Asah Empati Mahasiswa Calon Dokter, Ini Cara IPB University

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
21 Maret 2024 8:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Asah Empati Mahasiswa Calon Dokter, Ini Cara IPB University
zoom-in-whitePerbesar
Asah Empati Mahasiswa Calon Dokter, Ini Cara IPB University
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Empati merupakan keterampilan esensial yang perlu dimiliki oleh setiap dokter sehingga, perlu dilatih dalam setiap tahapan pendidikannya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengembangkan empati mahasiswa kedokteran IPB University adalah Early Clinical Exposure (ECE).
ADVERTISEMENT
Dokter Iffa Mutmainah, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) IPB University menjelaskan, metode pembelajaran tersebut berupaya meningkatkan paparan mahasiswa terhadap pasien sejak tahun pertama pendidikan kedokteran.
“Selain bertujuan untuk mengasah empati, diharapkan mahasiswa mendapat pemahaman yang lebih komprehensif terkait penerapan ilmu yang dipelajari dengan kondisi pasien yang akan ditemui sehingga membantu meningkatkan retensi memori melalui pengalaman tersebut,” ucapnya.
Lebih lanjut dikatakannya, untuk mendukung upaya tersebut, mahasiswa FK IPB University mengadakan kegiatan Genetika Komunitas yang menghadirkan pasien dan keluarga dengan penyakit langka yang dilaksanakan belum lama ini di Auditorium Satari, Kampus IPB Dramaga, Bogor.
“Kegiatan tersebut dihadiri oleh anak berusia 7-10 tahun dengan kondisi spesialnya masing-masing yaitu Apert Syndrome, Crouzon Syndrome, Waardenburg Syndrome, dan Cornelia de Lange Syndrome. Kondisi tersebut merupakan kelainan atau penyakit langka dikarenakan angka kejadian atau prevalensinya di dunia kurang dari 1:2000,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, rendahnya prevalensi setiap penyakit, ahli yang masih sedikit, serta pengetahuan yang masih terbatas, diagnosis maupun tata laksana pasien dengan kelainan langka masih belum memadai, sehingga tidak mudah bagi pasien maupun keluarga dalam menghadapi kondisi tersebut.
“Oleh karena itu, kesediaan para orangtua yang mendampingi pasien dengan kondisi langka tersebut sejak awal kehidupannya untuk berbagi kisah dan pengalaman mereka kepada mahasiswa FK IPB University tentu menjadi pengalaman berharga bagi calon dokter masa depan,” ungkapnya. (*/Lp)