Departemen ITK IPB, Teknik Transplantasi sebagai Upaya Restorasi Terumbu Karang

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
4 Februari 2022 15:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
 IPB University Ungkap Teknik Transplantasi sebagai Upaya Restorasi Terumbu Karang di Pesisir Halmahera dan Pulau Seribu
zoom-in-whitePerbesar
IPB University Ungkap Teknik Transplantasi sebagai Upaya Restorasi Terumbu Karang di Pesisir Halmahera dan Pulau Seribu
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (ITK FPIK) IPB University menggelar School of Coral Reef Restoration (SCORES) 2021. Pada episode ke lima, SCORES membahas rehabilitasi terumbu karang dengan metode transplantasi. Metode ini dilakukan melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan.
ADVERTISEMENT
Nurhalis Wahidin dari Universitas Khairun (Unkhair) Ternate hadir sebagai narasumber. Ia membagikan pengalamannya dalam merestorasi terumbu karang. Ia menyebutkan bahwa kisah perjalanan restorasi yang dilakukannya di Halmahera Tengah, sebagai sebuah Alkitab. “Ini merupakan perjalanan panjang kami menggambarkan perjalanan ini sebagai gelombang karena ada pergerakan naik turunnya,” ujar Nurhalis.
Dikatakannya, kegiatan restorasi yang dilakukan pada tahun 2019 ini merupakan kegiatan kolaborasi antara PT IWIP dengan Pusat Studi Kebaharian Unkhair. “Kalau hanya lakukan restorasi, selesai kegiatan akan selesai begitu saja. Maka kami tawarkan untuk berkolaborasi dengan masyarakat,” sebutnya.
Setelah mencapai kesepakatan, lanjutnya, kegiatan restorasi tersebut dimulai dengan Focus Group Discussion (FGD) dan monitoring. Kemudian peningkatan skill yang dilanjutkan dengan kegiatan restorasi. Setelah itu, dilakukan monitoring serta pendampingan dan diakhiri dengan evaluasi kegiatan. Menurut Nurkhalis, tantangan terbesar yang ia jumpai adalah saat proses peningkatan skill, terutama untuk mendapatkan volunteer dari ketiga desa.
ADVERTISEMENT
“Tantangannya adalah volunteer yang ada itu bongkar pasang. Banyak terjadi pergantian masyarakat yang direkrut untuk menjadi bagian dari kegiatan ini. Hanya enam orang yang direkrut. Yang menyedihkan, hanya satu orang pemuda yang terekrut dari desa. Kemudian tantangan kedua yang tidak kalah luar biasa adalah pertanyaan akan besarnya gaji yang diterima oleh pekerja ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Firli Rahman, selaku peneliti terumbu karang dari Oceanara, sebuah lembaga penelitian dan konservasi biota laut, juga memaparkan pengalamannya dalam melakukan penelitian terkait kegiatan restorasi terumbu karang di Pulau Seribu.
Dari hasil pengamatannya, bibit terumbu karang yang selama ini digunakan dalam transplantasi adalah Acropora Branching. Bibit ini ditanam dengan menggunakan metode rak, metode conblock, karang gantung dan struktur hexagonal. “Dari pengamatan saya, ada beberapa metode yang cocok dengan konsep restorasi, tapi sayangnya tak dikonsepkan secara permanen,” ungkap Firli.
ADVERTISEMENT
Ia juga menyebutkan, hambatan yang dialami yaitu tidak melakukan praktis restorasi. Namun hanya mendukung melalui penelitian yang dilakukan tentang bagaimana melakukan transplantasi terumbu karang yang cocok di Pulau Seribu.
“Di sini (Oceanara) merupakan peneliti-peneliti muda yang punya mimpi melakukan scientific tourism. Walaupun kita berbicara tentang tentang scientific, tetap harus ada pemanfaatannya. Harus menarik dan jangan dibuat kaku, karena ketika dibuat menarik maka banyak orang akan tertarik,” jelasnya.
Berdasarkan data di lapang, Firli mencoba memberikan saran untuk praktis restorasi karang di Pulau Seribu. “Transplantasi karang mayoritasnya menggunakan Acropora Branching. Namun kami mencoba menggunakan tipe yang beragam dan warna-warni agar terlihat tidak membosankan dan lebih enak dilihat. Kami juga mencoba menggunakan life form yang berbeda seperti digitate dan tabular,” sarannya.
ADVERTISEMENT
Dr Hawis Madduppa, selaku Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK IPB University sekaligus pakar terumbu karang, menyatakan penting bagi seluruh pihak untuk disuguhi tentang restorasi karang. Ia berharap teknik restorasi terus memasyarakat dan juga menjadi bahan pembelajaran bagi semua pihak. “Harapannya nanti kita bisa mendapatkan suatu rumusan yang bisa menjadi pembelajaran kita bersama, dan kita wariskan kepada generasi kelautan yang akan datang,” ujar Dr Hawis. (**/Zul)