Antisipasi Kemungkinan Resesi, IPB University Gelar Seminar Indonesia Outlook

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
7 Desember 2022 9:40 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Antisipasi Kemungkinan Resesi, IPB University Gelar Seminar Indonesia Outlook 2023
zoom-in-whitePerbesar
Antisipasi Kemungkinan Resesi, IPB University Gelar Seminar Indonesia Outlook 2023
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Program Studi (Prodi) Pascasarjana Ilmu Manajemen berkolaborasi dengan Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier (Ditmawa-PK) IPB University menyelenggarakan Seminar Indonesia Outlook 2023: Managing Resilience on The Threat of Global Recession. Acara diselenggarakan di Auditorium Common Class Room (CCR), (3/12) dan dihadiri oleh ratusan peserta.
ADVERTISEMENT
"Saya mengucapkan terima kasih untuk para pembicara yang telah bersedia memberikan materi nanti. Jadi, harapan saya kepada seluruh peserta bisa mengambil banyak manfaat dan pengetahuan untuk nantinya menghadapi resesi global tahun 2023 mendatang," ungkap Ketua Pelaksana Seminar, Mochamad Bimo Alfarisi.
Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB University, Dr Wita Juwita Ermawati mengungkapkan prediksi terjadinya resesi ekonomi global yang berawal dari Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang dirilis pada 11 Oktober 2022. Dalam laporan tersebut memprediksi bahwa pertumbuhan global akan melambat dari 3,2 persen pada tahun 2022 menjadi 2,7 persen pada tahun 2023.
"Di mana sektor yang paling terdampak adalah sektor keuangan dan juga sektor yang mengandalkan kegiatan ekspor," katanya.
Meski begitu, ia menuturkan Indonesia menjadi satu di antara sedikit negara Asia yang dianggap memiliki probabilitas sangat kecil untuk mengalami resesi. Indonesia jauh lebih resilien dibandingkan negara-negara Asia Pasifik.
ADVERTISEMENT
Ia menyarankan, pemerintah harus selalu bergerak cepat melakukan langkah antisipatif untuk meminimalisasi dampak dan menghindari potensi resesi ekonomi global. Hal tersebut dapat dilakukan melalui program percepatan pemulihan ekonomi nasional, memberdayakan UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), memperbanyak ekspor dan juga memperkuat kebijakan stabilitas nilai rupiah.
"Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dan generasi muda mengenai ancaman resesi ekonomi global pada tahun 2023, tentunya para akademisi dan praktisi perlu memberikan edukasi dan informasi serta mendorong pemerintah untuk melakukan langkah-langkah antisipatif dan juga terencana dan sistematis," ungkapnya.
Sementara, Wakil Dekan FEM IPB University bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan, Dr Tanti Novianti mengatakan bahwa perekonomian global saat ini dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi. Hal itu dipicu adanya pandemi COVID-19 yang masih dirasakan sampai saat ini. Selain itu, kondisi perubahan iklim yang terus terjadi juga berpengaruh terhadap kondisi dunia.
ADVERTISEMENT
"Inflasi yang tinggi akan mempengaruhi daya beli masyarakat tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Apalagi dengan kondisi inflasi yang tinggi tersebut, bank sentral juga meningkatkan suku bunga yang tentunya ini akan mempengaruhi perekonomian dunia, termasuk Indonesia yang memang merupakan negara kecil yang terbuka," ungkap Dr Tanti.
Dengan ketidakpastian tersebut, sebut dia, semua negara di dunia termasuk Indonesia dan para pelaku ekonomi dari mulai produsen, pengusaha terutama UMKM, konsumen hingga pemerintah perlu bersiap menghadapi kondisi yang akan terjadi. "Kita semua harus bersiap, bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat walaupun dikatakan Indonesia masih bisa menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik," terangnya. (Ns/Rz)