Konten dari Pengguna

Manisnya Kerjasama: Kurma sebagai Gastrodiplomacy Arab Saudi-Indonesia

Nethania Georgina
Mahasiswi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
15 Mei 2024 10:33 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nethania Georgina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diplomasi Kurma Arab Saudi
Pernahkah Anda berpikir bahwa makanan dapat menjadi alat penting dalam menjalin hubungan antar negara? Diterbangkan jauh dari padang pasir Arab Saudi ke Indonesia, buah kurma menjadi simbol persahabatan dalam diplomasi antar kedua negara. Dalam konteks hubungan internasional, kebijakan politik dan ekonomi tidak lagi menjadi faktor dominan; budaya juga memerankan peran besar dalam memperkuat ikatan antara negara-negara di seluruh dunia. Salah satu bentuk perwujudan dari budaya tersebut adalah makanan (kuliner), dan ini menjadi konsep tersendiri yang dikenal sebagai gastrodiplomacy.
ADVERTISEMENT
Gastrodiplomacy atau gastrodiplomasi adalah sebuah konsep dalam diplomasi global yang menyatukan makanan dan budaya untuk membangun hubungan antar negara. Salah satu contoh menarik dari praktik gastrodiplomasi adalah inisiatif pemberian hibah kurma oleh Arab Saudi kepada Indonesia. Pada bulan Maret 2024 lalu, Kerajaan Arab Saudi memberikan hadiah berupa 100 ton kurma kepada Indonesia. Penyerahan hibah tersebut diberikan secara simbolis kepada Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqut Cholil Quomas di Jakarta pada 19 Maret 2024, oleh Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Faisal bin Abdullah Al-Amudi.
Serah Terima Hadiah Kurma dari Dubes Arab Saudi kepada Menteri Agama Indonesia di Jakarta, Selasa (19/3/2024). Foto: Kementerian Agama RI/Sugito
Menurut Faisal, santunan ini merupakan bagian dari program Arab Saudi dalam memberikan dukungan kepada negara-negara muslim dan/atau negara mayoritas muslim seperti Indonesia. Selain itu, pemberian hadiah ini adalah tradisi tahunan yang dilakukan Kerajaan Arab Saudi sebagai bentuk hubungan baik antara kerajaan Arab Saudi dengan Republik Indonesia dalam kerja sama bilateral yang kokoh (Kemenag, 2024). Pemberian kurma ini tidak sekadar tindakan kemanusiaan atau bantuan ekonomi, tetapi juga merupakan wujud dari diplomasi publik berbentuk makanan dari Arab Saudi. Kurma, sebagai buah yang kaya akan makna dan tradisi dalam budaya Arab, tidak hanya menjadi simbol persahabatan, tetapi juga menyampaikan pesan perdamaian dan kerja sama antar bangsa.
ADVERTISEMENT
Pemberian kurma ini membantu Arab Saudi dalam memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia, mempromosikan citra positif tentang negaranya, serta memperluas jaringan diplomasi dan perdagangan dengan negara mitra. Inilah kekuatan dan tujuan dari gastrodiplomasi. Praktik ini mencerminkan bagaimana makanan dapat menjadi alat penting dalam membangun hubungan internasional yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. Oleh sebab itu, eksplorasi dan pemahaman mengenai gastrodiplomasi tidak hanya relevan dalam konteks hubungan internasional modern, tetapi juga penting untuk memperluas pandangan kita mengenai dinamika komunikasi lintas budaya dalam diplomasi global.

Apa itu Gastrodiplomacy?

