news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bunda Lila, Tak akan Berpaling dari Catering untuk Berbagi

Konten dari Pengguna
6 September 2019 14:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazhori Author tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bunda Lila saat penyerahan secara simbolis satu unit mobil untuk Lazismu Kabupaten Probolinggo
Saat bunga perlahan-lahan akan memekar, lebah terbang membawa serbuksari dari bunga lain yang dihinggapinya. Kelopaknya muncul membentuk warna dan menebarkan wangi yang harum. Berbekal serbuk itulah lebah memberikan banyak manfaat melalui proses simbiosis mutualisme.
ADVERTISEMENT
Layaknya peristiwa bunga yang sedang mekar, di Probolinggo, Jawa Timur, seorang ibu paruh baya terketuk hatinya untuk memberikan sesuatu yang memiliki nilai manfaat pada orang lain. Apa barang yang diberikannya? Sebuah mobil untuk mendukung gerakan dakwah di pimpinan Muhammadiyah Probolinggo.
Mobil berjenis daya angkut penumpang lebih dari tiga (MPV) diberikannya kepada lembaga amil zakat nasional saat pengajian Sang Surya pada, hari Selasa, 3 September kemarin. Hadir dalam penyerahan itu Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dan Ketua Lazismu Jatim, Zainul Muslimin.
Demikian bunda dengan nama lengkap Lila Umami, memberikan mobil ini untuk menambah kelengkapan saranan lembaga amil zakat yakni Lazismu dalam menjalankan aktivitasnya. Meski di Probolinggo Muhammadiyah kecil, gerakannya harus bernilai manfaat bagi banyak orang, tandasnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum ada Lazismu, dirinya sedih. Dakwah sosial seakan mengalami “kesulitan”. Bukan tidak ada jamaah dan biaya tapi sarana untuk menggerakan orang dan sesuatu perlu dicari jalan keluarnya. “Bergerak luwes perlu sarana dan prasarana tanpa itu untuk melakukan sesuatu bisa ada kendala,” katanya.
Melihat kondisi itu, Bunda Lila mengatakan mobil ini bisa untuk menambah kepercayaan diri Lazismu dalam mensyiarkan gerakan Al-maun yang digemakan Muhammadiyah.
Ahmad Ridho Pambudi selaku Ketua Lazismu Probolinggo, mengucapkan terima kasih. “Bantuan sudah diberikan Bunda Lila yang mendukung misi Lazismu,” katanya. Misinya bagaimana Lazismu bisa menjadi gerakan dakwah bagi kemajuan Muhammadiyah, sambungnya.
Dalam ceramah pengajian Sang Surya, Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, menyinggung pemberian dari Bunda Lila. Ia mengatakan inilah contoh, warga Muhammadiyah memiliki kemampuan di atas rata-rata. “Hanya dengan satu orang, pengajian bisa terselenggara. Kendaraan operasional bisa disiapi. Terima kasih Bunda Lila,” katanya.
ADVERTISEMENT
Andai Saja Tidak Bengong
Keberadaan Bunda Lila dalam pengajian Sang Surya sudah yang kesekian kalinya. Bagi Ahmad Ridho Pambudi yang akrab disapa Kung Ridho, Bunda Lila adalah sahabat. Saat dihubungi, Ridho mengisahkan perjalanan Lazismu di Kota Santri itu. Di akhir 2017, ia diamanahi menahkodai Lazismu.
Nafas Al-Maun seperti tersumbat. Bagaimana melegakan nafas ini berjalan lancar dengan kembali mengangkat program-program yang menggembirakan. Lantas Ridho melontarkan ide agar Lazismu bisa memiliki kantor. Ia tidak sendiri, dengan datang ke pengurus meminta restu mencari informasi tanah. “Tanah yang ada dikisaran jalur Pantura,” katanya.
Pencarian dilakukan, dua bulan berlalu hasilnya nihil. Kendati berisiko, karena dananya dari mana proses pencarian dilakukan. “Beberapa kawan menganggap apa yang dilakukan terlalu tinggi impiannya,” kenangnya.
