Departemen PSP IPB Bahas Industri Perikanan Tuna di Masa Pandemi COVID-19

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
19 Mei 2020 5:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Departemen PSP IPB University Bahas Industri Perikanan Tuna di Masa Pandemi COVID-19
zoom-in-whitePerbesar
Departemen PSP IPB University Bahas Industri Perikanan Tuna di Masa Pandemi COVID-19
ADVERTISEMENT
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University kembali adakan Webinar 2nd Voice for Fisheries: Industri Perikanan Tuna di Masa Pandemi COVID-19 pada (16/5). Hadir sebagai narasumber utama pada diskusi daring ini Trian Yunanda, SPi, MSc, Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abrizal Ang MBA, Vice President of Operation PT Samudra Mandiri Sentosa, serta Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi dosen IPB University yang juga Ketua Departemen PSP sebagai pembahas.
ADVERTISEMENT
Kondisi pandemi berpengaruh pada penyediaan dan akses perikanan. Menurut Trian, hampir tidak ada masalah dengan produksi namun lebih pada kekhawatiran akan harga. "Hasil analisis kita dalam jangka pendek adalah menurunnya harga, jangka menengah cash flow nelayan akan terhambat namun dalam jangka panjang akan berpengaruh juga pada proses produksi. Nelayan sudah tidak memiliki biaya operasional dan enggan berproduksi," tuturnya.
Menurutnya suplai ikan tuna cenderung tetap dan demand konsumen akhir tetap. Namun sistem perdagangan dan pemasaran yang menjadi fokus utama. Permasalahan tuna saat ini adalah biaya pengiriman naik 30 persen, tuna beku sepi order sehingga cold storage penuh, albakor untuk pengalengan over supply, ekspor tuna sebelum pandemi 25-30 kontainer merosot 75 persen di bulan April. Bahkan sejak akhir Maret beberapa unit pengolahan ikan di Benoa merumahkan karyawannya.
ADVERTISEMENT
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan diantaranya relaksasi kebijakan perikanan tangkap, proses perijinan melalui aplikasi SILAT, akses bagi kelancaran pengiriman logistik melalui surat Menteri Kelautan dan Perikanan kepada kepala BNPB, usulan produk perikanan masuk dalam program perlindungan sosial melalui Menteri Kelautan dan Perikanan kepada gubernur bupati/walikota seluruh Indonesia. Pengangkutan produk perikanan lewat udara melalui surat Menteri Kelautan dan Perikanan kepada PT Garuda Indonesia, serta perluasan Gerakan Makan Ikan (Gemarikan).
Selain itu melalui Surat Edaran Direktur LPMKUP No 005 diadakan restrukturisasi pinjaman dana bergulir Badan Layanan Umum (BLU), usulan stimulus ekonomi percepatan pemulihan dampak COVID-19, digitalisasi pemasaran ikan. Sedangkan bagi nelayan terdapat berbagai program bakti nelayan dan nasi ikan, fasilitas pengajuan permodalan, fasilitas hak sertifikasi tanah nelayan, penataan kampung nelayan, diversifikasi usaha nelayan serta pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama (KUB) serta pendampingannya.
ADVERTISEMENT
Dari segi industri, Abrizal menjelaskan bahwa pandemi berdampak pada penjualan perusahaan. PT Samudra Mandiri Sentosa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengalengan tuna, ikan kayu dan tuna segar. Produknya telah diekspor ke benua Eropa dan Amerika.
"Ekspor pada kuartal pertama sebelum pandemi lumayan tinggi. Namun secara global akibat pandemi menjadi cukup rumit. Penjualan anjlok bahkan sampai 70 persen. Biasanya 75 kontainer sekarang menurun tidak sampai tujuh kontainer. Produk yang sudah dikontainer terpaksa disimpan kembali sementara yang sudah dikirim bahkan sampai ada yang dikembalikan. Masalah utamanya terletak pada cashflow, sedangkan kita beli dari nelayan itu cash,” ujarnya.
Menurutnya sektor food service menjadi yang paling terpukul akibat dari kebijakan lockdown atau pembatasan sosial di berbagai negara. Akan tetapi pada sektor retail penjualan masih meningkat meskipun tidak seperti sebelum pandemi.
ADVERTISEMENT
"Yang menarik adalah digital marketing kita semakin membaik, ini kesempatan kita untuk memperbaiki produk kita di arah customer. Harapannya kita tidak lagi bergantung pada merk luar negeri, bisa saja kita ekspor dengan merk kita sendiri. Sementara kita tidak berproduksi namun berupaya agar produk dapat didistribusikan. Selanjutnya produk dialihkan untuk bansos dengan tidak ambil untung hanya agar karyawan dapat bekerja, kita berupaya untuk tidak mengurangi karyawan. Selain itu solusi paling awal di Indonesia adalah distribusi bagi dapur umum. Sementara untuk bertahan, tanpa pengurangan karyawan mungkin kita masih mampu bertahan sekitar 4-5 bulan dari sekarang," ungkapnya.
Sebagai rekomendasi ia menyarankan agar pemerintah dapat menampung produk yang gagal ekspor. Selain itu ia juga berharap terdapat kebijakan terkait stimulus pajak PPN produk perikanan.
ADVERTISEMENT
Dr Sugeng Hari Wisudo sebagai pembahas menambahkan perlu ada konektivitas yang baik antara pengusaha dan pemerintah dari berbagai sektor agar produksi perikanan tuna yang masih terus berlangsung di masa pandemi COVID-19, tetap dapat termanfaatkan oleh konsumen domestik. Dikarenakan akses ekspor masih tertutup di masa pandemi COVID-19.
Di akhir acara, Dr Roza Yusfiandayani selaku moderator menyampaikan bahwa berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendukung industri perikanan. "Kita tetap optimis ke depannya, terutama karena pasar Indonesia itu sangat besar. Ini adalah momentum untuk kita seluruh stakeholder perikanan bersinergi dari hulu hingga hilir. Industri perikanan tuna harus terus berkelanjutan,” tandasnya. (IR/Zul)
Keyword : dosen IPB, COVID-19, bisnis tuna di masa pandemi, ekspor tuna, IPB University, departemen pemanfaatan sumberdaya perikanan
ADVERTISEMENT