Guru Besar IPB: Selada Laut Potensial Penuhi Kebutuhan Bahan Baku Pakan Ikan

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
28 Agustus 2023 20:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru Besar IPB: Selada Laut Potensial Penuhi Kebutuhan Bahan Baku Pakan Ikan
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar IPB: Selada Laut Potensial Penuhi Kebutuhan Bahan Baku Pakan Ikan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Prof Dedi Jusadi, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) mengatakan selada laut berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pakan ikan nasional. Upaya ini dinilainya dapat mendukung dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku pakan selama ini.
ADVERTISEMENT
“Pengembangan bahan baku berbasis perairan (water-based feed raw materials) seperti rumput laut dapat menjadi alternatif solusi yang paling tepat bagi Indonesia sebagai negara maritim,” buka Prof Dedi saat acara Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah Guru Besar IPB University, Kamis (24/8).
Ia mengatakan, selain penggunaan biomassa yang dihasilkan untuk bahan pakan, rumput laut juga dapat berfungsi sebagai bioremediator untuk rehabilitasi perairan pesisir dari polutan, sekaligus mengurangi efek gas rumah kaca melalui penyerapan karbondioksida dalam proses fotosintesis.
Selada laut dengan nama ilmiah Ulva sp merupakan salah satu rumput laut yang paling sesuai untuk dikembangkan sebagai bahan baku alternatif hasil akuakultur di Indonesia. Prof Dedi mengungkap, selada laut dapat ditemukan secara alami di perairan Indonesia wilayah perairan dangkal di seluruh Indonesia, terutama di daerah pantai Sulawesi, Lombok, Banda, Solor, Sumba, Jawa dan Lampung Selatan.
ADVERTISEMENT
“Hasil penelitian kami dan para peneliti lain menunjukkan bahwa rumput laut ini memiliki kandungan protein yang bisa direkayasa melalui konsentrasi nutrien air, sehingga dapat mencapai 44 persen. Komposisi asam amino esensial pada selada laut relatif mirip dengan tepung bungkil kedelai (soybean meal) yang merupakan bahan baku sumber protein nabati utama dalam pakan akuakultur,” jelasnya.
Di sisi lain, sebut Prof Dedi, selada laut juga memiliki tingkat kecernaan yang relatif baik untuk berbagai organisme akuakultur seperti ikan dan udang. Selain itu, selada laut juga memiliki salah satu senyawa polisakarida unik seperti ulvan dan polisakarida lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan baku bioplastik.
“Dari aspek produksi, selada laut memiliki laju pertumbuhan yang cepat dengan kisaran 18-55 persen per hari, lebih tinggi dari rumput laut lain yang sudah umum dibudidayakan di Indonesia,” imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, selada laut juga memiliki kapasitas yang tinggi dalam penyerapan karbon (carbon capture), nitrogen dan fosfat, sehingga memiliki potensi yang besar dalam mendukung bioremediasi lingkungan perairan dan mitigasi efek gas rumah kaca.
“Dengan demikian, selada laut atau Ulva ini berpotensi untuk dibudidayakan di tambak ikan atau udang intensif, baik di air payau maupun air laut, serta dilakukan secara monokultur atau untuk dibudidayakan dalam sistem akuakultur multitrofik terpadu (IMTA),” pungkasnya. (Rz)