Guru Besar IPB; 14 Tahun Lagi Gas Rumah Kaca Penuhi Atmosfer

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
28 Maret 2019 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Guru Besar IPB
Konsentrasi gas ruma kaca di atmosfer sudah mendekati 400 mega ton ppm dari total kuota yang bisa ditampung yakni 1500 mega ton ppm. Jika pola pembangunan di dunia tidak segera berubah, 14 tahun ke depan, angka itu akan terpenuhi. Hal ini disampaikan Prof. Rizaldi Boer, Guru Besar tetap, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam International Symposium on Ecocity Bogor di Hotel Savero Bogor, (22/3).
ADVERTISEMENT
“Kita sedang berpacu degan waktu. Saat ini diperkirakan 50 persen emisi dunia itu disumbangkan oleh negara-negara Asia yang sedang membangun. Dunia berharap kita melakukan pembangunan dengan low carbon. Sehingga pada tahun 2050 diharapkan tidak ada lagi emisi. Intinya adalah, kita tidak bisa membiarkan emisi terus meningkat karena akan mengancam kehidupan anak cucu kita,” ujarnya.
Menurutnya, dengan dukungan sains, kita harus bisa mensinkronkan semua rencana pembangunan kota dan melihat implikasinya terkait dengan isu perubahan iklim. Dalam konteks nasional, Indonesia harus menurunkan 29 persen emisinya. Selain menggunakan teknologi yang rendah karbon, upaya paling mudah adalah mengubah perilaku.
“Pemerintah Kota Bogor sudah melakukan upaya-upaya seperti mengganti moda transportasi dari microbus ke minibus, telah membuat pedestrian dan jalur sepeda. Tetapi seberapa besar dampak dari upaya tersebut yang ingin kita jadikan sebagai acuan baseline. Itu yang harus dijawab. Tentu butuh pemahaman yang baik dari pemerintah kota supaya dapat menyusun strategi yang terukur,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Acara ini terselenggara berkat kerjasama IPB dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemda Kota Bogor, National Institute for Environmental Studies (NIES), Kementerian Lingkungan Hidup Jepang dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Melalui acara ini diharapkan muncul pikiran kreatif yang didorong untuk berbagi pemikiran dan pengalaman tentang cara terbaik untuk merespons tantangan dalam perubahan iklim. Simposium ini mengumpulkan para pemangku kepentingan yang berperan penting, yang akan memainkan peran dan membuka peluang untuk memenuhi tantangan global ini.
Dalam paparannya, Prof. Tsuyoshi Fujita dari NIES, Jepang menyampaikan bahwa semua penduduk bumi sedang menghadapi bencana pemanasan global. Namun di Jepang, sudah banyak teknologi ramah lingkungan yang bisa ditiru atau transfer teknologi untuk menanggulangi global warming.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Sistem Informasi, IPB, Prof. Dodik R. Nurrochmat mengatakan bahwa sejak tahun 2015, IPB telah mencanangkan Green Campus 2020. Tujuan utama Green Campus IPB adalah mewujudkan IPB sebagai kampus kondusif untuk lingkungan belajar, ramah, nyaman dan aman. Mendukung agrowisata-agrowisata yang berkelanjutan.
“Banyak program telah diluncurkan dan diuji di Kampus IPB Dramaga untuk mencapai transportasi hijau, gerakan hijau, hijau energi dan bangunan hijau atau ruang terbuka. Diharapkan secara bertahap IPB akan menjadi Green Campus pada tahun 2020,” imbuhnya.
Menurutnya, IPB juga telah mengimplementasikan beberapa program pengembangan masyarakat yang terkait dengan penurunan emisi karbon kepada masyarakat di sekitar kampus dan di luar kampus hasil kerjasama dengan berbagai pihak baik nasional maupun intenasional.
ADVERTISEMENT
“Target IPB adalah bagaimana tujuan pembangunan bisa tercapai, pada saat yang sama kita bisa menurunkan emisi kita, inilah baseline bagaimana kita bisa menurunkannya dalam konteks nasional,” tandasnya.(dh/Zul)
Keyword; emisi gas rumah kaca, pemanasan gobal, ecocity, IPB Green Campus