Ingatan tentang Inter dan Mourinho

Nanda Rizka Syafriani Nasution
Halftime student Fulltime footballover
Konten dari Pengguna
18 September 2017 16:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Rizka Syafriani Nasution tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya masih ingat pada tahun 2010, ketika masih duduk di kelas 2 sekolah menengah pertama, bangun pukul setengah 2 pagi untuk menonton pertandingan Final Liga Champions antara Inter Milan dan Bayern Munich di Santiago Bernabeu.
ADVERTISEMENT
Saya bukan Interisti ataupun penggemar The Bavarian (julukan Bayern Munich), tetapi saya terbangun malam itu untuk melihat sebuah final kompetisi terbesar di Eropa. Ketika itu ibu saya tidak berada di rumah dan pukul 1 dini hari dia menelepon ayah untuk mengingatkan saya agar tidak menonton pertandingan itu(entah darimana beliau tau ada pertandingan besar malam itu).
Singkat cerita, pada akhirnya saya tetap menonton karena ayah saya juga tidak melewatkan final malam itu. Terbangun beberapa saat sebelum kick-off, tanpa sadar kemudian saya berbaring di depan televisi. Tidak beberapa lama kemudian saya terlelap.
Saya bagai tidur hanya sekejap lalu membuka mata dan apa yang terjadi? Final berakhir dengan kemenangan 2-0 untuk Inter Milan. Ya, saya tertidur 2x45 menit (yang terasa hanya mengerjapkan mata sejenak) dan terbangun tepat ketika layar televisi menampilkan skor akhir dengan diiringi selebrasi pemain Inter.
ADVERTISEMENT
Anda bayangkan sendiri, seorang anak perempuan berumur 14 tahun sengaja bangun untuk menonton Final Liga Champions, namun entah kenapa tertidur (mugkin karena dari awal sudah tidak diberi restu oleh sang ibu). Sampai sekarang saya masih menganggap hal itu adalah lucu. Banhkan sangat lucu dan aneh.
Bagaimana tidak, saya sedikit pun tidak menyaksikan pertandingan malam itu.
Tidak melihat bagaimana skuad Jose Mourinho meraih treble winners pada musim kedua nya melatih Inter Milan.
Tidak melihat ketampanan "Pangeran Giuseppe Meazza" yang mencetak brace malam itu, Diego Milito.
Tidak juga melihat tundukan Van Gaal (Mourinho pernah menjadi asisten Van Gaal ketika di Barcelona) yang harus mengalah pada Nerrazurri.
Tidak menyaksikan apapun. Menyedihan.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu saya tidak terlalu menyukai sosok Jose Mourinho sebagai seorang pelatih karena menganggap beliau terlalu arogan dan sedikit sombong. Sukses besar di Porto dengan mempersembahkan gelar Liga Champions yang tak pernah disangka, The Special One menerima pinangan Inter Milan dengan harapan membawa kebangkitan ada klub Italia tersebut setelah sebelumnya menangani Chelsea dengan keberhasilan yang serupa.
Jose Mourinho lahir di lahir di Setubal, Portugal, 26 Januari 1963 dengan nama lengkap José Mário dos Santos Mourinho Félix. Beliau pernah menjadi penerjemah untuk Bobby Robson di Sporting Lisbon, kemudian menjadi asisten pelatih ketika mengikuti Sir Boby pindah ke Porto lalu kemudian ke Barcelona.
Saya tak percaya Inter akan juara pada saat itu sampai ketika mereka mengalahkan Barcelona di semifinal setelah sebelumnya juga dipertemukan di fase penyisihan grup. Musim itu Barcelona dan Inter bahkan harus bertemu sampai empat kali. Saya tidak menonton pertandingan semifinal tersebut dan hanya bisa bersedih ketika paginya melihat harus kalah agregat setelah di pertemuan pertama dicukur 3-1 dan di leg II hanya mampu membalas 1-0.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Inter di Champions kala itu juga tidak mudah. Mourinho harus berhadapan dengan mantan anak-anak didiknya di Chelsea saat babak 16 besar. Mourinho mampu membuktikan diri jika dirinya memang benar adalah seorang pelatih yang spesial dan mampu menaikkan derajat setiap tim yang dilatihnya dengan mengalahkan The Blues yang saat itu ditangani Don Carlo (Carlo Ancelotti).
