Merangkul Keberagaman melalui Pendidikan Inklusif

Naufal Ahmad Haidar
Mahasiswa Antropologi Budaya UGM
Konten dari Pengguna
25 Juni 2024 7:45 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naufal Ahmad Haidar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Inklusifitas. Sumber: Pixabay oleh Markus Winkler
zoom-in-whitePerbesar
Inklusifitas. Sumber: Pixabay oleh Markus Winkler
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak adalah anugerah Tuhan yang dititipkan kepada orang tua. Merawat dan mendidik anak dengan sebaik-baiknya sudah pasti menjadi kewajiban mereka. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah tugas yang mudah. Orang tua perlu mengupayakan banyak sekali hal untuk menjadikan anak memiliki kualitas yang baik. Maka daripada itu, penting bagi orang tua untuk mendampingi anak selama proses tumbuh dan kembang.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya masing-masing anak memiliki pola kembang yang sama. Akan tetapi, mereka mempunyai kecepatan yang berbeda. Orang tua perlu memahami akan perbedaan ini dan tidak dapat membandingkan sang anak dengan yang lainnya. Perbedaan kecepatan tumbuh kembang tersebut dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor lingkungan dan keturunan.
Situasi, kondisi, dan peristiwa yang mempengaruhi perkembangan anak baik secara langsung maupun tidak langsung disebut faktor lingkungan. Anak yang bertumbuh kembang dengan perbedaan lingkungan tentu akan mendapatkan stimulasi yang berbeda pula. Sedangkan, faktor keturunan dipahami sebagai kondisi anak mewarisi ciri atau karakteristik individu (orang tua) baik secara fisik maupun non fisik. Faktor ini juga dapat disebut sebagai faktor bawaan. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi keberhasilan mewujudkan anak yang berkualitas. Namun, terdapat tantangan besar yang harus dihadapi orang tua dalam mendidik anak. Kendala ini adalah hal-hal yang menimbulkan gangguan tumbuh kembang berupa adanya kebutuhan khusus atau disabilitas pada anak.
ADVERTISEMENT
Penyebab anak memiliki kebutuhan khusus memang disebabkan oleh kedua faktor diatas. Tetapi, secara jelas disabilitas yang dialami anak diakibatkan oleh kelainan genetik, malnutrisi, minimnya stimulasi terhadap anak, dan sebagainya. Anak-anak penyandang disabilitas tidak memiliki kemampuan yang sama dengan teman lainnya. Mereka memerlukan perhatian khusus terutama dalam mengakses pendidikan. Oleh karena itu, dibuatlah konsep pendidikan inklusif di berbagai institusi pendidikan sebagai bentuk solidaritas terhadap keberagaman.
Pelaksanaan pendidikan inklusif berdasarkan kesetaraan tentu harus didasarkan pada nilai-nilai penting. Sekolah inklusif harus memastikan terlaksananya tiga hal, yaitu partisipasi fisik, partisipasi sosial, dan pencapaian (perubahan kemampuan). Partipasi fisik merupakan usaha penyelenggaraan pendidikan melalui pembangunan bangunan sekolah beserta penunjang pendidikan inklusif lainnya. Partisipasi sosial adalah kesukarelaan keterlibatan orang dalam aksi-aksi yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Selain itu, terdapat pencapaian sebagai tujuan dari dilaksanakannya sekolah inklusif berupa kemampuan yang berkembang. Ketiga hal tersebut wajib digunakan sebagai acuan dalam proses mewujudkan pendidikan yang setara terutama bagi anak berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
Disamping itu, terdapat tiga kriteria agar sebuah kelas dapat dikatakan sebagai inklusif. Pertama, tidak ada sekat ruang dan waktu sehingga seluruh siswa dapat belajar bersama dan melakukan interaksi. Tidak ada batas antara satu dengan yang lain akan menimbulkan nilai-nilai postif. Mereka akan belajar menghargai dan menghormati perbedaan, menumbuhkan sikap kepedulian terhadap sesama, serta melatih anak untuk berpikiran terbuka.
Kedua, penerapan desain pembelajaran yang ramah semua anak. Setiap anak memliki kemampuan yang berbeda-beda. Anak penyandang disabilitas akan mengalami kesulitan jika mendapat metode pengajaran yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, perlu adanya metode mengajar yang mampu diikuti oleh semua anak, seperti Universal Design for Learning (UDL). UDL harus diterapkan sejak awal perencanaan pembelajaran. Metode ini menggunakan beragam cara yang bisa mendorong siswa untuk membangkitkan motivasinya. Selain itu, metode ini juga menyediakan berbagai macam sarana agar siswa dapat merespon pembelajaran sesuai dengan gaya belajarnya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, menjalin kolaborasi dengan seluruh pihak. Kesuksesan pendidikan inklusif di kelas tidak lepas dari peran berbagai aktor. Kolaborasi ini tidak hanya dilakukan oleh guru saja, akan tetapi orang tua juga berperan penting dalam kelancaran pembelajaran ini. Orang tua harus dapat memahami kondisi anak sehingga dapat mengkomunikasikan kepada guru bagaimana gaya belajar yang cocok baginya. Sebaliknya guru harus melaporkan perkembangan anak di sekolah karena tujuan orang tua menyekolahkan anaknya supaya meningkatkan potensi diri atau memunculkan kemampuan baru untuk menghadapi dunia luar.
Setiap anak dengan kondisi dan kemampuan yang berbeda memiliki kesamaan hak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan tidak boleh menjadi alat pembeda antara satu dengan yang lain. Justru pendidikan harus menjadi tali penyambung terhadap keberagaman yang ada. Penerapan inklusifitas dalam lingkup sekolah harus diterapkan sekecil apapun sehingga mampu menciptakan kesetaraan dan menghindari diskriminasi terhadap sesama.
ADVERTISEMENT