Bedah Ilmu: Sistem PLTS Atap

Naufal Rizqullah
Student at Universitas Indonesia - Renewable Energy Enthusiast
Konten dari Pengguna
10 September 2021 16:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Rizqullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kini energi surya dapat dijadikan menjadi berbagai energi lainnya, contohnya energi listrik. Matahari merupakan salah satu sumber energi yang tidak akan habis atau biasa kita sebut dengan energi terbarukan. Potensi energi surya di Indonesia bisa dibilang melimpah karena letak geografis dan iklim cuaca yang mendukung. Banyak manfaat yang bisa diambil dari energi surya, contohnya teknologi panel surya yang memanfaatkan fotovoltaik (PV). Kita bisa mengkonversikan energi surya menjadi energi listrik untuk kegiatan sehari-hari dengan alat tersebut.
Wind Turbines during Golden Hour. Sumber ilustrasi: PEXELS/Amol Mande
Indonesia sudah memanfaatkan energi surya sebesar 150,2 MW, padahal Indonesia memiliki potensi energi surya sebesar 207,8 GW. PLTS Cirata salah satu pembangunan yang popular di Indonesia akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. PLTS tersebut merupakan PLTS terapung yang bisa menghasilkan 145 MW yang akan rampung pada tahun 2022. Selain PLTS terapung, pemerintah juga sudah merencanakan pembangunan PLTS atap di perumahan maupun di industri-industri. Dari segi topologinya, sistem PLTS atap terbagi menjadi dua, yaitu sistem PLTS yang terhubung dengan jaringan PLN (On-grid) dan sistem PLTS yang tidak terhubung dengan jaringan PLN (Off-grid).
ADVERTISEMENT
Jika kita memasang secara on-grid, listrik yang dihasilkan dari solar panel bisa dikirim atau diekspor ke PLN. Biasanya tipe sistem ini menyuplai tenaga listrik ke jaringan tegangan rendah dan menengah. Terdapat dua kategori lagi sistem PLTS yang terhubung dengan jaringan, yaitu sistem PLTS terdistribusi dan terpusat. Sistem yang terdistribusi umumnya berada di sepanjang jaringan listrik pusat dengan berbagai ukuran kapasitas yang menghasilkan tenaga listrik. Sistem ini cocok untuk perumahan atau residensial yang ingin berganti dari suplai listrik PLN penuh menjadi hanya sebagian saja. Solar panel yang berada di atap akan terhubung langsung ke inverter melalui perangkat kotak hubung dan meteran atau pengukur impor-ekspor yang dapat dikirim ke jaringan pusat dan bisa juga terdapat baterai untuk menstabilkan daya yang akan dipakai.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, pemerintah sedang mempersiapkan kebijakan baru mengenai PLTS atap dengan revisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2018 tentang Penggunaan Sistem PLTS Atap Oleh Konsumen PT PLN (Persero). Dalam peraturan tersebut, terdapat aturan mengenai biaya ekspor yang hanya memiliki angka 65% saja. Hal tersebut membuat pelanggan tidak tertarik untuk memasang PLTS di rumahnya. Maka diubah lah menjadi 100% biaya yang wajib dibeli PLN dari sisa daya yang dihasilkan PLTS atap pelanggan. Diharapkan dengan adanya aturan tersebut yang segera berlaku, pelanggan mulai tertarik untuk memasang dan mendukung adanya pembangunan PLTS atap.
Berbeda dengan PLTS on-grid, pada PLTS off-grid tidak terhubung ke jaringan listrik pusat PLN. Sistem ini bisa dihubungkan langsung ke baterai maupun tanpa baterai. Biasanya dipakai di desa-desa terpencil atau wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh jaringan listrik pusat PLN. Tenaga listrik yang dihasilkan bisa langsung masuk ke baterai untuk bisa memasok listrik pada malam hari ketika panel surya tidak mendapatkan sinar matahari. Sistem ini bisa dikombinasikan dengan pembangkit listrik tenaga diesel dan juga bisa dengan tenaga angin/bayu melalui turbin kecil. Sistem itu biasa disebut dengan sistem hybrid. Komponen yang digunakan di PLTS off-grid pada umumnya adalah panel surya, baterai, perangkat control pengisi dan inverter.
ADVERTISEMENT
Dari dua sistem tersebut yaitu on-grid dan off-grid. Masing-masingnya mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri. Pada sistem yang terhubung jaringan, kita bisa menjual listrik lebih yang kita hasilkan ke PLN dan mendapat untung yang lebih dibandingkan dengan off-grid. Namun ketika terdapat mati listrik dari PLN pada saat malam hari, kita akan merasakan mati listrik juga. Sedangkan, pada sistem off-grid bisa menyuplai atau menyediakan listrik sendiri ketika ada pemadaman listrik dari pusat atau jaringan PLN. Di samping itu sistem ini terbilang cukup kompleks karena membutuhkan peralatan yang lebih banyak dan mahal dibandingkan dengan on-grid dan juga tidak bisa penuh memenuhi kebutuhan listrik karena kapasitas penyimpanan yang terbatas.
Solar Technicians Installing Solar Panels. Sumber ilustrasi: PEXELS/Hoan Ngọc
Melihat lebih jauh lagi tentang komponen utama PLTS yaitu solar panel. Terdapat dua teknologi yang diaplikasikan ke dalam alat tersebut, yaitu crystalline dan panel surya thin-layer. Pada solar panel crystalline terbagi lagi menjadi dua yaitu mono dan polycrystalline. Sekarang solar panel berbahan dasar polycrystalline sangat populer dibandingkan dengan monocrystalline. Salah satu penyebab mengapa poly lebih menarik karena teknologi yang dikembangkan sudah canggih dan harganya yang lebih murah dari mono. Efisiensi yang bisa dihasilkan dari Mono c-Si sebesar 15-20%, sedangkan dari Poly c-Si menghasilkan efisiensi sekitar 13-16%.
ADVERTISEMENT
Produk-produk solar panel yang dijual di pasaran kini sudah cukup beragam. Kita sebagai masyarakat bisa ikut mendukung program pemerintah yang sudah ditargetkan dengan memasang PLTS atap ini. Ke depannya, diharapkan kita bisa memelihara dan menjaga bumi kita dari kerusakan lingkungan dengan memanfaatkan teknologi yang ramah lingkungan.