La Beneamata di tangan Mourinho akhirnya berhasil menjadi juara Liga Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions UEFA, Si Biru Hitam mencatatkan diri sebagai klub Italia pertama yang berhasil mendapatkan tiga gelar dalam satu musim. Inter kemudian menjadi klub ke-6 di Eropa setelah Glasgow Celtic, Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, Manchester United dan Barcelona yang berhasil memperoleh gelar treble.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi dulunya sangat jarang menonton Serie A (apalagi sejak tv nasional tidak menayangkannya) karena waktu pertandingan yang selalu larut membuat saya tidak terlalu mengenal klub Serie A, termasuk klub yang didirikan tanggal 9 Maret 1908 tersebut. Saya hanya bisa mengingat sebagian pemain dan lebih memilih mendukung Milan (pada saat itu) karena keberadaan Ricardo Kaka, Alexandro Pato serta Filippo Inzaghi. Bahkan saya mengetahui Inter ketika mencoba mencari tau tentang Milan dan itu sudah lama sekali, mungkin sekitar tahun 2008 ketika saya pertama kali menyukai sepakbola.
Saya kemudian mulai mengetahui nama Jose Mourinho setelah beliau menjadi arsitek London Biru, Chelsea. Keberhasilannya di Chelsea kemudian membawa dia terbang ke Italia dan menjadi pelatih Internazionale. Seorang Jose Mourinho, berrhasil di Porto (enam trofi) , berhasil di Chelsea (rekor 95 poin) dan berhasil di Inter (treble) , pencapaian luar biasa untuk seorang pelatih yang baru menangani sebuah klub dan kemudian menjadi juara. Gelar pelatih terbaik dunia versi FIFA 2010 itu mampu mengkreasikan berbegai macam kultur pemain di setiap klub yang berbeda untuk memaksimalkan mereka dan kemudian meraih puncak kejayaan.
ADVERTISEMENT
--
Apa yang sebenarnya dibutuhkan klub sekelas Inter Milan untuk kembali menujukkan taji nya setelah tahun 2006-2010 yang dianggap musim keemasan mereka? Sepeninggal Mourinho, diikuti dengan para pemain senior mereka seperti Diego Milito, Javier Zanetti, Samuel Eto’o, Wesley Sneijder, Marco Materazzi sampai Super Mario Balotelli, Inter seperti kehilangan motivasi, konsistensi dan tidak mampu untuk bangkit kembali.
Inter terlihat tidak berdaya di kompetisi liga maupun Eropa. Saya juga tidak lupa bagimana mereka dua tahun lalu (musim 2015/2016) mereka sempat tak terkalahkan di lima pertandingan awal namun akhirnya hanya finish di posisi empat (kualifikasi ke Europea League) dan bahkan harus menelan kekalahan 3-0 atas I Rassoneri. Masih ingat raut kesombongan salah satu kolega penggemar berat Inter yang kemudian menghilang setelah jeda paruh musim berlalu.
ADVERTISEMENT
Pada musim ini juga Inter tidak seperti saudara kandung nya yang menggelontorkan banyak dana demi berusaha mengembalikan performa. Inter, dibawah Luciano Spalleti masih percaya kepada Mauro Icardi dkk untuk dapat membuktikan diri di Italia, Eropa maupun dunia.
Menarik melihat masa depan Mou untuk melatih sebuah tim nasional. Saya masih penasaran mengapa seorang Mourinho masih enggan melatih negara, bahkan untuk Portugal sekalipun. Seorang Jose Mourinho yang lebih memilih juara Liga Champions dibandingkan dengan mengangkat trofi piala dunia. Setiap orang akan penasaran bagaimana racikan strategi yang akan digunakannya untuk memuluskan langkah sebuah tim atas nama negara.
Saya kini mulai menyukai sikap yang ditampilkan oleh seorang yang menganggap dirinya the only one tersebut bahkan selalu menunggu kata-katanya di konferensi pers dan menantikan raut muka di setiap pertandingan yang di jalaninya.
ADVERTISEMENT
Untuk Inter, yang perlu mereka lakukan adalah lepas dari bayang-bayang keberhasilan Mourinho. Saya tidak akan berkata begini jika setiap kali bertemu dengan Interisti mereka tidak meng-agung-kan tahun 2010 dan sangat berharap moment itu terulang kembali.
Ingatan tentang Inter dan Mourinho, tak banyak memang, tapi tidak sedikit jua.
pict: Dailymail.co.uk