ADVERTISEMENT
Awal 2018, Bunda Lila membangun Hall. Dalam rapat pleno persiapan pertemuan para pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah se-wilayah Karesidenan Besuki plus Lumajang, Probolinggo dan Pasuruan, Ridho mengusulkan rapat di di Hall tersebut, meski belum selesai sepenuhnya. Awalnya ditolak, setelah melalui pendekatan-pendekatan usul itu diterima.
Pada saat itulah, Ridho berbagi informasi dan meminta tolong ke beliau untuk mencarikan tanah yang akan ditempati kantor LAZISMU. Jawaban Bunda Lila tak terduga. Malah bikin dirinya tak bisa lelap tidur. Pasalnya, Bunda Lila menyarankan rumah miliknya yang di bilangan Kraksaan dibeli saja. Ditaksir harganya di pasaran sekitar Rp 1.5 miliar.
Berbagai upaya dilakukan, akhirnya rumah dua lantai itu dengan luas 400 m2 dilepasnya dengan harga Rp 750 juta. Lazismu membayar dulu uang mukanya sebesar Rp 300 juta. Sisanya dibayar kapan saja, kata Ridho membeberkan.
ADVERTISEMENT
Rumah itu pun akhirnya terbayar Rp 300 juta dengan rincian Rp 150 juta uang pinjaman dan Rp 150 juta hasil swadaya warga Muhammadiyah. Sisanya pun ternyata beliau tetap minta dibayar dan uang pembayaran akan diserahkan kembali pada Lazismu untuk kegiatan Muhammadiyah. Waktu berjalan, Hall yang dibangunnya dijadikan tempat pengajian rutin “Sang Surya” dwi bulanan.
Alkisah, ada suatu kejadian yang membuat beliau terketuk untuk membelikan mobil Innova. Kejadian itu saat narasumbernya guru ngaji masa kecil Bu Lila. Panitia tidak bisa menggunakan mobil PDM Kabupaten Probolinggo karena sedang digunakan pada kegiatan yang lain. Mengetahui hal itu, Bunda Lila mengatakan, "Sudahlah Pak Ridho, nanti beli sendiri aja agar tidak rumit,” katanya.
Mendengar itu, Ridho cuma bengong. Semoga dimudahkan, amin, katanya dalam hati. Bulan Agustus kemarin, beliau ambil ke daeler hanya harus nunggu kalau yang diminta warna putih sekitar Rp 360 juta dengan mesin tanam diesel.
ADVERTISEMENT
September ini mobil datang dan diserahkan secara simbolis kepada Lazismu Kabupaten Probolinggo saat pengajian Sang Surya yang keempat. Ide membeli mobil ini sebetulnya dicetuskan pada pengajian Sang Surya yang ketiga. Hal ini juga diceritakan dari Bapak Tohir Luth, yang kemudian saya sampaikan ke bapak Zainul, pungkas Ridho.
Dari Kudapan Keliling Jadi Pengusaha Catering
Bunda Lila dalam kapasitasnya sebagai jamaah pengajian Sang Surya turut mewarnai denyut nadi Lazismu di Kabupaten Probolinggo. Namun siapa sebenarnya Bunda Lila ini, tim media Lazismu berhasil menemuinya lewat saluran ponsel untuk berbagi cerita inspiratifnya (5/9/2019).
Selama ini dia lebih dikenal sebagai pengusaha catering di Probolinggo. Perkembangan usaha kulinernya terbilang moncer. Usaha catering besutannya sudah banyak dikenal orang. Dia terbilang sukses, dan seorang muzaki. Di balik kesuksesannya ada kisah yang beliau sampaikan yang berawal dari usahanya berjualan kue keliling pada tahun 1988.
ADVERTISEMENT
Bunda Lila berbagi cerita ini kepada Lazismu di tengah aktivitas sehari-harinya mengelola catering. Dulu sewaktu suaminya menjadi buruh, dia juga berbagi peran mencari penghasilan. Karena ingin anak-anaknya tetap bersekolah meski ekonominya pas-pasan. Dari kampung ke kampung berjualan kue.
