinta.
ADVERTISEMENT
Buku ini bercerita mengenai pemahaman penulis tentang cinta dan anak muda masa kini. Saya pikir bab yang paling jujur dan mengesankan adalah perjalanan. Di bagian ini, pembaca berbagi ketulusan hubungan yang ditulis oleh penulis. Apa yang dikatakan Gery itu benar, tulisan terbaik adalah tentang diri anda sendiri. Perjalanan panjangnya untuk menemukan cinta benar-benar terpuji. Kejujurannya sebagai budak cinta patut kita pelajari dan mari kita nikmati cinta dengan lebih baik lagi.
Setiap orang punya jalan cerita masing-masing. Ada yang mengalami kerumitan, kesederhanaan, dan ada juga mereka yang penuh dengan kesedihan maupun kesakitan. Jika melihat kisah cinta orang lain, kita akan mengerti betapa banyak pelajaran yang bisa dipetik dari mereka dan bisa dijadikan pelajaran ke depannya. Buku ini memuat begitu banyak realita yang harus dijalankan, namun masih banyak orang yang menggunakan emosi dalam hubungan maupun kisah percintaannya.
ADVERTISEMENT
Menurut saya bukan tidak mungkin menggunakan emosi, tetapi melakukan apa yang seharusnya kita lakukan dengan bijak akan membuat perjalanan cinta lebih menyenangkan. Ada sebuah kalimat di mana Hal yang paling sia-sia adalah menasehati kamu yang sedang jatuh cinta. Kalimat ini membuat saya terbawa suasana saat membacanya.
"Menangis, bersikaplah realistis." Salah satu kutipan favorit saya. Sebagian besar anak muda zaman sekarang, masih menggunakan indera karena kita adalah hewan yang emosional. Namun dari artikel singkat ini, kita seperti ditampar oleh penulisnya. Di mana pada kalimat “Datang dan menangis! Setelah itu? Itu kira-kira. Jangan terlalu sedih dengan apa yang kamu alami. Berdiri, pikirkan sesuatu dan jadilah orang yang lebih baik. Bukan Gery Ardian? Ha ha ha.”
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, saya bertanya-tanya siapa pembaca buku ini. Sebagian besar karya Gery ditulis untuk wanita, karena termasuk kaum yang sering patah hati dan kewalahan dalam menangani percintaan. Laki-laki hanya menyumbang sebagian kecil. Mungkin karena kebanyakan wanita pernah mengalami frustrasi dalam masalah cinta. tapi jangan lupakan pria, mereka tidak menangis, tapi hati mereka yang berdarah.
Kalimat lain yang saya suka adalah, “Saya percaya akan selalu ada senyuman setelah air mata mengalir.” Hampir mirip dengan kutipan Kartini, tapi saya suka kalimat ini. Kata-kata yang digunakan benar-benar diperhitungkan. Yang bisa dilihat dalam pesan ini adalah, jangan terlalu sedih, Tuhan pasti memberikan pelangi setelah ini.
Saya masih sedikit menyukai buku ini. Di mana Gery menampilkan dua dialog yang mirip namun berbeda. Pertanyaan yang sama, jawaban yang berbeda. Saya pikir Ketika membaca bagian ini, saya melihat "Art Bodoh" Mark Manson di dalamnya. Gery sangat imut, memberikan dua jawaban yang berbeda, dan kemudian melemparkannya ke pembaca untuk memilih jawaban seperti apa yang ingin Anda berikan kepada pasangan Anda. (hal. 121)
ADVERTISEMENT
Setidaknya menurut saya buku ini banyak memberikan pelajaran bagi para pembaca khususnya anak-anak muda zaman sekarang, bahwa janganlah jatuh cinta kalau belum bisa menerima konsekuensi dari pacaran. Karena pacaran tidak hanya tentang kebahagiaan saja melainkan kesedihan juga.