Memberdayakan Peternak Sapi Melalui Program Farmer to Farmer

Ndoro Kakung
Blogger dan Kreator Konten
Konten dari Pengguna
16 Juli 2019 18:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ndoro Kakung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa tempat wisata di Belanda yang paling ingin dikunjungi para pelancong? Kota Amsterdam jelas salah satunya. Di kota ini terdapat beberapa lokasi populer dan menjadi incaran turis, seperti kanal-kanal, Dam Square, Museum Van Gogh, Rijksmuseum, atau pasar bunga terapung Bloemenmarkt.
Peternak Indonesia mendapat penjelasan mengenai kesehatan sapi dari peternak Belanda.
Tempat wisata lain yang juga dicari para turis, antara lain Kinderdijk yang dijuluki “desa 1000 kincir angin”, Taman Bunga Keukenhof, dan Maastricht Vrijhof, yang memang layak dikunjungi karena keindahan pemandangannya. Instagramable, kata anak muda.
ADVERTISEMENT
Apakah saya juga mampir ke destinasi-destinasi wisata yang sudah masyhur itu sewaktu ke Belanda tempo hari? Oh, tentu tidak. Saya bukan turis biasa, jangan disamakan dengan wisatawan pada umumnya. Saya memilih pergi ke lokasi yang tak populer, yaitu peternakan sapi.
Hah, peternakan? Begitu mungkin reaksi sampeyan. Ada apa di sana? Mengapa saya ke sana?
Selain ada sapi, tentu saja, karena di sana ada empat peternak sapi perah dari Jawa Barat dan Jawa Timur yang sedang mengikuti program Farmer to Farmer yang diadakan oleh Frisian Flag Indonesia. Ini semacam program pelatihan dan magang dari peternak untuk peternak.
Peternak sapi Indonesia belajar tentang manajemen kandang di Belanda.
Tahun ini menjadi tahun ketujuh dari implementasi program Farmer to Farmer. Program dimulai dari awal tahun dengan melibatkan para peternak sapi perah lokal yang berasal dari empat koperasi peternak sapi perah di Jawa Barat dan Jawa Timur, yaitu Koperasi Peternakan Sapi Bandung Se-latan (KPSBS) Pangalengan dan Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang di Jawa Barat, Koperasi Usaha Tani Ternak Suka Makmur dan Koperasi Bangun Lestari di Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Setelah melewati proses seleksi, 110 peternak sapi perah terpilih untuk mengikuti kompetisi. Proses penilaian berlangsung sejak Februari 2019. Akhirnya terpilih 4 peternak yang berhak mengikuti pelatihan di Belanda, yaitu Yanto, Mita, Nenih, dan Apid.
Tahun ini merupakan tahun kedua FFI mengirim peternak Indonesia untuk belajar langsung dari para peternak sapi yang sudah sukses di Belanda. Empat peternak itu dikirim Frisian Flag selama dua minggu (23 Juni - 4 Juli 2019) di kawasan peternakan sapi perah di Belanda Utara, sekitar 1,5 jam dari Kota Amersfoort atau sekitar 2,5 jam dari Amsterdam.
Hingga tahun ini, Program Farmer2Farmer yang diluncurkan pertama kali pada 2013 ini telah menjangkau sekitar 1.000 pe-ternak sapi perah lokal. Para peternak peserta Farmer2Farmer diharapkan dapat membagikan pengetahuan mereka tentang Good Dairy Farming Practices (GDFP) kepada peternak lainnya, sehingga jumlah peternak sapi yang berpengetahuan semakin banyak.
ADVERTISEMENT
Mengapa para peternak sapi peserta program harus menularkan ilmu kepada peternak lain? Jumlah populasi sapi laktasi di Indonesia sekitar 267 ribu ekor dari total sapi perah 533 ribu ekor. Jumlah ini cenderung menurun setiap tahun jika dibandingkan dengan kenaikan populasi. Di lain sisi, tingkat konsumsi susu nasional juga masih rendah. Kebu-tuhan susu nasional mencapai 4,5 juta ton, tapi produksi lokal baru mencapai 864,6 ribu ton atau sekitar 19 persen dari kebutuhan nasional.
Para peternak sapi perah belum mampu memenuhi kebutuhan nasional karena menghadapi berbagai tantangan, dari produktivitas susu sapi rendah, pemilihan sapi perah, hingga manajemen kandang. Usaha peternakan sapi perah di Indonesia umumnya masih dilakukan dengan cara tradisional dan skala kecil dengan jumlah ternak kurang dari sepuluh ekor. Manajemen kandang serta sistem pemeliharaan yang dilakukan pun masih jauh dari standar “Good Farming Practices For Animal Production Food Safety” yang ditetapkan oleh Badan Pangan dan Agrikultur PBB, FAO.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar usaha peternakan di Indonesia bahkan belum memperhatikan manajemen pemeliharaan secara umum, mengabaikan pengendalian kesehatan hewan, kondisi biologi dan veteriner hewan, pemberian pakan dan air minum, lingkungan dan infrastruktur serta penanganan produk yang dihasilkan.
“Ada begitu banyak yang harus dilakukan untuk memenuhi standar produksi susu nasional baik dari kualitas maupun kuantitas. Kami yakin, langkah-langkah yang diambil ini merupakan investasi dalam sistem pangan yang berkelanjutan,” kata Fetti Fadliah, PR Manager Frisian Flag Indonesia.
Lewat program Farmer to Farmer, kata Fetti, setidaknya ada tiga aspek yang akan terpenuhi, yaitu peternak sejahtera, pemenuhan bahan baku industri pengolahan susu, dan konsumsi susu segar terpenuhi.
Di Belanda, para peternak yang dikirim oleh FFI itu belajar tentang good dairy farming practice (GDFP) dan mendapatkan pelatihan intensif dari peternak setempat. GDFP adalah tata laksana peternakan sapi perah yang meliputi segala aktivitas teknis dan ekonomis dalam hal pemeliharaan sehari-hari seperti reproduksi, cara dan sistem pemberian pakan, sanitasi, serta pencegahan dan pengobatan penyakit.
ADVERTISEMENT
Saya melihat langsung langsung bagaimana para peternak sapi perah Indonesia itu menimba ilmu dari rekannya sesama peternak sapi perah di Belanda. Mereka terlihat begitu tekun, antusias, dan menemukan banyak hal baru selama magang.
Para peternak sapi Indonesia mendengar penjelasan dari peternak sapi Belanda.
Bagi Erliana Sofia (Erlin), pengurus koperasi Bangun Lestari, Tulungagung, Farmer to Farmer membuatnya lebih paham cara mengelola manajemen koperasi dan cara berternak yang baik. “Di tempat saya nanti, saya ingin membuat kandang free stall (sapi tidak diikat seperti di kebanyakan peter-nak di Indonesia), yang membuat sapi lebih nyaman dan produksi susu meningkat,” kata Erlin.
Erlin berharap Frisian Flag Indonesia mengajak lebih banyak lagi anggota dan pengurus koperasi susu ikut program Farmer to Farmer agar produksi susu nasional meningkat dan para peternak Indonesia makin berdaya dan sejahtera.
ADVERTISEMENT