Dosen IPB University Jelaskan Pentingnya Fish Shelter dan Transplantasi Karang

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
19 Mei 2022 15:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dosen IPB University Jelaskan Pentingnya Fish Shelter dan Transplantasi Karang untuk Kembalikan Populasi Terumbu Karang di Kepulauan Seribu
zoom-in-whitePerbesar
Dosen IPB University Jelaskan Pentingnya Fish Shelter dan Transplantasi Karang untuk Kembalikan Populasi Terumbu Karang di Kepulauan Seribu
ADVERTISEMENT
Populasi terumbu karang di perairan Kepulauan Seribu disinyalir semakin terdegradasi akibat fenomena alam dan kelalaian manusia. Namun demikian, beberapa upaya penyelamatan terumbu karang semakin gencar dilakukan seperti dengan dibuatnya Fish Shelter atau rumah ikan dan transplantasi karang.
ADVERTISEMENT
Dr Syamsul Bahri Agus, dosen IPB University mengatakan kedua upaya tersebut tidak hanya dapat mengembalikan populasi terumbu karang. Tetapi juga dapat meningkatkan sumber daya ikan di sekitar perairan Kepulauan Seribu dan meningkatkan ekonomi masyarakat lokal.
Ia menyebut, Fish shelter memiliki berbagai fungsi seperti sebagai ekosistem buatan. Selain menjadi tempat pertumbuhan terumbu karang, shelter tersebut menjadi tempat persinggahan ikan yang sedang bermigrasi.
“Ekosistem yang terbentuk akibat interaksi antara ikan dan terumbu karang dapat menjadikan spot fish shelter sebagai destinasi wisata. Spesies ikan yang lama hilang bahkan bisa kembali ke perairan Kepulauan Seribu dengan adanya fish shelter,” kata Dr Syamsul Bahri Agus, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, fish shelter yang terbuat dari beton dengan berat lebih dari dua ton ini juga dapat berfungsi sebagai penahan arus gelombang air laut. Dengan demikian, arus kencang seperti angin musim barat dan timur di Kepulauan Seribu dapat tertahan dan tidak merusak ekosistem di sekitarnya. Tidak hanya itu, upaya ini juga dapat mengembalikan sumber daya ikan yang semakin terdegradasi akibat aktivitas perikanan tangkap yang tidak sesuai aturan pada tahun 80 hingga 90-an.
“Hal ini menyebabkan sumber daya ikan semakin jauh dari Kepulauan Seribu. Fish shelter ini dapat mendekatkan pada ikan-ikan di sekitar terumbu karang yang masih alami,” terangnya dalam IG Live Talk dengan topic “Fish Shelter dan Transplantasi Karang sebagai Upaya Perbaikan Ekosistem dan Peningkatan Sumber Daya Ikan serta Destinasi Wisata di Kepulauan Seribu,” yang digelar oleh Museum Kebaharian Jakarta, (13/05).
ADVERTISEMENT
Dosen IPB University itu melanjutkan, transplantasi karang juga diupayakan sebagai tempat perlindungan sekaligus ekosistem buatan terumbu karang. Perbedaannya dengan fish shelter adalah kedalamannya. Transplantasi karang dilakukan pada kedalaman satu hingga lima meter. Sedangkan fish shelter pada kedalaman 10 hingga 30 meter. Bahan dasar dan bentuknya juga bermacam-macam disesuaikan dengan habitat dan kegunaan rehabilitasi di lokasi yang dikehendaki.
Dr Syamsul mengklaim, dampak positif yang diberikan atas upaya rehabilitasi ini sudah terbukti. Ia menyebut, terumbu karang pionir dapat tumbuh, jenis ikan yang berkumpul jauh lebih beragam, masyarakat lokal juga dapat memanfaatkan keindahan sumber daya perairannya. Spesies ikan dan terumbu karang yang beragam dan berwarna-warni dapat dinikmati keindahannya.
“Dengan upaya rehabilitasi dan transplantasi, terumbu karang akan tumbuh secara spasial, semakin luas ,bagus, dan sehat sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat. Jika pertumbuhan terumbu karang semakin luas maka, biota laut akan semakin berkumpul. Sehingga selain dapat meningkatkan sumber daya ikan, di sisi lain bisa menjadi destinasi wisata,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan bahwa kesuksesan upaya ini tidak luput dari kolaborasi apik antara pemerintah, perguruan tinggi, swasta, dan masyarakat. Terutama dengan adanya kesadaran dari masyarakat lokal maupun wisatawan yang ikut menjaga keutuhan terumbu karang dan ekosistem di sekitarnya. (MW)