Loe Mien Toe Café : Wujudkan Indahnya Perbedaan Budaya

Nathania Melissa
Mahasiswa Program Studi Desain Interior, Universitas Kristen Petra Surabaya
Konten dari Pengguna
17 November 2020 5:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nathania Melissa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perbedaan budaya tidak dapat dihindari ketika bernaung di negara Indonesia yang dikenal dengan kekayaan budayanya. Perbedaan budaya memiliki dua sisi yang sangat kontras, di sisi yang satu akan mendatangkan perpecahan dan di sisi yang lain akan menambah kekayaan serta keunikan. Belum lagi ketika perbedaan yang terjadi antara kebudayaan salah satu daerah di Indonesia dengan kebudayaan negara lain, seperti kebudayaan masyarakat Jawa dan masyarakat keturunan Tionghua di Indonesia dimana pada masanya pernah mendatangkan pertentangan yang kelabu, dan bisa saja masih membekas hingga saat ini. Cara pandang masyarakat terhadap perbedaan tersebut akan menentukan sisi mana yang akan tercapai. Perbedaan dapat menjadi hal yang mahal karena dapat menciptakan sebuah kebudayaan baru yang unik, autentik dan bernilai tinggi.
ADVERTISEMENT
Desain Interior dapat menjadi salah satu kanvas baru untuk mengekspresikan indahnya perbedaan budaya yang dapat bersatu. Loe Mien Toe, café yang berlokasi di Jalan Tata Surya 2, kota Malang, Jawa Timur menjadi buktinya. Loe Mien Toe Café ini memiliki desain interior dengan perpaduan budaya Jawa dan budaya Cina yang menghasilkan keunikan. Tanpa disadari, café ini berkampanye dengan sendirinya kepada pengunjung untuk memandang perbedaan dari sisi keindahan dan kekayaannya.
Loe Mien Toe terletak di dalam kompleks perumahan modern kontemporer, sehingga desainnya yang tradisional dan oriental menjadi vokal poin tersendiri. Posisi yang strategis, berada di ujung gang dan bersebelahan langsung dengan aliran Sungai Brantas meningkatkan daya tarik Loe Mien Toe Café ini. Derasnya aliran sungai yang menciptakan musik alami bagi pengunjung, pepohonan asri, udara segar, serta lingkungan yang bersih tidak pernah gagal menemani aktivitas pengunjung café.
ADVERTISEMENT
Pintu masuk utama Loe Mien Toe Café (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Pintu utama yang kecil dan sedikit tersembunyi serta area parkir yang terbatas di depan café membuat berbeda rasanya dari berkunjung ke café pada umumnya, kunjungan ke Loe Mien Toe Café memberi kesan seperti bertamu ke rumah kerabat. Pemilihan latar waktu masa lampau pada desain rumah café perpaduan budaya Jawa dan Cina ini membuat pengunjung seolah sedang mengunjungi masa lalu.
Gapura di dalam dan patung Ganesha (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Bentuk bangunan terlihat kecil dari pintu masuk, namun sangat panjang ke kiri dari arah pintu masuk, layaknya tipe rumah – rumah masa lampau. Area di dalam café dibagi menjadi area semi indoor dan area indoor. Ketika awal memasuki café ini, budaya Cina masih tergambar kuat. Pengunjung akan disambut oleh dua singa penjaga dan kongliong atau gapura dengan nuansa warna merah dilengkapi dengan papan bertulisan aksara Cina. Namun sesudahnya, pengunjung akan kembali disambut oleh gapura kedua dengan papan sambutan berbahasa Jawa yang membingkai patung Ganesha.
ADVERTISEMENT
Area untuk pekerja (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Area semi indoor pertama (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Berjalan sedikit ke kanan, pengunjung akan menjumpai area untuk para pekerja. Jika pada café umumnya area untuk pekerja berada di dalam dan tertutup, di Loe Mien Toe Café , para pekerja justru diberikan tempat di dekat pintu masuk dengan area terbuka. Berbalik kearah berlawanan, akan dijumpai area duduk semi indoor yang pertama untuk pengunjung.
Area semi indoor kedua (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Area semi indoor kedua (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Pintu masuk area indoor (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Kembali ke area pintu masuk, berjalan turun kemudian berbelok ke kiri, akan dijumpai area semi indoor kedua dengan meja altar sebagai elemen utama. Terus berjalan ke kiri, pengunjung akan mulai memasuki area indoor, namun sebelumnya akan disambut oleh pintu dengan dua patung penjaga ciri khas budaya Cina.
