Dampak Buruk Pelantang Telinga Bagi Kesehatan

Nazwa Rahadatul Aisy
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
26 Mei 2022 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nazwa Rahadatul Aisy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: unplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: unplash.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di zaman modern serta perkembangan teknologi yang cukup pesat banyak orang yang tidak asing lagi dengan alat yang berfungsi untuk mendengarkan audio dari perangkat apa pun atau yang sering kali di kenal sebagai pelantang telinga atau earphone. Menurut Heriyanto (2015) pelantang telinga adalah alat yang populer untuk mendengarkan musik di ponsel dan merupakan salah satu terobosan terbaru dalam teknologi audio. Manusia dari berbagai kalangan sudah biasa terlihat menggunakan pelantang telinga dalam beraktivitas. Menurut data World Health Organization (WHO), mayoritas pengguna pelantang telinga adalah remaja, yakni mereka yang berusia 12 hingga 35 tahun yang tinggal di wilayah metropolitan. Hampir setiap remaja senang mendengarkan musik selama berjam-jam menggunakan pelantang telinga. Mereka mendengarkan musik sambil melakukan hal-hal lain seperti bepergian, berolahraga, dan tidur. Ini dapat menghasilkan kronis, yang dapat membuat pendengaran menjadi sulit (Rahmi, 2016).
ADVERTISEMENT
Mendengarkan musik, menonton film bahkan berbincang via suara menggunakan earphone memang sangat menyenangkan dan lebih nyaman karena tidak menimbulkan gangguan bagi orang-orang yang berada di sekitar Anda. Namun, menggunakan earphone dengan volume suara keras dan dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan telinga. Intensitas bunyi yang dihasilkan oleh pelantang telinga dapat mencapai 110 dB. Paparan bunyi dengan intensitas 110 dB selama 1-4 jam perhari dapat menyebabkan peningkatan kerusakan sel rambut, sel penyangga, pembuluh darah dan saraf aferen pada telinga yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran (Susiyanti, 2020).
Sebelum terlambat, penting bagi Anda untuk mengetahui dampak buruk terlalu sering menggunakan pelantang telinga dengan volume tinggi dan dalam waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
NIHL
Noise Induced Hearing Loss (NIHL) adalah gangguan pendengaran yang disebabkan oleh paparan bising yang terlalu lama, yang umumnya diikuti oleh lingkungan kerja yang bising. Menurut Setiani (2018), paparan merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, meskipun Anda tidak menyadari implikasi dari paparan secara langsung. Lamanya paparan kebisingan juga merupakan faktor risiko paling signifikan untuk NIHL.
Tinnitus
Salah satu penyebab tinnitus, yaitu terpapar suara yang sangat kencang dan dalam waktu lama. Menurut Marcelina (2021) Tinnitus atau telinga berdengung ialah kondisi di mana keluarnya suara yang berasal dari kepala atau telinga Anda tanpa ada pengaruh dari lingkungan. Tentu kondisi ini membuat Anda tidak nyaman dan dapat mengganggu waktu Anda untuk beraktifitas dan berisitirahat.
ADVERTISEMENT
Hilangnya pendengaran
Gangguan pendengaran dapat terjadi saat Anda menggunakan pelantang telinga dalam waktu lama dengan intensitas suara tinggi. Ketika Anda mengatur suara (volume) berintensitas tinggi untuk waktu yang lama, WHO merangkum faktor risiko gangguan pendengaran. Telah terbukti bahwa mendengarkan musik dengan volume maksimal 95 persen selama 5 menit akan menyebabkan kerusakan pendengaran (Suhardin, 2020).
