Dampak Fatherless Terhadap Perkembangan Anak

Nasya Putri kamila
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
20 Desember 2023 5:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nasya Putri kamila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber foto: https://pixabay.com/
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto: https://pixabay.com/
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sosok seorang ayah sering kita jumpai di rumah, tetapi peran nya lah yang mengilang. Menghilang nya peran seorah ayah bagi anak – anak nya sangatlah merugikan untuk pertumbuhan sang anak, karena anak menjadi kehilangan peran penting sang ayah pada masa perkembangan nya. Fatherless yang menjadi inti masalah disini memiliki arti, peran atau figur yang menghilang dari sosok seorang ayah dalam cara mengasuh fisik maupun psikologis. Fatherless di Indonesia sedang menjadi perhatian public, karena Indonesia menempatkan posisi negara ke – 3 kasus Fatherless. Adapun sebab Fatherless bisa terjadi di Indonesia karena adanya budaya Patriaki, tidak hanya peran ibu yang penting, tetapi peran ayah juga tak kalah penting karena, anak juga butuh sosok ayah yang bisa melindungi atau menjaga mereka, mengayomi mereka, dan mendidik mereka. Sosok ayah sangat dibutuhkan di dalam kelurga, karena anak membutuhkan perhatian dari ke – 2 belah pihak bukan hanya salah satunya. Dampak dari Fatherless juga terasa di kehidupan sang anak saat mereka menjalani proses pertumbuhan, dari dampak itu lah mereka mengalami berbagai kesulitan saat menjalani kehidupan mereka.
sumber foto: https://pixabay.com/
Dampak yang sangat dirasakan oleh anak- anak yang mengalami Fatherless memang tidak dirasakan saat itu juga, tetapi dampak nya akan dirasakan saat mereka bertumbuh besar, trauma – trauma masa kecil dapat mempengaruhi pertumbuhan mereka. Saat mereka mengalami trauma, mereka bisa menciptakan rasa tidak suka atau lebih parah nya rasa benci terhadap sosok "ayah", mereka berkembang secara emosional yang tidak baik, psikis yang terganggu, dan tidak baik dalam bersosialisasi. Anak yang mendapatkan trauma Fatherless cenderung memiliki rasa kurang percaya diri, saat mereka sedang menghadapi suatu masalah mereka takut untuk menyelesaikan masalah tersebut sendirian.
ADVERTISEMENT
Fatherless adalah ketika seorang anak tidak memiliki peran atau peran ayah dalam kehidupannya. Hal ini terjadi pada anak-anak yatim atau anak-anak yang tidak memiliki hubungan dekat dengan ayahnya. Karena ketiadaan peran-peran penting tersebut, mereka akan mengalami rendahnya harga diri, marah, dan malu. Mereka juga berbeda dari anak-anak lain dan tidak dapat memiliki pengalaman kebersamaan dengan ayah yang dirasakan anak-anak lain. Jika seorang anak kehilangan peran ayah, mereka juga akan merasakan kesepian, kecemburuan, kedukaan, dan kehilangan, yang disertai dengan kurangnya kontrol diri, inisiatif, keberanian mengambil resiko, dan psikologi kesehatan, serta kecenderungan untuk neurotic.
Pengasuhan dan penanganan yang baik dari kedua orang tua menentukan kekuatan kepribadian anak. Perkembangan psikologis anak terganggu ketika salah satu dari kedua orangtuanya tidak ada. Anak yang tidak genap mendapati pengasuhan dari kedua orangtuanya akan merasa sulit menangani kepribadian, kesehatan mental, dan pertahanan diri dari stres. Tidak memiliki orang tua menjadi analisis yang menarik tentang hubungannya dengan pengasuhan orangtua. Seorang anak yang tidak memiliki ayah berisiko menjadi pemerkosa muda.
ADVERTISEMENT
Dampak dari fatherless adalah kondisi psikologis yang rusak yang disebut father hunger. Hal ini menyebabkan empat kondisi yang dialami anak-anak saat ini, di antaranya:
1. Anak-anak memiliki kecenderungan untuk minder dan rendah diri, serta mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.
2. Anak memiliki kematangan psikologis yang lambat dan cenderung kekanak - kanakan karena keterlibatan ayah dalam mengasuh mempengaruhi cara pandang mereka terhadap dunia luar.
3. Saat menghadapi masalah, anak cenderung menghindari masalah dan emosional.
4. Kurang mampu membuat keputusan dan ragu-ragu dalam banyak situasi yang membutuhkan keputusan cepat. Studi menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan anak yang dibesarkan tanpa ayah, keterlibatan ayah dalam pengasuhan aktif dapat membantu perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, spiritual, dan moral anak (Munjiat, 2017).
sumber foto: https://pixabay.com/
Peran Ayah sangat penting dalam Islam. Ia bukan hanya seorang imam, tetapi juga seorang guru. Yang dimaksud dengan "pendidik" dapat mencakup segala sesuatu, termasuk pikiran, emosi, dan perilakunya. Jadi, baik dan buruknya keluarga, terutama anaknya, tergantung pada ayah mereka. Oleh karena itu, seorang ayah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap anaknya (Munjiat, 2017).
ADVERTISEMENT
Saat ini, Indonesia kehilangan sosok ayah. Masalah ketidak hadiran ayah ini hampir tidak terlihat, tetapi dampaknya nyata. Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia, menurut Khofifah Indar Parawansa, Menteri Sosial Indonesia. Bahkan menjadi negara nomor tiga di dunia dalam hal jumlah kasus tanpa ayah, Indonesia jelas memiliki banyak kasus. Memiliki nama sebagai negara tanpa ayah tidak berarti tidak memiliki seorang ayah, tetapi karena peran ayah tidak ada dalam keluarga. (Fajarrini dan Umam, 2023).
Dari semua kasus fatherless yang terjadi di Indonesia, alangkah baik nya kita mempelajari parenting sebelum memutuskan untuk menikah, karena kita harus bisa mencegah kasus fatherless di Indonesia semakin banyak dan bertambah. Mempelajari parenting sangat lah penting agar perempuan dan laki-laki yang akan menikah lebih paham tentang mengurus buah hati mereka nanti, anak harus merasakan kasih saying dari kedua orang tua nya jangan sampai anak merasa di abaikan oleh orang tua nya.
ADVERTISEMENT
Kasus fatherless tanpa disadari adalah masalah yang harus lebih diperhatikan, karena banyak anak yang menjadi korban dari egois nya orangtua. Banyak orangtua berfikir kalau anak mereka baik-baik saja, tetapi setelah mereka tumbuh menjadi dewasa banyak ketakutan, keraguan, tidak percaya diri yang timbul karena ada trauma saat kecil. Orangtua harus lebih memperhatikan anak mereka, jangan sampai telat menyadari bahwa anak mengalami trauma masa kecil. Karena rasa trauma itu butuh waktu yang panjang untuk menyembuhkan nya.
Daftra Bacaan :
Fajarrini, A., dan Umam, A.N. (2023). Dampak Fatherless Terhadap Karakter Anak dalam Pandangan Islam. Abata: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 3(1), 20-28.
Munjiat, S.M. (2017). Pengaruh Fatherless Terhadap Karakter Anak dalam Perspektif Islam. Al-Tarbawi Al-Haditsah: Jurnal Pendidikan Islam, 2(1), 108-116.
ADVERTISEMENT