Sekolah dalam Jaringan: Sinergi Antara Orang Tua dan Sekolah dalam Masa Pandemi

Genoveva Parasti
Seorang guru yang mengajar dengan penuh semangat, agar siswa lebih tertarik dalam kegiatan belajar bersama. Bekerja di Dinas Pendidikan Kabupaten Karanganyar sebagai guru SD Negeri 03 Suruh
Konten dari Pengguna
26 September 2021 8:10 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Genoveva Parasti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi foto : Photo by Monstera from Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto : Photo by Monstera from Pexels
ADVERTISEMENT
Maret 2020, bulan penuh gejolak bagi dunia pendidikan di Indonesia. Demi menekan laju peredaran pandemi COVID-19 pemerintah mengambil kebijakan di mana proses belajar-mengajar yang sewajarnya dilakukan di sekolah, diubah dengan pembelajaran dari rumah saja alias dalam moda dalam jaringan. Sebuah kebijakan yang cukup berani dan cepat, mengingat hak mengenyam pendidikan adalah hak yang dilindungi oleh negara dan salah satu tujuan negara mencerdaskan bangsa.
ADVERTISEMENT
Kemudian, bagaimana dengan pelaku kebijakan yang berhadapan langsung dengan siswa? Banyak pendidik yang dihadapkan dalam medan perang, tanpa senjata, berdiri di garis depan tanpa tahu harus bagaimana. Masa belajar di rumah diawali dengan kurun waktu 2 minggu saja dan diperpanjang hingga hampir 2 tahun.
Bagi sekolah yang mumpuni, memiliki sumber daya guru yang mengetahui teknologi informasi serta siswa yang sudah terbiasa dengan teknologi, mengubah proses belajar dari luar jaringan ke proses belajar dalam jaringan bukanlah hal yang sulit. Sedangkan bagi sekolah di mana baik dari sumber daya guru maupun siswanya miskin pengetahuan teknologi, perlu perjuangan lebih dan cukup berat untuk mencapai tujuan belajar, di mana proses transfer ilmu yang terhenti hanya karena tidak mendapat kesempatan tatap muka.
ADVERTISEMENT
Perbedaan kemampuan dan fasilitas mengakses internet sangat berpengaruh dalam proses belajar dari rumah. Bukan hanya tentang kemampuan teknologi internet , kepemilikan gawai merupakan syarat mutlak pembelajaran dalam jaringan, tanpa kepemilikan gawai akan muncul kendala yang tidak dapat dielakkan. Perjuangan di ranah pendidikan dimulai kembali, cara dan kebijakan yang diterapkan oleh sekolah harus sejalur dengan kebijakan pemerintah, entah mampu atau tidak, sekolah dan guru serta siswa dan orang tua siswa, dipaksa untuk tetap menjalankan kebiasaan baru tanpa terkecuali.
Banyak hal selama masa pandemi tanpa terduga muncul, salah satu hal yang baik adalah proses belajar-mengajar tetap berjalan. Sekolah dengan fasilitas penuh maupun sekolah minim dan tanpa fasilitas memiliki kesamaan dalam mengatasi pandemi kali ini yaitu kerja sama yang mumpuni seluruh warga sekolah untuk memastikan siswa mendapatkan hak belajar.
ADVERTISEMENT
Langkah yang diambil seluruh sekolah pada masa awal belajar di rumah adalah sama yaitu berkomunikasi dengan orang tua, suatu kegiatan yang tidak biasa bagi sekolah di mana secara berkelanjutan memberikan semangat sekaligus edukasi kepada orang tua. Seperti kita tahu, orang tua siswa hanya datang saat awal tahun pembelajaran, penerimaan hasil belajar dan kelulusan.
Terkadang orang tua harus absen, karena satu dua hal yang lebih penting. Jarak antara sekolah dan orang tua memang jauh, namun karena pandemi, hubungan antara keduanya membentuk sinergi tersendiri dalam hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa. Bahkan, tak jarang sekolah mengadakan kegiatan parenting untuk orang tua agar orang tua memiliki bekal dalam pendampingan putra-putrinya selama belajar dari rumah. Sinergi yang terbentuk mendorong orang tua siswa terjun langsung dalam kegiatan belajar putra-putrinya. Bahkan tanpa disadari orang tua siswa berperan sebagai fasilitator yang tanpa sadar membantu keluarga untuk mendapatkan quality time dalam kegiatan belajar-mengajar.
ADVERTISEMENT
Suatu fakta yang mengejutkan, di mana marak protes serta keluhan orang tua melalui media sosial, tentang bagaimana tidak masuk akalnya sebagai orang tua untuk mengajarkan hal-hal yang tidak dipahami kepada anaknya, belum lagi luapan emosi setiap orang tua yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya saat menemani anak mereka belajar dari rumah. Bagaimana dalam luapan emosi menemani belajar dari rumah, orang tua dapat bertahan selama hampir 2 tahun kebelakang. Banyak orang tua yang mulai memahami bagaimana anak mereka mendapat kenyamanan dalam belajar, dan saat ini orang tua dapat dengan nyaman mendiskusikan perkembangan mereka kepada guru demi kepentingan anak mereka.
Sekolah dan tentu saja orang tua menjalin hubungan yang saling menguntungkan di mana kebijakan sekolah untuk belajar dari rumah disukseskan dengan keterlibatan aktif orang tua, sebaliknya waktu orang tua dengan anak semakin erat dengan menemani setiap proses belajar anak. Anak semakin mengenal orang tua mereka serta memastikan keberadaan orang tua dalam setiap proses belajar mereka.
ADVERTISEMENT
Karena pandemi ini, mulai terkikis istilah bahwa pendidikan adalah urusan guru dengan murid, namun membuktikan bahwa rumah adalah tempat utama anak belajar. Dengan harapan tidak ada lagi orang tua yang mengatakan “titip anak saya” saat mereka melepas anak mereka ke bangku sekolah, karena mau bagaimanapun baik sadar maupun tidak keluarga adalah tempat pertama anak belajar.
Tidak selamanya pandemi mengubah tatanan kehidupan menuju kemunduran, banyak hal baik yang bermunculan di masa pandemi ini. Di mana rasa empati semakin tinggi, kerja sama semakin kokoh, tentu saja dalam pendidikan, sinergi yang terbentuk dalam masa pandemi ini merupakan salah satu masa revolusioner pendidikan. Masa di mana jarak antara orang tua, guru, siswa dan sekolah tidak hanya sebatas “titip” dan “transfer ilmu” lebih dari hal tersebut, pandemi merupakan batu pijakan pertama mengenalkan betapa proses belajar mengajar bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja.
ADVERTISEMENT
Karena pendidikan bukan tentang seberapa hebatnya teknologi yang kita punya dan kita kuasai, tapi tentang bagaimana kita berproses bersama orang terdekat kita untuk berdamai dengan keadaan dan dengan hasil sebaik yang bisa kita dapatkan. Pendidikan selama masa pandemi bukan lagi tentang nilai berbentuk angka namun tentang proses transfer ilmu melalui tempat ternyaman setiap anak, keluarga.
Ilustrasi foto : https://www.pexels.com/photo/brother-and-sister-studying-5088193/