Area depan ruang indoor (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Area depan ruang indoor (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Area depan ruang indoor (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Area lantai atas ruang indoor (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Area dalam ruang indoor (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Area dalam ruang indoor (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Setelah memasuki pintu, pengunjung akan disambut dengan suasana rumah vintage. Pengunjung dapat memilih area duduk di lantai atas atau di bagian dalam. Jika pada area semi indoor lebih didominasi oleh budaya Cina dengan lampion – lampion dan nuansa warna merah, maka area indoor lebih didominasi oleh perabot dan ornamen budaya Jawa.
ADVERTISEMENT
Lampu gantung di area depan ruang indoor (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Sebagian besar pencahayaan di Loe Mien Toe Café masih mengandalkan pencahayaan alami dari sinar matahari yang masuk melalui bukaan – bukaan di dalam café, sehingga pada pagi sampai sore hari tidak diperlukan pencahayaan buatan untuk menerangi ruangan. Pencahayaan buatan tetap tersedia di café ini dalam wujud lampu gantung kuno.
Material lantai (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Material utama lantai menggunakan tegel berwarna merah dengan ukuran nat relatif besar. Dikombinasikan juga dengan teraso, tegel kunci serta bebatuan. Sedangkan untuk dinding menggunakan material batu bata merah maupun putih yang disusun dengan semen, namun tidak diberikan finishing.
Perabot (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Perabot display (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Perabot display (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Perabot display (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Pemilihan perabot pada Loe Mien Toe Café ini lebih mengarah kepada desain perabot di Indonesia karena menggunakan perpaduan material kayu dan rotan, dimana rotan banyak ditemukan di negara Indonesia. Terdapat juga beberapa perabot display untuk memamerkan benda – benda koleksi yang rapuh dan mudah pecah.
ADVERTISEMENT
Elemen dekorasi wayang dan topeng (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Ornamen flora (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Elemen dekorasi foto dan papan bertuliskan aksara Cina (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Ornamen geometri (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Benda – benda koleksi antik (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Benda – benda koleksi antik (Dokumentasi : Nathania Melissa)
Unsur dekorasi menjadi elemen terkuat yang menggambarkan perpaduan budaya di dalamnya. Dekorasi budaya Jawa diwakilkan oleh elemen wayang dan topeng, ornamen flora, dan lainnya. Untuk budaya Cina diwakilkan oleh lukisan teratai, foto – foto orang Tionghua, patung – patung dewa dewi, papan bertuliskan aksara Cina, serta ornamen geometri. Tak hanya itu, kehadiran benda – benda koleksi antik yang dipamerkan juga turut memberikan sentuhan gaya vintage pada desain interiornya.
Banyak sekali komposisi simetris yang terdapat pada Loe Mien Toe Café ini, seperti pintu masuk dengan kedua singa, meja altar, pintu masuk area indoor dengan kedua patung penjaga, ruangan – ruangan dengan foto di atas kanan dan kiri, penataan perabot, elemen dekorasi pada dinding, dan masih banyak lainnya. Komposisi simetris ini merupakan konsep yang dimiliki baik oleh budaya Cina maupun Jawa. Budaya Cina dipengaruhi oleh konsep feng shui yang menekankan pada keseimbangan, seperti pada konsep yin dan yang. (Khalis, 2014:96) Sedangkan pada budaya Jawa lebih mengacu kepada konsep dualisme, dimana batas simetri bukan melambangkan pertentangan, melainkan dua perbedaan yang dapat bersatu secara harmonis dan Tuhan menjadi titik tengah yang mengendalikan keseimbangan. (Ronald, 2005:69)
ADVERTISEMENT
Adanya perpaduan desain budaya Jawa dan Cina pada desain interior Loe Mien Toe Café ini menghasilkan sebuah gaya desain yang baru dan unik. Keunikan café ini sudah berhasil mengundang masyarakat untuk melakukan pemotretan prewedding maupun acara lainnya. Besar harapan agar pengunjung yang menikmati café ini dapat lebih menghargai perbedaan budaya yang ada setelah merasakan keindahannya.
Penulis : Nathania Melissa - Mahasiswa Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Petra
Sumber Pustaka :
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT