Insecure, Musuh dalam Menggapai Harapan

Shifa Andika
Department of Psychology. Universitas Negeri Yogyakarta
Konten dari Pengguna
27 Juni 2022 14:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shifa Andika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/photos/99dACDeId_4
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/photos/99dACDeId_4
ADVERTISEMENT
Pernah tidak sih kamu merasa kurang percaya diri? Sering membandingkan dirimu dengan orang lain? Merasa bahwa usahamu dalam mencapai sesuatu tidak sebanding dengan usaha orang lain? Hingga pada akhirnya kamu seringkali membandingkan dirimu dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Nah, bisa jadi kamu mengalami yang namanya insecure nih. Yuk kenal lebih dekat apa itu insecure!
Apa itu Insecure?
Insecure adalah suatu kecenderungan di mana seseorang merasa kurang percaya pada dirinya sendiri. Insecure ini juga berpotensi memberikan dampak yang membahayakan penderitanya, terutama jika terjadi dalam waktu yang lama. Kondisi ini bisa ditandai dengan kecemasan dan hilangnya rasa percaya diri dari berbagai aspek dalam hidup, seperti pekerjaan, hubungan, dan sebagainya.
Hilangnya rasa percaya diri ini mampu membuat seseorang terus memikirkan hal negatif dalam benaknya, sehingga akan sulit baginya untuk menggapai tujuan dan mendapat dukungan.
Penyebab Insecure
Penyebab dari insecure berasal dari berbagai faktor, tetapi yang paling utama adalah kejadian traumatis, seperti kehilangan orang yang disayang, menjadi korban kekerasan, atau penindasan. Kejadian traumatis juga bisa menyebabkan timbulnya critical inner voice, lho. Nah, apa sih critical inner voice?
ADVERTISEMENT
Melalui buku ‘Conquer Your Critical Inner Voice’, Dr. Lisa Firestone menjelaskan bahwa critical inner voice adalah percakapan dalam diri seseorang yang pada akhirnya menimbulkan perasaan insecure. “Aku tidak berguna, pasti aku akan gagal” atau “Aku terlihat buruk menggunakan pakaian ini karena aku gendut” merupakan contoh dari critical inner voice. Hal ini ternyata juga bisa dipengaruhi oleh pola asuh orang tua semasa kecil, lho. Orang tua yang kerap kali mengabaikan anaknya akan membuat anak mudah cemas dan penakut saat bertumbuh dewasa, mereka akan kesulitan dalam melakukan sesuatu karena tidak tahu apa yang diharapkan orang tua dari dirinya. Selain itu, orang tua yang suka berkata kasar atau membentak akan membuat anak selalu memiliki pandangan negatif terhadap dirinya.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa efeknya?
Saat beranjak dewasa, seseorang akan berperilaku sesuai apa yang telah ia alami di masa kecilnya. Seseorang yang insecure akan cenderung menyalahkan dirinya sendiri dan kerap kali membandingkan dirinya dengan orang lain, karena ia selalu merasa dirinya adalah kegagalan.
“Aku selalu gagal”, “Aku tidak akan pernah punya teman”, “Aku tidak bisa apa-apa”, “Tidak akan ada yang peduli dengan diriku”, “Aku tidak baik dalam segala hal, semua itu karena aku malas”, “Aku tidak berhak bahagia”, “Semuanya adalah salahku”.
Pemikiran-pemikiran tersebut bisa membuat seseorang tidak yakin dengan dirinya sendiri dan juga akan kesulitan bagi mereka untuk mencapai apa yang diharapkan.
Berarti insecure berpengaruh terhadap pencapaian harapan ya?
Insecure dan Harapan
ADVERTISEMENT
Harapan adalah suatu kebutuhan untuk percaya bahwa hal buruk dapat diubah jadi lebih baik dan apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Sama halnya dengan insecure, harapan ini juga berkaitan erat dengan pola asuh orang tua semasa kanak-kanak.
Hage (2009), melalui artikelnya yang berjudul ‘Waiting out the crisis: On stuckedness and governmentality’ mengungkapkan bahwa pada masa krisis, harapan bisa menjadi hal yang penting untuk mengatasi kesengsaraan dalam hidup. Maksudnya adalah dengan terus berharap, kita dapat meningkatkan kesejahteraan dalam hidup dan berani mengatasi semua masalah yang ada. Namun, apa jadinya jika harapan yang kita miliki terkalahkan oleh insecure?
Pemikiran negatif dalam diri yang pada akhirnya menurunkan percaya diri, mampu membuat seseorang merasa takut untuk berharap. Dikutip dari artikel human initiative, ada banyak alasan bagi kita untuk terus berharap, seperti mengubah pandangan kita terhadap hal buruk, mengatasi kecemasan berlebihan, dan membantu proses penyembuhan.
