Teater Abnon, Sebermula Adalah Janji

NARASASTRA
#Narasastra | Kirimkan karyamu ke [email protected] | narasastra.wixsite.com/narasastra
Konten dari Pengguna
4 Juni 2018 12:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NARASASTRA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak lagu yang berusaha menggambarkan keadaan Jakarta. Mulai dari Guruh Soekarno Putra lewat “Halo Jakarta”, “Sore Tugu Pancoran”-nya Iwan Fals, “Jakarta Pagi ini” yang dianggit Slank, lirik Oomleo “Kisah dari Selatan Jakarta” yang dinyanyikan WSTCC, sampai “Ode Buat Kota” karangan Bangku Taman. Kiranya lima lagu tersebut yang dimanfaatkan Teater Abang None Jakarta sebagai “panduan” dalam memahami pementasan mereka, 1/Jakarta. Riset dan proses seleksi lagu yang dilakukan tim Teater AbNon (Abang None) ini membuktikan keseriusan mereka dalam berteater.
Sebermula adalah janji. Pada 1993, Maudy Koesnaedi berjanji, jika dia keluar sebagai pemenang dalam kompetisi Abang None Jakarta, dia akan membuat sesuatu yang berguna bagi kota Jakarta dan kebudayaan Betawi. Tidak ternyana, ternyata Maudy keluar sebagai pemenang. Setelah mendalami dunia sandiwara lewat tokoh Zaenab dalam Si Doel Anak Sekolahan (1994), barulah pada 2009, Maudy mengenalkan visinya kepada Fauzi Bowo yang kala itu sedang menjadi gubernur.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan janji Maudy, teater AbNon memang konsisten dengan membawa cerita yang akrab dengan Jakarta. Lewat drama musikal, anak-anak Abang None Jakarta yang terkumpul mementaskan Cinta Dasima pada 2009. Cinta Dasima adalah buah ilham dari novel Tjerita Njai Dasima (1896) karya Gijsbert Francis. Kemudian menyususul karya berikutnya yaitu Doel: Si Doel, Antara Roti Buaya dan Burung Merpati, Kembang Parung Nunggu Dipetik (2010) yang dibuka oleh tarian topeng Betawi. Cerita ini merupakan adaptasi dari film Si Doel Anak Modern (1976). Dan melalui BaBe - Muka Kampung Rejeki Kota (2017), teater AbNon mengangkat kisah seniman Betawi bernama Benyamin Sueb.
Kali ini, lewat 1/Jakarta, bisa dibilang teater AbNon sedang memantapkan regenerasinya. Jadwal latihan rutin dan regenerasi pengurus yang dilakukan dengan disiplin membuat teater AbNon benar-benar dibawa oleh semangat yang baru. Pergantian pengurus juga bertujuan untuk memperpanjang napas teater AbNon melalui inovasi yang sesuai dengan selera anak muda. Kasarnya, menghindari cerita-cerita didaktis yang kolot atau menyimpan sejenak ajakan-ajakan menjaga kelestarian budaya konvensional demi mengasah kesadaran kita terhadap apa yang sebetulnya sedang dekat-dekatnya dengan manusia Jakarta. Maudy pun yang biasanya terjun langsung menjadi produser, kini memilih untuk menonton dan membina.
Berbeda dengan pementasan-pementasan sebelumnya yang cenderung mengungkap sejarah Jakarta dan menonjolkan kesenian khas Betawi, 1/Jakarta mencoba mengambil perspektif keseharian anak muda. Kerapkali kemelut ibukota mematahkan cita-cita seseorang yang ingin mendalami seni. Apa boleh buat, di sini seni sulit menjadi nasi. Jangankan cita-cita, hati pun sering kali pupus karena cinta yang semakin instan. Internet yang bertambah canggih memungkinkan perselingkuhan terjadi lewat beberapa kali klik saja. Di sisi lain, jalan layang terus-menerus dibangun. Banyak mahasiswa yang tidak tenang, doyan mengritik tapi diam di tongkrongannya masing-masing. Tentu saja cerita 1/Jakarta sangat relevan dengan kehidupan anak muda di kota Jakarta saat ini. Tidak perlu muluk-muluk, memang demikian budaya ibukota saat ini.
Memang dasar dunia teater di Indonesia, seolah jauh dari profesionalitas. Sewaktu masih aktif menjadi produser, Maudy merasa bahwa dana terasa kering di kantong. Hampir sama dengan cerita dalam 1/Jakarta, uang sering membuat kita putus asa, putus cita-cita, putus cinta, bahkan putus sekolah. Namun Maudy tidak lantas kabur ke negeri lain atau memendam semangatnya pada batu nisan. Adalah janji yang ditepati, menciptakan seni lewat benih-benih baru. Meskipun mereka harus menjadi penjual koran di pinggir stasiun seperti tokoh Budi dan Adiknya dalam 1/Jakarta, kehangatan masih ada di ujung sandiwara, semoga begitulah juga hidup ini. Sayup-sayup Budi berbisik kepada saya, Jakarta adalah Ibu, adalah cinta, tempat kita untuk pulang.
ADVERTISEMENT
anak sekecil itu
tak sempat nikmati waktu
dipaksa pecahkan karang
lemah jarimu terkepal