Dosen FPIK IPB Ajukan BEDI sebagai Alat Ukur Keberhasilan Blue Economy

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
25 Mei 2022 9:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dosen FPIK IPB University Ajukan BEDI sebagai Alat Ukur Keberhasilan Blue Economy
zoom-in-whitePerbesar
Dosen FPIK IPB University Ajukan BEDI sebagai Alat Ukur Keberhasilan Blue Economy
ADVERTISEMENT
Dr Luky Adrianto, Dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) menjadi panelis pada International Conference on Ocean Economy and Climate Changes Adaptation, beberapa waktu lalu. Dalam kegiatan ini, ia menyajikan materi terkait blue economy. Kontribusi Dr Adrianto dalam konferensi ini merupakan bagian penting dari jejak kehadiran IPB University dalam kancah internasional. Khususnya yang membahas tentang isu ekonomi kelautan yang juga menjadi bagian dari pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs) 14.
ADVERTISEMENT
“Sebagai negara yang memiliki kawasan laut lebih luas dari daratannya, ekonomi berbasis ekosistem laut menjadi salah satu lokomotif penting bagi negara-negara kepulauan, negara pulau, negara pantai atau negara maritim. Untuk itu diperlukan sebuah tracking tools guna mengevaluasi kemajuan pembangunan ekonomi keluatan agar sesuai dengan kaidah dan prinsip keberlanjutan. Pengukuran ini bisa melalui sebuah instrumen yang disebut sebagai BEDI (Blue Economy Development Index),” ujar Dr Luky Adrianto, dosen Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) IPB University ini.
Menurutnya, berdasarkan European Commission, blue economy adalah semua kegiatan ekonomis yang dilakukan berkaitan dengan perairan laut. Sedangkan menurut World Bank, blue economy ialah pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya laut untuk pertumbuhan ekonomi.
“Blue economy adalah sebuah istilah saja tanpa adanya pengukuran dalam kegiatannya. Sehingga paradigma keberlanjutan ialah terintegrasinya ocean-based economy, ekosistem manusia yang inklusif, membuat kesempatan kerja dan inovasi wirausaha,” ujar penasehat utama Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University ini.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan bahwa keberlanjutan perlu diukur, terutama bagi negara yang didominasi laut dan negara maritim, yang membuat laut menjadi salah satu sektor terbesar baginya. “Berdasarkan hal itu, urgensi sebuah pengukuran atau indeks dibutuhkan dalam mengukur keberlanjutan blue economy. BEDI dapat digunakan untuk mengukur perkembangan blue economy dalam suatu negara terutama bagi negara maritim,” tandasnya.
Selain Dr Luky, kegiatan ini juga menghadirkan Prof Manuel Barange, Director, Fisheries & Aquaculture Policy & Resources Division, Food and Agricultural Association (FAO), Christina Leala Gale, South Pacific Tourism Organization, Fiji dan Dr Roland Roesch, Deputy Director, Irena Innovation and Technology Center (IITC). (**/Zul)