ADVERTISEMENT
Apapun masalah yang terjadi dalam hidup, kita tidak boleh berhenti berharap akan sesuatu karena harapan itulah yang akan membantu kita menghadapi kehidupan ini. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi orang yang insecure.
Terapi Suara: Strategi untuk melawan Insecure
Untuk mengatasi hal tersebut, ada cara yang bisa kita lakukan, lho. Bukan berarti dengan adanya insecure menghambat kita untuk terus berharap. Dilansir dari PsychAlive, Dr. Robert Firestone mengemukakan salah satu cara untuk melawan insecure, yaitu terapi suara. Terapi suara adalah suatu strategi untuk mengatasi critical inner voice. Yuk disimak langkah-langkahnya!
1. Langkah Pertama
Ubah pemikiran-pemikiran negatifmu menjadi sudut pandang dari orang kedua. Misalnya ubah “Aku sangat tidak menarik, ini semua karena aku gendut” menjadi “Kamu sangat tidak menarik, itu semua karena kamu gendut”. Nah, kamu bisa menuliskan pemikiranmu ini di buku maupun notes.
ADVERTISEMENT
2. Langkah Kedua
Pikirkan kembali mengenai pikiran negatif yang kerap kali muncul di benakmu, seperti “Aku selalu gagal dan tidak bsia apapun”. Pikirkan apakah pemikiran tersebut berkaitan dengan masa lalumu? Mungkin ada seseorang di masa lalu yang pernah berkata seperti itu padamu atau mungkin ada kejadian yang membuatmu berpikir seperti itu? Setelah itu coba tolak kata-kata tersebut, tiap pikiran negatif itu muncul jawab dengan tegas “Aku tidak seperti itu, aku bukanlah suatu kegagalan”.
3. Langkah Ketiga
Tuliskan hal-hal yang membuktikan bahwa kamu bukanlah seperti apa yang pikiran negatifmu bayangkan. Lawan semua pikiran negatifmu dengan menulis “Aku sudah berusaha keras selama ini” atau “Aku adalah anak yang cerdas, Aku hanya perlu berusaha sedikit lagi, karena Aku yakin kalau Aku mampu”.
ADVERTISEMENT
4. Langkah Keempat
Coba mulai merefleksikan kembali pikiran negatifmu, apakah pikiran-pikiran itu memengaruhi perilakumu? Apakah ada suatu kejadian yang membuat pikiran tersebut timbul? Apakah perilakumu terhadap orang lain juga jadi berubah? Misalnya kamu memiliki pikiran “Aku tidak bisa apa-apa” yang pada akhirnya membuat dirimu enggan melakukan apapun karena merasa tidak bisa sebelum mencobanya.
5. Langkah Kelima
Terakhir, buatlah rencana untuk mengubah perilaku tersebut. Tiap ada usaha pasti juga akan ada hasil bukan? Terkadang kamu pasti takut untuk mencoba suatu hal karena selalu berpikir kalau kamu tidak bisa, kamu tidak pantas, atau mungkin merasa bahwa akan ada orang lain yang jauh lebih bisa melakukannya daripada dirimu. Namun, apa kamu sudah pernah mencoba? Coba lawan pikiranmu dan mulai untuk mencoba, tidak apa gagal di percobaan pertama karena masih banyak hari untukmu terus mencoba.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah tersebut tentunya tidak mudah dilakukan, apalagi di percobaan pertama. Oleh karena itu, coba ikuti langkah ini tiap harinya dan ingat semua orang berhak untuk berharap dan memiliki keinginan. Jangan pernah dengan kata orang lain yang sekiranya akan menjatuhkan semangatmu, percaya bahwa dirimu mampu dan ingat bahwa usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil, jadi jangan pernah takut untuk mencoba ya!
Referensi
GoodTherapy (2019). GoodTherapy – Insecurity. Diakses 11 Juni, 2022 dari https://www.goodtherapy.org/blog/psychpedia/insecurity
Hage, G. (2009). Waiting out the crisis: On stuckedness and governmentality. Anthropological Theory, 5, 463-75.
Human Initiative (2022). Human Initiative - The Reason We Must Continue To Cultivate Hope. Diakses 12 Juni, 2022 dari https://human-initiative.org/the-reason-we-must-continue-to-cultivate-hope/?lang=en
ADVERTISEMENT
PsychAlive (2015). PsychALive - How to Overcome Insecurity: Why Am I So Insecure?. Diakses 12 Juni, 2022 dari https://www.psychalive.org/how-to-overcome-insecurity/
Snyder, C.R., & Lopez, S.J. (2017). Positive Psychology The Scientific and Practical Exploration of Human Strength. California: Sage Publication