Guru Besar IPB: Sagu Indonesia Mencukupi Kebutuhan Pangan 1 Milyar Penduduk

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
10 Agustus 2020 19:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru Besar IPB University: Potensi Sagu Indonesia Bisa Mencukupi Kebutuhan Pangan 1 Milyar Penduduk
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar IPB University: Potensi Sagu Indonesia Bisa Mencukupi Kebutuhan Pangan 1 Milyar Penduduk
ADVERTISEMENT
Krisis pangan merupakan salah satu isu yang dikhawatirkan terjadi selama masa pandemi. Ketersediaan pangan harus terus dijaga untuk keberlangsungan hidup masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan keberagaman pangan pokok masyarakat.
ADVERTISEMENT
Indonesia memiliki beragam tanaman untuk makanan pokok selain beras, misalnya sagu. Sagu merupakan tanaman asli Indonesia yang belum banyak dikembangkan. Bahkan konsumsi sagu menurun, meskipun dulu sagu merupakan salah satu tanaman makanan pokok yang banyak dikonsumsi di Indonesia.
“Dulu sagu banyak dikonsumsi karena merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang tinggi. Per pohonnya terdapat 200-400 pati kering atau setara 20-40 ton per hektar per tahun. Namun pemanfaatan sagu di Indonesia masih belum maksimal. Padahal sagu sangat menjanjikan. Kalau lihat potensinya bisa memberikan makan satu milyar orang,” ungkap Prof Dr Mochamad Hasjim Bintoro, dosen IPB University sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian (Faperta) dalam sebuah diskusi sagu yang digelar Dewan Guru Besar (DGB) IPB University.
ADVERTISEMENT
Menurutnya sagu hanya hidup di wilayah dataran rendah. Sebaran sagu hampir bisa ditemui pada tiap pulau di Indonesia. Areal sagu paling luas adalah di wilayah Pulau Papua yaitu seluas 4.749.424 hektar. Di pulau ini ditemukan sebanyak 80 aksesi, sehingga banyak dugaan sagu berasal dari Pulau Papua.
Tanaman ini juga sangat beragam dan memilki banyak jenis spesies. "Hasil penelitian saya menemukan terdapat 43 jenis sagu yang berduri dan 17 jenis sagu tidak berduri di Papua. Tercatat juga produktivitas mencapai antara 20-40 ton per hektar, namun sagu rakyat yang dipanen hanya 241.000 ton per tahun. Sagu perkebunan juga hanya dipanen sebanyak 6.000 ton. Sehingga yang dipanen sangat sedikit sekali jika dibandingkan dengan potensi yang ada,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa panen sagu sehingga bisa diusahakan tumpang sari, baik ternak, ikan atau palawija dan tanaman sayuran. Bahkan sagu bisa dikembangkan dalam integrated farming yaitu antara sagu, ikan, ternak dan palawija. Hal ini memerlukan edukasi dan sosialisasi, agar sagu bisa dijadikan sebagai bahan makanan pokok yang banyak dibudidayakan dan dikonsumsi masyarakat.
Menurut Dr Bambang Hendroyono, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lehtas (PHPL), Kementerian Kuhatanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) RI, pemerintah memberikan dukungan penuh pada industri sagu. Saat ini pemerintah berusaha menyusun baseline data yang valid.
“Penyusunan data menjadi penting untuk merumuskan dan melaksanakan implementasi kebijakan di lapang. Saat ini inventarisasi potensi dan sebaran sagu di Indonesia belum seluruhnya dilakukan. Pemanfatatan sagu juga masih bergantung pada tegakan alam. Selain itu kita juga terus melakukan pengembangan inovasi dan teknologi,” ungkapnya. (NA/Zul)
ADVERTISEMENT
Keyword: dosen IPB, potensi sagu, pangan di tengah pandemi, DGB IPB