Secara terminologis, gastrodiplomasi berasal dari kata “gastronomi” dan “diplomasi”. Kata gastronomi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Kuno, “γαστήρ” atau “gastḗr” yang berarti “perut”, dan “νόμος", “nómos”, yang berarti “hukum yang mengatur”, sehingga secara keseluruhan berarti “hukum yang mengatur perut”. Sementara kata diplomasi berasal dari bahasa Yunani “διπλούν”, "diploun" yang berarti “melipat”. Ini merujuk pada praktik di masa Kekaisaran Romawi di mana semua paspor dan surat jalan dicetak pada piringan logam ganda, dilipat, dan dijahit menjadi satu, yang disebut "diplomas" (Ibid dalam Hastri & Utamie, 2020). Dalam bahasa Inggris, "diplomacy" adalah kata benda yang berarti profesi, aktivitas, atau keterampilan mengelola hubungan internasional, biasanya oleh perwakilan negara di luar negeri, seperti ketika pemerintah menugaskan seorang duta besar untuk mengawasi diplomasi di suatu kawasan.
ADVERTISEMENT
Menurut Rockower (2012), gastrodiplomasi adalah bentuk diplomasi publik yang menggabungkan diplomasi budaya, diplomasi kuliner, dan nation branding untuk membuat budaya asing dapat dirasakan secara nyata melalui cita rasa dan sentuhan. Dengan menggunakan kelezatan kuliner suatu negara sebagai sarana untuk melakukan diplomasi publik dan meningkatkan kesadaran merek negara, gastrodiplomasi membantu meningkatkan daya soft power—kekuatan daya tarik. Kekuatan ini masuk melalui titik akses yang lebih akrab seperti indera perasa, dengan menawarkan kepada masyarakat asing cara untuk berinteraksi dengan budaya yang berbeda dalam lingkungan yang bersahabat seperti rumah makan. Bahkan Rockower sendiri menyebutkan bahwa gastrodiplomasi adalah cara memenangkan hati dan pikiran melalui perut.
Secara konsep, apakah perbedaan antara diplomasi publik, diplomasi kuliner, dan gastrodiplomasi itu sendiri? Menurut Rockower (2012), perbedaan utama antara ketiganya terletak pada cakupan, sasaran, dan cara penggunaan makanan dalam diplomasi. Diplomasi publik adalah tindakan pertukaran komunikasi dan interaksi yang terjadi antara pemerintah dan publik asing dengan tujuan untuk menginformasikan dan mempengaruhi. Diplomasi kuliner, di sisi lain, adalah diplomasi yang menggunakan makanan sebagai sarana untuk berhubungan dengan pejabat yang berkunjung. Proses ini kebanyakan hanya melibatkan aktor tingkat tinggi dan merupakan bagian dari protokol diplomatik. Sering terjadi dalam makan malam gala antara perwakilan negara atau dalam agenda kunjungan. Sementara gastrodiplomasi adalah praktik diplomasi budaya dalam bentuk diplomasi publik yang menggunakan makanan untuk mendapatkan kepentingan nasional. Ini adalah praktik diplomasi budaya karena menggunakan budaya sebagai senjata utama yang dipercaya dapat mewakili bangsa tersebut. Gastrodiplomasi disebut berbentuk diplomasi publik karena diplomasi ini tidak hanya melibatkan aktor tingkat tinggi tetapi juga melibatkan masyarakat umum bahkan orang asing.
Duta Besar Saudi Faisal bin Abdullah Al Mudi dan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam acara bagi-bagi kurma Raja Salman di Gedung Kementerian Agama, Selasa (19/3). Foto: CNN Indonesia/Anisa Dewi Anggriaeni