Kendati untungnya tidak seberapa, kerja kerasnya memantik semangatnya untuk terus berjualan keliling kampung. Sampai pada akhirnya tidak hanya kue, Bunda Lila memberanikan diri berjualan masakan matang berupa botok, pepes dan menu sederhana lainnya. Setiap kali berjualan dari rumah ke rumah selalu ada yang membeli.
Tak hanya itu, terbesit ide dirinya menawarkan kepada tetangga dan langganannya untuk kebutuhan makan sehari-harinya lauk dan sayur dia yang memasaknya. Ide ini ternyata mewakili langganannya yang tidak sempat memasak karena aktivitas rutinnya. Ada yang bekerja sebagai pegawai dan buruh pabrik.
ADVERTISEMENT
Dengan bermodal kepercayaan, saya menawarkan kepada 5 orang agar keperluannya saya yang masak dengan biaya Rp 10 ribu per orang. Kegitan rutin ini terus saya jalankan hingga pada waktunya banyak orang yang tertarik.
Pada tahun 1993 silam, kurun waktu 5 tahun pelanggannyanya bertambah banyak. Bunda Lila kewalahan harus memenuhi pesanan pelangganya. Dia mengajak tetangganya untuk ikut bekerja membantu pesanan yang banyak. “Yang membantu saya terdiri dari anak-anak yang miskin dan yatim yang saya karyakan sebanyak 20 orang,” ceritanya.
Bukan tanpa alasan memilih anak-anak yang masih sekolah. Bunda Lila ingin mereka bisa belajar dan bekerja paruh waktu tanpa kehilangan waktu untuk belajar. Alasan lainnya, sambung Bunda Lila, tidak ingin melihat anak yatim dan miskin hidup tidak bahagia. “Sekolahnya berantakan karena alasan ekonomi dan tidak makan dengan nutrisi yang cukup,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Niat tulusnya mengkaryakan anak-anak yang duafa inilah yang berdampak besar dalam perjalanan hidupnya dengan merintis masakan yang siap disantap. Sedikit demi sedikit usahanya tumbuh besar. Bunda Lila selain membuat warung di rumahnya sendiri, lalu membuka 5 warung lagi di lokasi berbeda.
Pelanggan terus bertambah hingga 300 orang, kebanyakan karyawan pabrik gula. Lalu Bunda Lila memutuskan utnuk menambah karyawan lagi. Perlahan tapi pasti, usahanya berkembang menjadi Lila Catering. Di jalur Deandles inilah perusahaan catering miliknya berada. Tepatnya di Desa Kedungdalem, Kecamatan Dringu, Kota Probolinggo,
Bunda Lila di kalangan pegiat zakat dan jamaah pengajian Muhammadiyah sebagai orang yang perhatian terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Beberapa kali kegiatan Lazismu di program sosial juga ikut berpartisipasi. Berawal dari usaha rumahan inilah Bunda Lila sebagai seorang muzaki meniti karirnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan beberapa orang yang dikaryakannya dididik agar bisa usaha sendiri. Kurang lebih lima orang karyawannya sudah membuka usaha catering sendiri untuk menyejahterakan keluarganya. Catering-catering karyawannya yang berkembang juga saling bekerjasama dengan Bunda Lila. Untuk urusan resep Bunda Lila tahu betul apa yang pas bagi lidah orang Indonesia, terutama orang Jawa Timur.
Di sela-sela percakapan, Bunda Lila mengatakan, Hall yang dulu dibangunnya yang belum ada setahun diperuntukkan untuk Lazismu. Bapak Tohir Luth dari pimpinan Muhammadiyah di Jawa Timur, lanjut Bunda Lila sudah saya anggap sebagai kakak. Dulu kak Tohir turut memberikan semangat.
Sewaktu menjadi mahasiswa Pak Tohir adalah seorang mahasiswa yang tinggal di masjid Takwa di kawasan Malang, Jawa Timur. Lewat pengajian-pengajiannya saya mendapat informasi tentang Muhammadiyah dan Lazismu, meski saya sendiri dari keluarga Muhammadiyah. Bunda Lila menilai, Lazismu harus maju.
ADVERTISEMENT
“Lewat program-programnya kekuatan gerakan Al-Maun di Probolinggo ada melayani masyarakat yang membutuhkan,” tuturnya. (na)