Setelah Anda mengetahui dan memahami dampak buruk pemakaian earphone dengan waktu yang lama dan volume tinggi, Anda tidak perlu khawatir dan gelisah karena jika Anda menggunakan earphone dengan cara yang baik dan benar tidak akan mengakibatkan kerusakan pada pendengaran Anda. Menurut Muyassaroh (2021) berikut ialah tips agar telinga Anda aman saat menggunakan earphone:
1. Ikuti aturan 60/60
ADVERTISEMENT
Gunakan pelantang telinga dengan volume tidak lebih dari 60% dan tidak lebih dari 60 menit atau satu jam per hari. Menggunakan pelantang telinga dalam waktu lama dapat menyebabkan telinga Anda mati rasa. Secara bersamaan, hal itu dapat menyebabkan hilangnya kemampuan pendengaran sementara. Jika Anda mengabaikan gejala peringatan dan mempertahankan kebiasaan buruk Anda, Anda akan mengalami gangguan pendengaran permanen.
2. Jangan pernah mendengarkan musik atau lainnya menggunakan pelantang telinga pada 85 desibel (dB) atau lebih tinggi
Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah menetapkan aturan yang mengharuskan setiap orang yang terpapar suara setara dengan 85 desibel selama delapan jam atau lebih untuk memakai pelindung telinga, karena hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Bahkan, 15 menit pada 100 dB dapat menyebabkan gangguan pendengaran.
ADVERTISEMENT
3. Jangan memasang pelantang telinga terlalu dalam
Earbud dimaksudkan agar pas dengan nyaman di dalam saluran telinga Anda. Jika Anda menekan terlalu keras pada earbud, berisiko menyebabkan kerusakan kulit pada telinga dan infeksi telinga luar. Ini akan berhasil memecahkan gendang telinga Anda jika berjalan lebih jauh.
4. Bersihkan earbud pada pelantang telinga Anda secara teratur
Earbud sangat tidak mungkin menyebabkan infeksi telinga. Sangat penting bagi Anda menghindari earbud kotor. Bersihkan earbud Anda setidaknya seminggu sekali. Juga, jangan meminjamkan pelantang telinga Anda kepada orang lain. Infeksi saluran telinga dapat disebabkan oleh berbagi pelantang telinga dengan orang lain.
Meskipun Anda gemar menggunakan earphone, Anda juga tetap harus memperhatikan cara penggunaannya yang tepat agar tidak mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan telinga Anda. Jika Anda mulai merasa adanya gangguan pada telinga hentikan sementara penggunaan earphone dan cepat periksa pada dokter.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Heriyanto, V.dkk. (2015). KAMPANYE MENGGUNAKAN EARPHONE YANG AMAN UNTUK MENCEGAH PENYAKIT GPAB (GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT BISING) DI KOTA BANDUNG, Vol.2(2). https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/artdesign/article/viewFile/4704/4654. Diakses pada 17 Mei 2022 pukul 20.34 WIB.
Marcelina, R.N. (2021). Penyebab Telinga Berdengung. http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/664-penyebab-telinga-berdengung. Diakses pada 19 Mei 2022 pukul 10.59 WIB.
Muyassaroh. (2021). Tips Menggunakan Earphone. https://doc-pak.undip.ac.id/9390/1/Buku_Bunga_Rampai_Kesehatan_THT.pdf. Diakses pada 24 Mei 2022 pukul 20.59 WIB.
Rahmi, U., Ahmad, B.F., & Marliah,N. (2016). PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG, Vol.2(2). https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/4742/3301. Diakses pada 18 Mei 2022 pukul 08.59 WIB.
Setiani, Lily. dkk. (2018). Hubungan Lama Paparan Penggunaan Earphone Musik Terhadap Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Vol.1(2). http://www.jknamed.com/jknamed/article/view/51/19. Diakses pada 18 Mei 2022 pukul 17.22 WIB.
ADVERTISEMENT
Suhardin, S. (2020). Pendengaran Bisa Hilang Gara-Gara Pelantang. http://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/459/pendengaran-bisa-hilang-gara-gara-pelantang. Diakses pada 20 Mei 2022 pukul 11.37 WIB.
Susiyanti, Eka. Mukhlis, Imanto. (2020). Efek Penggunaan Earphone sebagai Faktor Resiko Kejadian Noise Induced Hearing Loss, Vol.9(2). https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/2848/278. Diakses pada 24 Mei 2022 pukul 20.16 WIB.