FPIK IPB University Bahas Akuakultur Berkelanjutan dan Bioteknologi Perikanan

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
27 November 2020 8:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
FPIK IPB University Bahas Akuakultur Berkelanjutan dan Bioteknologi Perikanan
zoom-in-whitePerbesar
FPIK IPB University Bahas Akuakultur Berkelanjutan dan Bioteknologi Perikanan
ADVERTISEMENT
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University bekerjasama dengan Universiti Malaysia Terengganu menggelar Joint International Seminar secara daring, 23-24/11. Seminar tersebut menggambil tema utama “Investing Knowledge for a Prosperous Regional Aquatic Ecosystem”.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Dekan FPIK IPB University, Dr Luky Adrianto menyebutkan acara seminar digelar atas penandatanganan kerjasama antara IPB University dengan Universiti Malaysia Terengganu. Kegiatan seminar memiliki poin strategis dalam promosi dan investasi kolaborasi antar dosen maupun anggota muda fakultas. Selain itu, bersangkutan pula dengan program Kampus Merdeka Belajar dan berkenaan dengan kebijakan baru di dalamnya.
Pada hari pertama, dihadirkan dua narasumber dari IPB University untuk membahas topik mengenai akuakultur berkelanjutan dan bioteknologi perikanan. Pembicara pertama adalah Dr Ichsan A Fauzi, Dosen IPB University dari Departemen Akuakultur membahas mengenai pemberian pakan berkelanjutan bagi akuakultur yang berkelanjutan. Ia mengatakan produksi subsektor akuakultur perlu ditingkatkan. Hal tersebut mengingat prediksi sepuluh tahun ke depan terdapat peningkatan permintaan pasar terhadap produk hasil laut dan produksi perikanan akan mencapai nilai maksimumnya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, dalam sistem akuakultur yang berkelanjutan, terdapat tiga prinsip yang diterapkan yakni terkait ekologi, ekonomi, dan sosial. Setiap prinsip tersebut dapat berdampak positif pada lingkungan, efisiensi produksi, hingga peningkatan taraf kehidupan masyarakat atau nelayan. Dalam penerapan sistem pemberian pakan yang berkelanjutan perlu memperhatikan rasio FIFO (Fish In Fish Out). Rasio FIFO digunakan untuk mengevaluasi jumlah pemberian pakan ikan bagi ikan hasil budidaya. Semakin kecil rasio FIFO maka dinilai semakin baik.
Daur ulang nutrisi dalam akuakultur juga merupakan konsep yang baik dalam mencapai lingkungan yang lebih berkelanjutan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang juga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi. Tindakan yang dilakukan yakni dengan mengurangi limbah pakan dengan peningkatan pemanfaatan pakan, penggunaan kembali limbah bagi organisme lain, maupun daur ulang limbah nutrisi melalui siklus mikrobial.
ADVERTISEMENT
“Penggunaan kembali limbah hasil ikan budidaya dapat diberikan pada komoditi perikanan lainnya,” ungkapnya.
Pembicara kedua, Dr Eng Wahyu Ramadhan, Dosen IPB University dari Departemen Teknologi Hasil Perairan menyampaikan mengenai polisakarida dan protein dari turunan hasil laut sebagai gel rekayasa bagi makanan, biomaterial, dan organ jaringan. Penggunaan hidrogel sendiri telah dikenal dalam berbagai keperluan, seperti pengganti pupuk hingga lensa kontak. Namun, dengan teknologi terkini, penggunaan hidrogel telah merambah ke rekayasa organ dan jaringan tubuh.
Material pembuatan hidrogel tersebut dapat bersumber dari makromolekul produk laut sebagai sumber polimer alami. Produk hasil laut yang dikenal dapat digunakan sebagai material hidrogel tersebut adalah karagenan yang berasal dari rumput laut. Salah satu kegunaan teknologi hidrogel tersebut dapat diterapkan dalam penyemaian sel. Pengembangan tersebut dicapai dengan meniru sifat matriks ekstraseluler dari suatu sel.(MW/RA)
ADVERTISEMENT
Keyword : Teknologi perairan, Budidaya perikanan, FPIK IPB University, karagenan, produk laut, ekosistem laut, dosen IPB
Kategori: SDGs-14