Fenomena Anak Bilingual di Masyarakat dalam Perspektif Psikologi

Nanda Syahda Nabilah
Undergraduate Psychology Student at UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
25 Juni 2023 14:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Syahda Nabilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ayah dan Bunda di rumah rasanya cukup sering menemukan anak dan orang tua di luar sana yang berbicara menggunakan dua bahasa atau bahkan berbagai bahasa. Idealnya, seseorang mampu berbicara dengan satu bahasa. Namun, benarkah mengajarkan dua bahasa pada anak adalah hal yang disarankan?
ADVERTISEMENT

Apa itu Bilingual?

Sumber: Freepik
Menurut Farmer dan Matlin dalam salah satu karyanya, bilingualisme diartikan sebagai istilah yang menunjukkan bagaimana manusia dapat menguasai kemampuan mendengar, membaca, berbicara, dan menulis dalam dua bahasa atau lebih. Bilingualisme dapat muncul karena faktor salah satu orang tua yang berbeda budaya dan bahasa. Selain itu, bilingualisme muncul ketika bahasa rumah mereka berbeda dengan bahasa yang digunakan di sekolah atau pekerjaan mereka. Farmer & Matlin (2019) mengungkapkan bahwa anak-anak menjadi bilingual karena mereka mempelajari bahasa lain di sekolah, atau karena mereka dibesarkan di rumah, di mana anggota keluarga secara rutin menggunakan dua bahasa.
Fenomena anak bilingual atau dua bahasa, kini menjadi topik yang menarik dan hangat untuk dibicarakan. Arus globalisasi yang kini semakin pesat, mampu membawa dan mengembangkan banyak budaya dan bahasa. Pasalnya, asumsi mengenai anak bilingual, mengungkap dua sisi yang berbeda yaitu kelebihan dan kekurangan dalam mengajarkan dua bahasa pada anak. Orang tua percaya bahwa mengajarkan lebih dari satu bahasa pada anak, mampu meningkatkan kemampuan berpikir mereka. Beberapa ahli mengungkapkan orang-orang yang memperoleh bahasa kedua selama masa kanak-kanak, lebih cenderung mengucapkan kata-kata seperti penutur asli bahasa itu. Sebaliknya, mereka yang memperoleh bahasa kedua selama masa dewasa lebih cenderung memiliki aksen asing ketika berbicara bahasa baru bagi mereka. Hal ini menguatkan asumsi tentang mengajarkan lebih dari satu bahasa pada anak adalah hal yang disarankan.
ADVERTISEMENT

Bilingual Merugikan Anak? Benarkah?

Dahulu, ahli teori mengemukakan bahwa bilingualisme menghasilkan defisit kognitif karena otak harus menyimpan dua sistem bahasa (Erwin-Tripp, 2011; De Groot, 2011). Namun, ungkapan tersebut berhasil ditolak. Di tahun 1960-an, para peneliti menemukan bahwa anak-anak bilingual justru mendapat nilai lebih tinggi daripada anak monolingual (satu bahasa) dalam mengerjakan tugas. Hal ini tentu menolak anggapan masyarakat bahwa anak bilingual kurang dalam segi kognitif. Topik mengenai bilingualisme sempat menjadi kontroversial. Beberapa orang skeptis bahwa mengajarkan lebih dari satu bahasa pada anak mampu meningkatkan kemampuan kognitif mereka.

Manfaat Mengajarkan Bilingualisme pada Anak

Sumber: Freepik
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sejak usia dini, anak-anak bilingual dapat membuat pilihan bahasa yang tepat untuk berkomunikasi. Anak dapat membedakan penggunaan bahasa mereka dan tanggap terhadap konteks yang sedang dibicarakan. Dalam penelitian Siegal dkk. (2010) menemukan bahwa dalam pemahaman percakapan, anak-anak bilingual mampu memiliki kinerja perkembangan kognitif yang baik dalam memahami penalaran.
ADVERTISEMENT
Farmer & Matlin (2019) merangkum fakta penelitian lain yang mengemukakan tentang manfaat mengajarkan bilingualisme pada anak yaitu :
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini perkembangan bahasa dan budaya semakin pesat. Bahasa yang digunakan di seluruh dunia juga semakin bervariasi. Dalam hal ini, Ayah dan Bunda di rumah perlu menggarisbawahi bahwa dalam mengajarkan apapun pada anak perlu memperhatikan kemampuan dan motivasi mereka dalam belajar. Maka, mengajarkan lebih dari satu bahasa pada si kecil dapat menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi di lingkungan masyarakat.
Sumber:
ADVERTISEMENT