Arab Saudi dan Gastrodiplomasi Kurma

Setelah memahami pentingnya gastrodiplomasi dalam membangun hubungan internasional, kita dapat melihat bagaimana Arab Saudi secara strategis mengimplementasikan pendekatan ini terhadap Indonesia. Salah satu inisiatif gastrodiplomasi yang menonjol adalah pemberian 100 ton kurma kepada Indonesia. Pemberian kurma oleh Arab Saudi ini dimulai sejak tahun 2019 dimana pemerintah Arab Saudi melalui Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta telah menyumbangkan 100 ton kurma kepada Kementerian Sosial Republik Indonesia sebagai tanda persahabatan antara Arab Saudi dan Indonesia. Kurma tersebut didistribusikan ke berbagai organisasi sosial seperti panti asuhan, pondok pesantren, dan yayasan kemanusiaan. Bahkan sebelumnya, Kementerian Sosial telah menerima dua sumbangan kurma lainnya dari pemerintah Arab Saudi (Priadi, 2019).
ADVERTISEMENT
Tidak berhenti pada tahun 2019, Arab Saudi menjadikan hibah kurma sebagai tradisi tahunan hingga sekarang. Setiap tahunnya, Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dari Arab Saudi memberikan hibah berupa 100 ton kurma dan Al-Qur’an sebagai bentuk kesinambungan antara Arab Saudi dengan negara-negara mayoritas muslim, seperti Indonesia, setiap bulan Ramadhan (Kemenag, 2023). Pada beberapa tahun, Arab Saudi juga meluncurkan program buka puasa yang disertai dengan hibah kurma ini. Tradisi atau program ini diluncurkan di negara-negara Islam sebagai bentuk perhatian Arab Saudi terhadap kebutuhan kaum Muslimin di seluruh dunia, khususnya Indonesia yang sangat diperhatikan oleh pemerintah Arab Saudi (Sari, 2024).
Hadiah 100 Ton Kurma dari Arab Saudi untuk Indonesia. Foto: Kementerian Agama RI/Sugito
Hibah buah kurma ini menimbulkan pertanyaan, bukan? Apa sebenarnya signifikansi kurma bagi Arab Saudi dan Indonesia? Pemilihan kurma sebagai alat diplomasi bukanlah tanpa alasan; kurma memiliki makna budaya dan religius yang mendalam dalam tradisi Arab, serta dikenal luas di seluruh negara Muslim. Dalam Islam, kurma merupakan buah yang sangat istimewa dan ditempatkan pada posisi yang tinggi. Bahkan, kata kurma disebutkan sebanyak 20 kali dalam Al-Qur’an (Septianingsih et al., 2022). Kurma yang disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an memiliki berbagai keistimewaan. Dalam QS. Maryam ayat 25, kurma disebutkan dapat meredakan rasa sakit setelah melahirkan. Pohon kurma digambarkan sebagai pohon yang sangat berharga dalam QS. Asy-Syu’ara ayat 148. Selain itu, kurma memiliki banyak manfaat, baik dari pohonnya, bijinya, maupun buahnya, seperti yang dijelaskan dalam QS. Abasa ayat 29 dan QS. Ar-Rahman. Kurma juga dianggap sebagai tanda kebesaran Allah dalam QS. Al-An’am ayat 141.
ADVERTISEMENT
Dengan memberikan kurma, Arab Saudi tidak hanya menawarkan bantuan materi, tetapi juga memperkuat ikatan budaya dan religius yang sudah ada, menciptakan jembatan yang lebih kuat antara kedua negara. Terlebih lagi, setiap tahun hibah kurma ini diberikan, Arab Saudi menegaskan bahwa Indonesia adalah sahabat yang selalu ditempatkan di tempat yang tinggi dalam hati pemerintah Saudi. Pada penyerahan 100 ton kurma pada tahun 2024, Dubes Faisal bin Abdullah menyebutkan bahwa pemberian hadiah annual kepada Indonesia ini merupakan bentuk hubungan dan kerja sama yang baik antara Indonesia dengan Arab Saudi (Kemenag, 2024).

