Dosen Muda IPB Berikan Pandangan Filosofis Mengenai Parasit dengan COVID-19

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
21 Mei 2020 10:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dosen Muda IPB University Berikan Pandangan Filosofis Mengenai Parasit dan Hubungannya dengan Pandemi COVID-19
zoom-in-whitePerbesar
Dosen Muda IPB University Berikan Pandangan Filosofis Mengenai Parasit dan Hubungannya dengan Pandemi COVID-19
ADVERTISEMENT
Dosen Muda IPB University Berikan Pandangan Filosofis Mengenai Parasit dan Hubungannya dengan Pandemi COVID-19
ADVERTISEMENT
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB University kembali gelar Ngabuburit Bermanfaat dengan tema “Balada Korona: Mahasiswa Tingkat Akhir dan Pilihan Menjadi Parasit” melalui siaran langsung Instagram akun BioIPB (18/05). Acara dipandu dosen muda di bidang Fisiologi dan Genetika Tumbuhan, Mafrikhul Muttaqin, SSi, MSi yang sedang menempuh pendidikan sebagai research student di laboratorium plant symbiosis NARA Institute of Science and Technology, Jepang.
Mafrikhul menjelaskan bahwa hanya sebagian kecil yang mengetahui apa maksud dari parasit, khususnya parasit pada tumbuhan atau tumbuhan yang merupakan parasit. Contohnya adalah bunga rafflesia yang memiliki julukan puspa langka. Hanya 16 persen dari total survei yang menjawab benar bahwa bunga tersebut merupakan parasit dari inangnya yaitu liliana atau tumbuhan merambat.
ADVERTISEMENT
“Bunga rafflesia termasuk ke dalam holoparasit yang sering ditemui di Semenanjung Malaka. Beberapa sumber mengatakan selain menjadi tumbuhan yang dilindungi di Indonesia, bunga tersebut disebut-sebut dapat menjadi sumber obat ataupun tanaman hias. Namun, karena kurangnya informasi tentang sifat parasit yang dimiliki oleh bunga tersebut ataupun tumbuhan lainnya, menyebabkan sulitnya para peneliti untuk melakukan propagasi ataupun membudidayakannya,” ujarnya.
Parasit sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu hemiparasit dan holoparasit, hemiparasit mengambil unsur hara, air dan material organik dari inangnya namun masih dapat berfotosintesis dan tidak terlalu merusak inangnya. Sedangkan holoparasit mengambil keseluruhan materi dari inangnya sehingga bersifat perusak. Ciri khas dari holoparasit juga tidak terdapatnya akar maupun daun pada tubuhnya, seperti halnya bunga rafflesia. Selain itu parasit juga dapat digolongkan berdasarkan siklus hidupnya, yaitu parasit obligat dan fakultatif. Ataupun berdasarkan pelekatannya, di batang atau di tanah.
ADVERTISEMENT
Seperti yang sedang diteliti oleh Mafrikhul sendiri yaitu striga, tumbuhan parasit tanah yang menjadi musuh utama produksi sorghum. Biji striga sendiri dapat bertahan selama 15 tahun di dalam tanah yang kemudian dapat berkecambah ketika terdapat sorghum di sekitarnya, karena adanya sinyal dari inang berupa germination inducer. Keunikan dari parasit ini yang mengilhami Miftakhul untuk berbagi pengalaman pribadinya untuk dibagikan khususnya kepada mahasiwa tingkat akhir untuk tidak menjadi parasit di tengah pandemi ini.
Pandangan filosofis Mafrikhul mengenai sifat parasit tumbuhan dan hubungannya dengan manusia khususnya di tengah pandemi ini menjadi alasan baginya untuk memberikan beberapa pencerahan. “Rasa malas seringnya muncul ketika harus bekerja dari rumah dimana banyaknya distraksi di sekitar. Mahasiswa, khususnya mahasiswa tingkat akhir, bisa mengikuti beberapa tips untuk menghindari sifat parasit atau malas-malasan ketika Work From Home (WFH). Diantaranya gunakan perabotan yang ergonomis untuk menghindari posisi tubuh yang salah saat bekerja, menata ruangan agar bebas dari distraksi, hindari memakai pakaian seperti piyama dan mulai memakai pakaian layaknya akan bekerja ke luar, menjaga komunikasi sehingga skill komunikasi tidak tenggelam dan terus update tentang informasi dan pengetahuan umum,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Masalah umum lain yang sering dihadapi mahasiswa tingkat akhir, menurut Mafrikhul, rata-rata adalah keterbatasan informasi dan kemauan untuk belajar dikarenakan penelitian yang mungkin harus tertunda dikarenakan pandemi. “Saran saya, mahasiswa bisa mengatur atau meneliti ulang metode ataupun pendahuluan penelitian yang sudah dibuat atau melakukan penjadwalan penelitian dengan bantuan aplikasi seperti Mendeley. Bila penelitian terpaksa ditunda atau karena tiadanya akses ke laboratorium, mahasiswa bisa studi literasi melalui berbagai sumber ilmiah, belajar mengenai analisis data dan melakukan revisi terhadap pendahuluan hingga penyajian data penelitian. Pilihan tersebut dapat dilakukan agar sifat parasit tidak muncul khususnya pada mahasiswa tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan penelitiannya. Kuncinya cuma satu, ikuti arahan kampus dan komunikasi dengan pembimbing,” tambahnya. (**/Zul)
ADVERTISEMENT
Keyword: dosen IPB, Departemen Biologi, FMIPA, IPB Universit