Sukarno dan Makam Imam Bukhori (4—Selesai): Temuan Roso Daras

Nasihin Masha
Wartawan senior, pemerhati ikhwal kebangsaan
Konten dari Pengguna
20 Juni 2021 6:19 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasihin Masha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi: Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi: Wikimedia Commons.
ADVERTISEMENT
Oleh Nasihin Masha
Roso Daras adalah seorang wartawan senior, yang banyak menulis kisah-kisah pendek tentang Bung Karno. Ia memiliki blog pribadi yang berisi tulisan-tulisan pendeknya. Selain menulis di blog, Daras juga sudah menulis buku tentang Bung Karno. Yang paling laris adalah yang berjudul Total Bung Karno. Buku best seller ini ada dua seri. Dalam blog pribadinya, ia menulis secara serial kisah tentang kunjungan Sukarno ke Soviet. Judul tulisan pertamanya yang terbit pada 30 Desember 2013 itu adalah Buku Tua Kunjungan Bung Karno ke Uni Soviet.
ADVERTISEMENT
Tanpa rencana, kata Daras, ia menemukan buku berjudul Kundjungan Presiden Republik Indonesia Sukarno ke Sowjet Uni. Buku itu diterbitkan oleh Penerbit Seni Lukis Negeri Moskow 1956. Buku itu ia dapati saat silaturahmi ke rumah seniman Teguh Twan di Kebumen, Jawa Tengah. Buku tipis yang sudah mulai lapuk dan protol itu berisi laporan kunjungan Sukarno ke Soviet, termasuk foto-foto langka saat berkunjung ke sana. Namun pada tulisan ini, Daras hanya membuat pengantar saja. Ia selanjutnya membuat tulisan serial tentang kunjungan Sukarno ke Soviet yang ditulis dimulai 28 Agustus 1956 hingga 12 September 1956 tersebut. Pada tulisan kedua yang berjudul Agustus yang Hangat di Uni Soviet (terbit 1 Januari 2014), atau oleh Daras sendiri disebut sebagai serial pertama karena yang sebelumnya hanya sebagai pengantar, Daras menulis bahwa Sukarno disambut Ketua Presidium Soviet Tertinggi yang juga menjadi Presiden, KE Worosjilov, dan Ketua Dewan Menteri Uni Soviet atau Perdana Menteri, NA Bulganin. Jadi pemimpin tertinggi Soviet saat itu bukan Khrushchev seperti yang ditulis atau dinarasikan dalam artikel-artikel dan video-video yang beredar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun Khrushchev ikut menyambut Sukarno. Ada dokumentasi fotonya dalam buku tersebut. Hal ini bisa dilihat pada tulisan Daras pada serial keduanya, Hormat Kruschev kepada Bung Karno, yang terbit 6 Januari 2014. Saat itu Khrushchev masih menjadi Anggota Presidium Tertinggi Uni Soviet dan juga Sekretaris Pertama Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet. Menurut Daras, dua tahun kemudian, ia naik menjadi perdana menteri.
Daras mencatat, saat itu Sukarno didampingi Wakil Ketua I Parlemen RI, Zainul Arifin; Wakil Ketua II Parlemen RI, Arudji Kartawinata; Kepala Kabinet Presiden, AK Pringgodigdo; Gubernur Sumatera Selatan, Winarno Danuatmodjo; Anggota Parlemen, Dr Sukiman Wirjosandjojo, Dr J Leimena, Sutarto Hadisudibjo; Wakil Kepala Bank Industri Negara Dr Sumanang; Kepala Direktorat Kementerian Luar Negeri, Suwito Kusumowidagdo. Menlu Roeslan Abdulgani datang menyusul saat Bung Karno di Stalingrad. Ganis Harsono, juru bicara kementerian luar negeri juga ikut dalam rombongan Bung Karno ini.
ADVERTISEMENT
Pada tulisan yang berjudul Pekik Merdeka di Leningrad, edisi 20 Februari 2014, Daras bercerita bahwa Sukarno tak hanya ke Moskow, tapi juga keliling ke pelosok negeri Soviet, termasuk ke Tashkent dan Samarkand. Hanya selintas itu saja yang ia tulis tentang Samarkand dan Tashkent.
Tulisan sepanjang satu alinea tentang kunjungan Sukarno ke Uzbekistan, Daras menulis pada edisi 4 Juli 2014 pada tulisan berjudul Merah Putih di Kapal Mikhail Kutuzov. Pada tulisan ini ada ilustrasi foto Bung Karno dengan latar belakang gedung khas arsitektur Islam warisan kekaisaran Mogul seperti terlihat di Taj Mahal. Namun tak ada keterangan di mana lokasi foto itu. Kemungkinan besar itu di situs kuburan Timur Lenk. Ini tulisan satu alinea tersebut:
ADVERTISEMENT
“Kunjungan Bung Karno ke Uzbekistan, makin berarti dengan kesempatan melihat dari dekat Samarkand, salah satu kota kuno di Uzbek. Di Samarkand, Bung Karno dan rombongan dari Indonesia, menyaksikan dari dekat bangunan-bangunan kuno semacam candi yang sangat indah dan sarat kisah sejarah”. Kata candi ini tentu tak tepat. Karena candi terbuat dari batu yang dipotong dan diukir lalu disusun menjadi bangunan. Sedangkan bangunan di Uzbek sudah berupa gedung modern yang dilapisi keramik ataupun marmer. Selain desain arsitekturnya yang khas Mogul, juga ornamen keramik yang rumit dan detail.
Pesan Presiden Sukarno kepada rakyat Uzbekistan yang dimuat di koran Uzbekistan dalam Bahasa Indonesia dengan tulis tangan Sukarno.
Tulisan panjang Daras justru saat Sukarno di Tashkent, Chircik, Qizil, dan khususnya saat pidato di Stadion Pakhtakor (artinya pemetik kapas). Di tulisan ini, seperti di buku yang diterjemahkan Timur, Daras juga menulis tentang pembukaan pidato yang diawali assalamu’alaikum. Saat di Pakhtakor, hadir sekitar 75 ribu orang mendengarkan pidato Bung Karno. Tulisan berjudul Pidato Bung Karno di Pakhtakor ini terbit pada 1 Juli 2014.
ADVERTISEMENT
Namun dari semua tulisan berseri yang ditulis Daras, tak satu pun yang menceritakan tentang kisah kuburan Imam Bukhori dalam kunjungan Bung Karno tersebut.
Sigit Aris Prasetyo, dalam tulisannya di historia.id pada 28 Maret 2021 dan berjudul Peran Bung Karno Temukan Makam Imam Bukhari juga tak bisa memastikan kebenaran kisah ziarah Bung Karno saat ke Samarkand. Diplomat di kementerian luar negeri ini hanya menjelaskan bahwa dalam arsip di kementerian luar negeri hanya dijelaskan bahwa Sukarno memang ke Samarkand pada 1956 tersebut. Dengan demikian, satu-satunya sumber tertulis hanyalah buku Profesor Namazov.