Dosen IPB Sebut Bakteri Endofit Efektif Sebagai Agen Pengendali Nematoda Parasit

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2021 13:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dosen IPB University Sebut Bakteri Endofit Efektif Sebagai Agen Hayati Pengendali Nematoda Parasit Tumbuhan yang Berkelanjutan
zoom-in-whitePerbesar
Dosen IPB University Sebut Bakteri Endofit Efektif Sebagai Agen Hayati Pengendali Nematoda Parasit Tumbuhan yang Berkelanjutan
ADVERTISEMENT
Nematoda merupakan salah satu jenis patogen tanaman penting karena infeksinya pada berbagai jenis tanaman dapat menyebabkan kerusakan dan kerugian yang cukup besar. Upaya pengendalian terhadap patogen ini perlu dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan didasarkan pada pengetahuan mendalam dari sifat-sifat ekobiologinya.
ADVERTISEMENT
Demi membuka wawasan betapa pentingnya penyakit yang disebabkan oleh nematoda, Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB University membahasnya dalam webinar PTN Seri kelima dengan tema “Pengelolaan Nematoda Parasit Tumbuhan yang Berkelanjutan”, (02/08).
Dalam kesempatan tersebut dihadirkan beberapa pakar nematologi dari Departemen Proteksi Tanaman IPB University.
Dr Abdul Munif, Dosen IPB University dari Departemen Proteksi Tanaman menyampaikan prinsip-prinsip pengelolaan nematoda parasit yang berkelanjutan. Nematoda merupakan patogen yang bersifat sangat merusak karena dapat menyebabkan kerusakan secara langsung atau menyebabkan malformasi. Selain itu dapat menyediakan jalur masuk bagi patogen sekunder yang akan memperparah penyakit tanaman.
Dikarenakan tipe dan karakteristik nematoda yang agak kompleks dan cukup adaptif, maka menurutnya pengendaliannya tidak mudah dilakukan. Ditambah lagi, daerah sebarannya luas dan memiliki inang lebih dari satu dan dapat berinteraksi dengan patogen lain.
ADVERTISEMENT
“Saya mengira permasalahan nematoda ini akan semakin kompleks ke depannya karena beberapa alasan. Seperti pengembangan dan perluasan lahan, praktik budidaya yang tidak sehat, penanaman satu jenis varietas secara terus-menerus, kualitas lingkungan yang tidak stabil, pemupukan yang tidak berimbang, ketergantungan pestisida dan perubahan iklim. Dan tidak kalah pentingnya yakni perdagangan produk pertanian antar negara, khususnya benih dan bahan tanaman yang lain,” jelasnya.
Pengetahuan akan prinsip pengelolaan nematoda harus didasari pada segitiga disease outbreak yang melibatkan inang, patogen, dan lingkungan. Dengan demikian, pengelolaannya dapat menekan inokulum, memperlambat laju infeksi, dan meningkatkan kesehatan tanaman dan daya dukung ekosistemnya.
Dalam penanganan penyakit, Dr Munif lebih menekankan pada pengelolaan dan pencegahan yang dilakukan secara terpadu serta bersifat proaktif. Tindakan reaktif hanya dilakukan dalam eradikasi yang bersifat selektif. Konsep penting dalam pengelolaan nematoda juga harus bersifat efektif secara ekonomi, feasible secara teknis, dan environmental satisfactory secara ekologi.
ADVERTISEMENT
“Paradigma pengelolaan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) harus menekankan pada agrosistem yang sehat, memaksimalkan komponen biologi dan harus berkelanjutan. Artinya pengelolaan nematoda parasit harus dalam manajemen jangka panjang dan tidak bisa trial dan error karena menyangkut bagaimana patogen ini dapat berkembang,” ungkapnya.
Salah satu taktik pengendalian nematoda yakni dengan biological control yang dapat menekan laju infeksi dan meningkatkan kesehatan tanah. Pengelolaan nematoda dengan menggunakan agen antagonis dianggap lebih sustainable karena telah tersedia di alam, aman bagi lingkungan, dan tidak ada efek residu. Mikrob endofit sebagai salah satu agen hayati juga dapat meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman itu sendiri. Taktik tersebut juga telah diterapkan pada tanaman lada yang terjangkit penyakit kuning. Selain dapat menurunkan infeksi dari nematoda, mikrob endofit juga meningkatkan pertumbuhan dan produktifitas tanaman.
ADVERTISEMENT
Dr Tuminem, Alumni Program Doktor Program Studi Fitopatologi IPB University yang sekarang bekerja di Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menyebutkan aplikasi agen pengendali hayati juga diterapkan pada tanaman umbi-umbian di Papua Barat. Cendawan antagonis seperti Trichoderma sp. digunakan karena tersebar di hampir seluruh lahan pertanian dan mudah didapat dan diisolasi. Beberapa kelompok tani pun sudah diajarkan cara mengisolasi cendawan tersebut di bawah bimbingan ahli. Selain itu diaplikasikan pula dengan bakteri endofit dan rizosfer ubi jalar yang diistilahkan dengan bakteri probiotik. (MW/Zul)