news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Review Pertandingan Leicester City 2-3 Liverpool

Nanda Rizka Syafriani Nasution
Halftime student Fulltime footballover
Konten dari Pengguna
25 September 2017 14:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Rizka Syafriani Nasution tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Liverpool datang ke King Power Stadium dengan ambisi besar untuk membalaskan kekalahan mereka atas The Fox, julukan Leicester City, setelah menerima kekalahan Rabu sebelumnya di Carabao Cup dengan skor 2-0 dan otomatis tersingkir dari Piala Liga tersebut.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan tim asuhan Craig Shakespeare menyambut Liverpool dengan menginginkan sekali lagi mengalahkan para The Kop. Kedua tim membawa misi berbeda dengan semangat yang sama di game week ke-5 English Premier League.
Turun dengan formasi berbeda sebelumnya, Craig memakai formasi 4-4-1-1 pada malam itu. Jamie Vardie menjadi ujung tombak skuad Serigala Biru dengan ditopang oleh Okazaki. Mahrez, Ndidi, King, serta Albrighton di lini tengah dan Simpson, Morgan, Maguire, Chiwell di lini pertahanan dan Kasper Schmeichel sebagai pusat pertahanan paling akhir. Sementara Juergen Klopp menurunkan formasi andalannya 4-3-3 untuk membuktikan diri dengan menurunkan Salah, Firmino dan Coutinho di lini depan. Emre Can, Henderson, dan Wijnaldum sebagai penyuplay bola dan Gomez, Matip, Lovren, Serta Moreno di depan Simon Mignolet sebagai ujung tombak pertahanan.
ADVERTISEMENT
Kedua tim bermain agresif sejak menit pertama. Masing-masing ingin secepatnya membawa keunggulan untuk dapat menekan tim lawan. Baik Leicester maupun Liverpool malam itu bermain secara terbuka dan berusaha terus menyerang zona pertahanan lawan untuk selanjutnya mencoba memimpin kedudukan. Namun, Liverpool terlihat lebh menguasai pertandingan dengan beberapa kali mengancam gawang Schmeichel. Mereka bahkan hampir memimpin jika tendangan keras Emre Can tidak membentur tiang gawang.
Umpan crossing yang dilancarkan baik dari Countinho maupun Moreno dari sisi kiri belum juga membuahkan hasil sampai akhirnya pada menit ke-15 umpan silang Coutinho tepat mengarah ke Mohammed Salah untuk selanjutnya di kreasikan anak Mesir itu menjadi gol. Kopites bersorak untuk memimpin pertandingan dengan keunggulan satu angka.
ADVERTISEMENT
Hal yang penting bagi saya sendiri untuk pertandingan ini adalah bagaimana seorang magician, Philippe Coutinho kembali ke permainannya sendiri setelah diterpa isu tidak enak mengenai drama perpindahan ke Barcelona. Saya selalu menikmati bagaimana Cou membawa bola yang berusaha merusak pertahanan lawan. Sangat wajar jika tim sekelas Barcelona menginginkan punggawa timnas Brazil tersebut. Coutinho juga berhasil menjadi MOTM dengan mencatatkan 5 umpan kunci (termasuk asis nya ke Salah), lima tembakan ke gawang dan yang perlu di apresiasi adalah gol freekick nya di menit 23 yang menambah senyum Klopp di pinggir gawang. Magician telah kembali.
Leicester juga bukan tanpa perlawanan, meski permainan mereka sedikit melemah setelah tertinggal 2-0, tetapi Vardy serta Okazaki sempat membahayakan gawang Mignolet, beruntung beliau tampil apik malam itu. Papan skor berubah menjadi 1-2 sebelum turun minum tepat di menit 43 sebelum wasit Taylor meniup peluit. Okazaki sukses membuat publik King Power bersorak walaupun dia sebenarnya lebih dulu menghambat pergerakan Mignolet pada keadaan set piece tendangan sudut.
ADVERTISEMENT
Babak kedua berjalan sama, tidak ada penurunan tempo permainan karena kedua tim masih sama ngotot untuk menang. Daniel Sturridge yang masuk menggantikan Firmino menjadi creator untuk gol Johan Henderson di menit 68. Javie Vardy membuat para penggemar Liverpool khawatir saat tandukannya mengubah skor menjadi 2-3. Leicester sebenarnya dapat menambah keunggulan Leicester andai penalti nya tak di tepis Mignolet. Sang penjaga gawang tesebut menjadi penjaga gawang terbanyak melakukan penyelamatan penalti di Premier League dengan 7 dari 15 tendangan sejak ia bergabung di tahun 2013.
Laga ini yang disudahi dengan 2-3 untuk keunggulan Liverpool sebenarnya bukan laga yang terbaik dari kedua tim. Kerja keras masing-masing pelatih masih sama yaitu persoalan pertahanan. Beberapa goal yang terjadi juga karena kelengahan pemain belakang dan kurang nya koordinasi antar pemain. Banyaknya ruang kosong yang ditinggalkan dan kadang terlambat turun ketika serangan balik terjadi. Laga yang cukup untuk Liverpool membalaskan dendamnya.
ADVERTISEMENT