Pengaruh dan Dampak Gastrodiplomasi Kurma Arab Saudi

Pemberian kurma oleh Arab Saudi kepada Indonesia memiliki beberapa dampak yang signifikan terhadap persepsi publik mengenai Arab Saudi. Pertama, penguatan hubungan budaya dan religius. Pemberian hibah kurma ini bukanlah semata-mata bantuan materi, melainkan menguatkan ikatan budaya dan religi yang sudah ada. Program ini meningkatkan citra Arab Saudi sebagai negara yang peduli terhadap umat Muslim di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Kedua, pemberian hibah kurma secara rutin ini menjadi simbol komitmen dan kepedulian yang berkelanjutan dari Arab Saudi terhadap kebutuhan masyarakat Muslim di Indonesia.
Penyerahan kurma hadiah dari Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud kepada Pemeritah Indonesia, Selasa (4/4/2023). Foto: ANTARA NEWS /Asep Firmansyah
Ketiga, menjalankan gastrodiplomasi yang efektif. Kurma menjadi medium diplomasi yang mudah diterima dan dipahami oleh masyarakat umum, sehingga Arab Saudi tidak hanya menjalankan hubungan baik dengan pemerintah Indonesia, melainkan juga dengan masyarakat luas. Keempat, memperkuat persepsi positif terhadap kebudayaan dan kebaikan hati Arab Saudi di kalangan publik Indonesia. Setiap kali hibah kurma diberikan, media massa pasti meliput acara tersebut. Hal ini merupakan upaya dari branding nasional yang meningkatkan reputasi dan daya tarik Arab Saudi. Terakhir, melalui gastrodiplomasi ini, Arab Saudi berhasil meningkatkan soft power-nya di Indonesia. Soft power adalah kekuatan untuk menarik dan memengaruhi negara lain melalui daya tarik budaya dan nilai-nilai positif, bukan melalui ancaman militer atau intervensi.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Gastrodiplomasi, praktik yang dilaksanakan oleh Arab Saudi kepada Indonesia berbentuk pemberian kurma menunjukkan bahwa makanan menjadi alat penting dalam memperkuat hubungan antar negara. Pemberian rutin 100 ton kurma setiap tahun memperlihatkan dukungan dan kepedulian Arab Saudi terhadap negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, serta memperkuat citra positifnya di mata publik Indonesia. Kurma, dengan makna mendalam dalam tradisi dan agama Islam, menjadi simbol persahabatan dan kerja sama yang erat. Program ini meningkatkan citra Arab Saudi sebagai negara yang peduli dan bersahabat, serta membantu memperkuat hubungan bilateral dan meningkatkan soft power Arab Saudi melalui daya tarik budaya dan nilai-nilai positif. Gastrodiplomasi ini menunjukkan bagaimana makanan dapat menjadi alat penting dalam membangun hubungan internasional yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT

Referensi

Hastri, E. D., & Utamie, R. Aj. N. R. (2020). Kolaborasi Peran Diplomasi Politik Luar Negeri Indonesia dengan Upaya Peningkatan Kompetensi Militer Indonesia. Jendela Jurnal Hukum.
Kemenag. (2023a). Indonesia Terima Hadiah 100 Ton Kurma dari Arab Saudi. Https://Kemenag.go.id. https://kemenag.go.id/internasional/indonesia-terima-hadiah-100-ton-kurma-dari-arab-saudi-BkNmM
Kemenag. (2023b). Indonesia Terima Hibah 100 Ton Kurma dari Raja Salman. Https://Kemenag.go.id. https://kemenag.go.id/nasional/indonesia-terima-hibah-100-ton-kurma-dari-raja-salman-HHiy5
Priadi, I. (2019, May 18). Kerajaan Arab Saudi memberi 100 ton kurma ke Kemensos Indonesia. Antara News Mataram; ANTARA Mataram. https://mataram.antaranews.com/berita/57514/kerajaan-arab-saudi-memberi-100-ton-kurma-ke-kemensos-indonesia
Rockower , P. S. (2012). Recipes for Gastrodiplomacy. Place Branding and Public Diplomacy, 8(3), 235–246. Macmillan Publishers.
Sari, A. M. (2024, March 10). Arab Saudi kembali luncurkan Program Buka Puasa dan Hibah Kurma. Antara News; ANTARA. https://www.antaranews.com/berita/4004097/arab-saudi-kembali-luncurkan-program-buka-puasa-dan-hibah-kurma
ADVERTISEMENT
Septianingsih, W., Febriyarni, B., & Saputra, H. (2021). Keistimewaan Kurma Dalam Al-Qur’an. Al-Huda Journal of Qur’anic Studies, 1(2).